• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimensi Psikologis dan Perkembangan Anak Pan dangan Perspektif Sejarah dan Masa Anak-anak (Dulu

dan Kini)

Masa anak-anak adalah masa yang unik sehingga sulit untuk

kita bayangkan bahwa masa tersebut tidak selalu dianggap berbeda dengan masa dewasa. Pada abad Pertengahan di Eropa,

hukum biasanya tidak membedakan kriminalitas anak-anak dan

kriminalitas dewasa. Mereka diperlakukan sebagai miniatur orang dewasa.

Sepanjang sejarah, pada ilosoi telah melakukan spekulasi

mendalam tentang karakteristik anak-anak dan bagaimana mereka

seharusnya dibesarkan. Bangsa Mesir, Yunani, dan Romawi kuno

mempunyai pandangan yang kaya tentang perkembangan anak.

Lebih kini dalam sejarah Eropa, tiga pandangan ilosois yang

berpengaruh menggambarkan anak-anak dalam istilah dosa asal,

tabula rasa, dan kebaikan alami (bawaan):

a. Menurut pandangan dosa asal (original sin view), yang secara khusus muncul selama Abad Pertengahan, anak-anak dipandang lahir ke dunia ini sebgai makhluk jahat. Tujuan dari merawat anak adalah memberikan penyelamatan, mengahpus dosa dari kehidupan si Anak.

b. Mendekati akhir abad ke-17, pandangan tabula rasa dicetuskan oleh ahli ilosoi Inggris John Locke. Ia membantah bahwa anak-anak tidak buruk sejak lahir, melainkan seperti “papan kosong”. Locke percaya bahwa pengalaman masa anak­anak sangat menentukan karakteristik seseorang ketika dewasa

175 Anak-anak Suku Tengger ~ Nurul ia menyarankan para orang tua untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka dan membantu menjadi anggota masyarakat yang berguna.

c. Pada abad ke-18, pandangan kebaikan alami (innate goodness view) ditawarkan oleh ahli ilosoi Prancis kelahiran Swiss

Jean­Jacques Rousseau. Ia menekankan bahwa anak­anak pada dasarnya baik. Karena anak-anak pada dasarnya baik, kata Rousseau, mereka seharusnya diizinkan tumbuh secara alami, dengan seminimal mungkin pengawsan dan batasan dari rang tua.

Saat ini pandangan Barat mengenai anak-anak menyatakan

bahwa masa anak­anak merupakan masa yang unik dan sangat hidup, yang meletakkan dasar penting bagi tahun­tahun dewasa dan jelas berbeda dari tahun­tahun dewasa tersebut. Pendekatan terkini mengenai masa anak­anak mengidentiikasikan periode yang

berbeda di mana anak menguasai keterampilan dan tugas tertentu

yang menyiapkan mereka memasuki kedewasaan. Masa anak­anak

tidak lagi dilihat sebagai periode menunggu yang tidak nyaman di

mana orang dewasa harus bertoleransi terhadap kebodohan anak­

anak.

Era modern (Cairns, 1983, 2006) dalam mempelajari anak dimulai dengan munculnya beberapa perkembangan penting di akhir tahun 1800-an. Sejak itu studi perkembangan anak (Lerner,

2002, 2006; Thomas, 2005) berubah menjadi ilmu yang berkelas,

dengan teori-teori utama dan teknik serta metode studi yang elegan, membantu menyusun pemikiran kita tentang perekmbangan anak. Era baru ini dimulai selama 25 tahun terakhir abad ke-19,

ketika perubahan penting terjadi – dari pendekatan ilosois yang

pasti terhadap psikologi manusia ke pendekatan yang melibatkan eksperimen dan pengamatan sistematis.

Studi langsung terhadap anak dan aliran informasi mengenai anak tidak pernah melambat sejak saat ini. Teori evolusioner dikembangkan oleh Gesell. Pandangannya yang amat provokatif terhadap perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh teori

evolusi Charles Darwin. Gesell menyatakan bahwa karakteristik

anak tertentu pada dasarnya “berkembang” sejalan dengan umur karena adanya cetak biru biologis dan kematangan. Penganut teori evolusioner lainnya adalah G. Stanley Hall (1904) menyatakan

bahwa perkembangan anak mengikuti jalan evolusi yang alami

yang dapat diungkapkan dengan studi anak. Ia membuat teori

bahwa perkembangan anak melalui tahapan­tahapan, dengan motif

dan kemampuan yang berbeda di tiap tahap.

Tahapan juga merupakan ciri dari gambaran Sigmund Freud mengenai perkembangan anak. Menurut teori Psikoanalisis Freud, anak jarang menyadari motif dan alasan dari perilaku mereka dan sebagian besar dari kehidupan mental mereka tidak disadari. Ide

Freud sejalan dengan ide Hall, menekankan pengaruh konlik dan

biologis terhadap perkembangan, meskipun Freud menekankan

bahwa pengalaman seorang anak dengan orang tuanya selama 5

tahun pertama kehidupan merupakan penentu yang penting bagi perkembangan kepribadian lebih lanjut. Freud membayangkan

anak berjalan melalui serangkaian tahap, penuh dengan konlik antara dorongan biologis dan tuntutan sosial. Sejak awal abad ke­20,

teori Freud telah mempunyai pengaruh dalam studi perkembangan kepribadian dan sosialisasi anak.

Pandangan lain bersaing dengan teori Behaviorisme John

Watson (1928) menyatakan bahwa anak dapat dibentuk menjadi apa

pun yang diinginkan masyarakat dengan meneliti dan mengubah lingkungannya. Ia sangat percaya pada pengamatan perilaku anak

yang sistematis di bawah kondisi yang terkontrol. Watson juga

177 Anak-anak Suku Tengger ~ Nurul Ia menyatakan bahwa orang tua terlalu lembut pada anak­anak.

Berhentilah terlalu sering memeluk dan tersenyum pada bayi, katanya pada para orang tua. Ketika Watson sedang mengamati pengaruh lingkungan pada perilaku anak dan Freud sedang menggali kedalaman pikiran tidak sadar untuk menemukan tanda

mengenai pengalaman awal kita dengan orang tua kita, yang lain

lebih peduli pada perkembangan pikiran sadar anak – yaitu, pikiran-

pikiran ketika anak dalam keadaan sadar. James Mark Baldwin

(Cairns, 1998, 2006) merupakan pelopor dalam studi pikiran anak.

James Mark Baldwin memberikan istilah “Epistemologi genetik” pada studi mengenai bagaimana pengetahuan anak berubah sepanjang jalan perkembangan mereka. Istilah genetik pada saat itu adalah sinonim untuk “perkembangan,” dan istilah epistemologi berarti “asal-usul studi tentang pengetahuan”.

Ide Baldwin pertama kali ditawarkan pada tahun 1800­an. Kemudian pada abad ke­20, Psikolog Swiss Jean Piaget menggunakan dan menjelajahi banyak buah pikiran Baldwin, secara antusias

mengamati perkembangan anak-anaknya sendiri dan menciptakan eksperimen yang pintar untuk meneliti bagaimana anak berpikir. Piaget menjadi tokoh besar dalam psikologi perkembangan. Menurut Piaget, anak berpikir dengan cara yang berbeda secara

kualitatif dengan orang dewasa.

Perkembangan Anak, konteks Sosial-Budaya: Budaya,