Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
e-mail: Isma.junida@yahoo.co.id
Mukadimah
Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu daerah
yang diberi keistimewaan oleh pemerintah Indonesia terhadap
kebudayaan dan pelaksanaan syariat Islam. Pengakuan Negara
atas keistimewaan dan kekhususan daerah Aceh terakhir
diberikan melalui Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (LN 2006 No 62, TLN 4633). UU Pemerintahan Aceh ini tidak terlepas dari Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara Pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka yang ditandatangani pada tanggal 15 Agustus 2005 dan merupakan suatu bentuk rekonsiliasi secara bermartabat menuju pembangunan sosial, ekonomi, serta politik di Aceh secara berkelanjutan.
Beranekaragaman kebudayaan, tradisi dan adat istiadat yang terdapat di Aceh sangatlah menarik jika dipelajari lebih lanjut. Blang Pidie yang merupakan salah satu kecamatan dari kabupaten Aceh
Barat Daya (ABDYA) memiliki keunuikan yang khusus dari asal muasal suku yang berkembang di dalamnya. Bahkan, jika diteliti secara keseluruhan daerah ini memiliki keunikan dari percampuran dua suku yang sangat berbeda dari substansi serta asal bentuknya.
Suku Aceh yang bertempat tinggal di kecamatan tersebut merupakan suku asli daerah tersebut. Suku ini memiliki tradisi serta adat istiadat yang khusus yang telah lama dikembangkan oleh nenek moyang mereka. Adapun suku Minangkabau sebagai suku pendatang dari Padang merupakan suku yang juga memiliki kebudayaan khusus yang membedakan suku mereka dengan lainnya.
Namun, perpindahan penduduk yang disebabkan adanya
peperangan yang terjadi pada waktu silam serta migrasi yang
dilakukan suku Minangkabau untuk mengadu nasib di Aceh, membuat mereka menetap di daerah Aceh. Perkembangannya, kedua suku tersebut akrab disebut dengan Suku Jamee.
Kerangka Kerja Teoritik
Interaksi Sosial
Secara garis besar, interaksi sosial dapat didefenisikan sebagai sebuah hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.
Adapun syarat-syarat terjadinya sebuah interaksi sosial adalah sebagai berikut (Soekanto, 2006):
1. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antarkelompok yang dapat bersifat langsung dan tidak langsung.
2. Adanya komunikasi, dimana seseorang memberi arti pada sebuah perilaku orang lain, dan orang yang bersangkutan
103 Perpaduan Antara Suku ... ~ Isma memberi respon dari penyampaian yang telah dilakukan oleh orang tersebut.
Menurut Gilin dan Gillin (dalam Soekanto, 2006), pelaksanaan sebuah interaksi sosial dapat berbentuk kerja sama (cooperation), persaingan (competition), akomodasi (acomodation), dan juga dapat berbentuk pertentangan atau pertikaian (conlict).
Setiap interaksi senantiasa di dalamnya mengimplikasikan adanya komunikasi antar pribadi. Demikian pola sebaliknya, setiap komunikasi pribadi senantiasa mengandung interaksi. Sulit untuk
memisahkan antara keduanya, atas dasar itu, Shaw (Ali, 2005)
membedakan interaksi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Interaksi verbal terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan suatu kontak satu sama lain dengan menggunakan alat-alat arti kulasi, prosesnya terjadi dalam bentuk tukar percakapan satu sama lain.
2. Interaksi isik terjadi manakala dua orang atau lebih melakukan
kontak dengan menggunakan bahasa-bahasa tubuh. Misalnya
ekspresi wajah, posisi tubuh, gerakgerak tubuh dan kontak
mata.
3. Interaksi emosional terjadi manakala melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan curahan perasaan, misalnya menge luarkan air mata sebagai tanda sedih, haru, atau bahkan terlalu bahagia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial
merupakan kunci utama dari semua kehidupan sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama dan terbentuknya sebuah masyarakat.
Masyarakat
Masyarakat sebagai unsur berdirinya sebuah kebudayaan, dalam perkembangan sangat berperan penting dalam meningkatkan
dan mengembangkan sebuah kebudayaan, sehingga kebudayaan tersebut menjadi sebuah peradaban yang maju dan dikenal diseluruh penjuru dunia. Masyarakat merupakan sebuah istilah dalam bahasa inggris disebut society (berasal dari bahasa Latin
socius, yang berarti “kawan”) yang sangat lazim digunakan dalam
tulisan-tulisan ilmiah dan bahasa sehari-hari. Dalam arti lain, kata masyarakat sendiri berasal dari bahasa Arab syaraka, yang artinya ikut serta, atau berperanserta” (Koentjaraninggrat, 1966).
Sedangkan istilah community dapat diterjemahkan sebagai
“masyarakat setempat”, kata ini menunjuk pada warga sebuah
desa, kota, suku, atau bangsa. Dengan demikian, kriteria yang utama bagi adanya suatu masyarakat setempat adalah adanya social relationship antara anggota suatu kelompok. Jadi, dapat disimpulkan
secara singkat bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah
kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu (Soekanto, 2006).
Secara garis besar, masyarakat setempat berfungsi sebagai
ukuran untuk menggarisbawahi hubungan antara hubungan hubungan sosial dengan suatu wilayah geograis tertentu. Empat kriteria untuk klasiikasi masyarakat, yaitu: (Maclver dan Charles
dalam Soekanto, 2006): 1. Jumlah penduduk.
2. Luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk daerah pedalaman. 3. Fungsi-fungsi khusus dari masyarakat setempat terhadap
seluruh masyarakat.
4. Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.
Jadi, sebuah masyarakat dapat diartikan sebagai sejumlah penduduk yang mendiami sebuah daerah yang memiliki hubungan- hubungan khusus dan saling berinteraksi dalam masyarakat tersebut.
105 Perpaduan Antara Suku ... ~ Isma
Kajian Tentang Kebudayaan
Kebudayaan sangatlah dekat dengan kehidupan kita, kebudayaan merupakan hasil dari imajinasi masyarakat yang dituangkan dalam bentuk paling indah. Dua orang antropolog
terkemuka, yaitu Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski (Brentano’s dalam Soerjono Soekanto, 2006), mengemukakan bahwa Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu.
Kata “kebudayaan” berasal dari kata (bahasa Sansekerta)
buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. Bila dinyatakan secara lebih sederhana, kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat.
Seorang antropolog C. Kluckhkohn (Soekanto, 2006) di dalam se buah karyanya Universal Categories of Culture menyebutkan tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universalis, yaitu: 1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia.
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi. 3. Sistem kemasyarakatan.
4. Bahasa. 5. Kesenian
6. Sistem pengetahuan 7. Religi