• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KEABSAHAN PERALIHAN TANAH YANG DIDASARKAN

B. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim

Menanggapi mengenai eksepsi dari Tergugat II, Tergugat V dan Tergugat VI yang diwakili oleh kuasan hukumnya dan Tergugat IV melalui kuasa hukumnya, yaitu mengenai:

1. Gugatan eror in persona;

2. Gugatan kurang pihak (plurium litis consortium);

3. Gugatan penggugat kabur (obscuur libel).

Adapun dalam hal ini Majelis Hakim berpendapat bahwa seluruh eksepsi para Tergugat sudah masuk dalam pokok perkara yang memerlukan pembuktian, sehingga eksepsi harus dinyatakan ditolak.

Di dalam pokok perkara, dimana gugatan penggugat yang pada pokoknya adalah mengenai perbuatan melawan hukum yang telah dilakukan Para Tergugat.

Maka atas pertimbangan oleh Majelis Hakim, terdapat beberapa hal yang harus dianggap terbukti, yaitu:

 Bahwa sebidang tanah seluas +231 m² (dua ratus tiga puluh satu meter persegi)

berikut dengan bangunan rumah tempat tinggal yang berada diatasnya, semula setempat dikenal dengan Dusun V Pelawi Hulu Desa Pelawi Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat sekarang disebut Jalan Datuk Gang Mudahar

Ujung Lingkungan V Kelurahan Pelawi Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat dengan batas-batas :

• Sebelah Utara berbatas dengan sisa tanah 11 m;

• Sebelah Timur berbatas dengan tanah Sumiati 21 m;

• Sebelah Selatan berbatas dengan tanah Gang 11 m;

• Sebelah Barat berbatas dengan tanah Ngatiyem 21 m;

Dikuasai oleh Tergugat II;

• Bahwa sebidang tanah seluas + 231 m² (dua ratus tiga puluh satu meter persegi) berikut dengan bangunan rumah tempat tinggal yang berada diatasnya, semula setempat dikenal dengan Dusun V Pelawi Hulu Desa Pelawi Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat sekarang disebut Jalan Datuk Gang Mudahar Ujung Lingkungan V Kelurahan Pelawi Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat dengan batas-batas :

• Sebelah Utara berbatas dengan tanah Gang 11m;

• Sebelah Timur berbatas dengan tanah Salim Lesmana 21m;

• Sebelah Selatan berbatas dengan tanah Suripno 11m;

• Sebelah Barat berbatas dengan tanah M. Nasib 21m;

Dikuasai oleh Tergugat V;

• Bahwa sebidang tanah seluas + 231 m² (dua ratus tiga puluh satu meter persegi) berikut dengan bangunan rumah tempat tinggal yang berada diatasnya, semula setempat dikenal dengan Dusun V Pelawi Hulu Desa Pelawi Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat sekarang disebut Jalan Datuk Gang Mudahar Ujung Lingkungan V Kelurahan Pelawi Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat dengan batas-batas:

• Sebelah Utara berbatas dengan tanah Gang 11m;

• Sebelah Timur berbatas dengan tanah Sukinem 21m;

• Sebelah Selatan berbatas dengan tanah Suripno 11m;

• Sebelah Barat berbatas dengan tanah Rukiah 21m;

Dikuasi oleh Tergugat VI;

• Bahwa sebidang tanah seluas + 294 m² (dua ratus sembilan puluh empat meter persegi) berikut dengan bangunan rumah tempat tinggal yang berada diatasnya, semula setempat dikenal dengan Dusun V Pelawi Hulu Desa Pelawi Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat sekarang disebut Jalan Datuk Gang Mudahar Ujung Lingkungan V Kelurahan Pelawi Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat dengan batas-batas

• Sebelah Utara berbatas dengan jalan Gang 14 m;

• Sebelah Timur berbatas dengan tanah Alfin Silaban 21 m;

• Sebelah Selatan berbatas dengan tanah Adi 14 M ;

• Sebelah Barat berbatas dengan tanah Ratna Br. Ginting 21 m;

Dikuasai oleh Tergugat IV;

Oleh karena yang menjadi persengketaan antara kedua belah pihak adalah mengenai sengketa kepemilikan tanah sebagaimana disebutkan dalam Gugatan Penggugat, maka dalam hal pertimbangan hakim, Pengggugat harus dapat membuktikan bahwa tanah yang menjadi sengketa tersebut adalah milik Penggugat. adapun bukti tersebut terdiri dari:

 Bukti surat P-1 tentang Surat Keterangan Ganti Rugi tanggal 15 Maret 1972,

yang menerangkan Penggugat memiliki sebidang tanah yang terletak di Pelawi Hulu Kampung Pelawi dengan ukuran sebagai berikut :

- Sebelah Timur berukuran 110 m;

- Sebelah Barat berukuran 90 m;

- Sebelah Utara berukuran 116 m;

- Sebelah Selatan berukuran 50 m.

Terhadap bukti surat tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa Pengggat dapat membuktikan kepemilikan sebidang tanah tersebut, dan diperkuat lagi

karena tidak adanya bantahan oleh Tergugat II, IV, V, VI yang hadir dalam persidangan. Dengan demikian, petitum angka 4 dalam gugatan Penggugat dapat dikabulkan, yaitu berisi bahwa Surat Keterangan Ganti Rugi tanggal 15 Maret 1972 adalah sah dan berkekuatan hukum tetap.

Selain itu, berdasarkan bukti lainnya maka hakim berpendapat:

1. Bahwa Penggugat pernah memberikan Surat Kuasa/Perjanjian tanggal 5 Juli 2000 kepada Tergugat I untuk mengelola lahan milik Penggugat yang terletak di Kp. Pelawi Pangkalan Berandan yang luasnya kurang lebih 1,5 Ha, yaitu untuk mengkapling-kapling lahan tersebut dan memasarkannya kepada masyarakat dan apabila telah terjual sebanyak 10 kapling, Tergugat I akan memperoleh imbalan sebesar 5 % dari hasil penjualan (vide bukti P-2);

2. Bahwa Tergugat II memperoleh tanah yang menjadi objek sengketa berdasarkan Surat Perjanjian antara Tergugat I dengan Syamsinur Binti Sarah (vide bukti surat T.II.2) sebagai pemilik sebidang tanah yang terletak di Dusun V Pelawi Hulu Kelurahan Pelawi Utara sebagaimana Surat Pelepasan Hak dengan Ganti Rugi Nomor. 593-138/BBL/200 tanggal 21 Agustus 2000 (vide bukti surat T.II.1) dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatas dengan tanah Gang 11 m ; - Sebelah Timur berbatas dengan tanah Sukinem 21 m ; - Sebelah Selatan berbatas dengan tanah Suripno 11 m;

- Sebelah Barat berbatas dengan tanah Rukiah 21 m;

3. Bahwa Tergugat VI memperoleh tanah yang menjadi objek sengketa berdasarkan Surat Perjanjian antara Tergugat VI dengan Rukiah (vide bukti surat T.VI.2) sebagai pemilik sebidang tanah yang terletak di Dusun V Pelawi Hulu Kelurahan Pelawi Utara sebagaimana Surat Pelepasan Hak dengan Ganti

Rugi Nomor. 593-141/BBL/200 tanggal 21 Agustus 2000 (vide bukti surat T.VI.1) dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatas dengan tanah Gang 11 m;

- Sebelah Timur berbatas dengan tanah Sukinem 21 m;

- Sebelah Selatan berbatas dengan tanah Suripno 11 m;

- Sebelah Barat berbatas dengan tanah Rukiah 21 m;

4. Bahwa Tergugat IV memperoleh tanah yang menjadi objek sengketa berdasarkan Surat Perjanjian antara Tergugat IV dengan M. Nasib (vide bukti surat T.IV-1) sebagai pemilik sebidang tanah yang terletak di Dusun V Pelawi Hulu Kelurahan Pelawi Utara sebagaimana Surat Pelepasan Hak dengan Ganti Rugi Nomor. 593-132/BBL/200 tanggal 21 Agustus 2000 (vide bukti surat T.IV.2) dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatas dengan tanah Gang 11 m;

- Sebelah Timur berbatas dengan tanah Rubisah 21 m;

- Sebelah Selatan berbatas dengan tanah Suripno 11 m;

- Sebelah Barat berbatas dengan tanah Gang 21 m;

Selain itu, setelah melihat seluruh bukti surat mengenai alas hak kepemilikan yang menjadi dasar sangkalan yang diajukan oleh Tergugat II, V dan VI serta Tergugat IV maka benar tidak ada tanda tangan Penggugat sebagai pemilik atas objek tanah sengketa tersebut. Setelah membandingkan antara Bukti P-14, P-16 dan Bukti P-17 yaitu peralihan kepemilikan tanah berupa Surat Pelepasan dan Penyerahan Ganti Rugi yang telah dilakukan di atas tanah Penggugat yang terletak di Dusun V Pelawi Hulu Kelurahan Pelawi Utara, dengan bukti surat yang menjadi alas hak Tergugat II, V, VI dan Tergugat VI, maka Majelis Hakim melihat perbedaan yaitu Penggugat mengetahui peralihan hak atas tanah kepada orang lain atas Surat Pelepasan dan Penyerahan Ganti Rugi namun

dalam bukti surat yang diajukan oleh Kuasa Hukum Tergugat III, V, VI dan Tergugat IV sebagai alas hak tanah untuk menyangkal dalil gugatan Penggugat, Majelis Hakim menilai bukti-bukti yang diajukan para Tergugat tersebut tidak dapat membuktikan kepemilikan tanah yang sebenarnya dalam arti, alas hak perolehan tanah tidak jelas karena selain tidak ada tanda tangan dari pemilik yang sah sebelumnya, yaitu tidak ada tanda tangan Penggugat sebagai pemilik atas objek tanah sengketa tersebut.

Adapun Tergugat III yang tidak menyangkal dalil gugatan Penggugat dikarenakan tidak hadir di persidangan setelah dipanggil secara sah dan patut maka hal ini menurut Hakim membuktikan bahwa Penggugat terbukti adalah pemilik atas objek tanah sengketa yang dikuasai oleh Tergugat III, demikian juga dengan Tergugat I, Tergugat VII dan Tergugat VIII.

Menimbang, bahwa dengan pertimbangan hukum tersebut maka petitum angka 5, 9, 10, 11, 12 dan 13 dapat dikabulkan. Majelis Hakim menilai oleh karena Penggugat dapat membuktikan dalil Gugatannya dan terhadap alas hak lain yang menyangkut tanah yang menjadi objek perkara tersebut haruslah dinyatakan tidak sah dan tidak berkekuatan hukum, dan oleh karena itu baik Tergugat I sampai dengan Tergugat VIII telah melakukan perbuatan melawan hukum, sehingga Petitum angka 6 dan 7 dapat dikabulkan sedangkan petitum angka 8 tidak dapat dikabulkan oleh karena Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk membatalkan produk hukum yang dibuat oleh pejabat yang berwenang mengeluarkan surat tersebut;

Menimbang, bahwa mengenai kerugian yang dialami oleh Penggugat sebagaimana dalam dalil Gugatan Penggugat dan petitum angka 14, Majelis Hakim menilai Penggugat tidak dapat memperinci dan membuktikan kerugian yang nyata yang telah dialami oleh Penggugat, sehingga petitum angka 14 haruslah dinyatakan ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena selama perkara ini diperiksa tidak pernah diletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) maka petitum 2 dan 3 tidak dikabulkan;

Menimbang, bahwa demikian juga petitum angka 16, oleh karena perkara a quo ini tidak didasarkan oleh suatu akta autentik dan sesuai dengan Pasal 191 DRBg, maka petitum mengenai permohonan agar putusan ini dilaksanakan secara

serta merta haruslah ditolak;

Menimbang, bahwa mengenai Dwangsom, Majelis Hakim berpendapat, karena sifat dari perkara a quo ini bersifat eksekusi real, maka tidak perlu di kabulkan dwangsom;

Menimbang, bahwa mengenai alat bukti lainnya baik alat bukti saksi maupun bukti surat lainnya, yang dianggap tidak relevan, maka Majelis Hakim mengenyampingkan alat bukti tersebut; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, Majelis Hakim berpendapat gugatan Penggugat dapat dikabulkan sebagian.

Melihat pertimbangan majelis hakim yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Majelis Hakim dalam kasus ini tidak banyak membahas mengenai pemberian kuasa dalam peralihan hak atas tanah, namun

lebih cenderung terhadap sengketa kepemilikan tanah, yang mana peralihan hak atas tanah yang dilakukan adalah tidak sah dan melawan hukum karena para Tergugat tidak dapat membuktikan kepemilikan tanah atau alas hak perolehan tanah tidak jelas.

Adapun hal ini terlihat dari pendapat Majelis Hakim yang melihat perbedaan yaitu Penggugat mengetahui peralihan hak atas tanah kepada orang lain atas Surat Pelepasan dan Penyerahan Ganti Rugi, namun dalam bukti surat yang dilakukan oleh Kuasa Hukum Tergugat II, V, VI dan Tergugat IV sebagai alas hak atas tanah tersebut untuk menyangkal dalil gugatan Penggugat, Majelis Hakim menilai bukti-bukti yang diajukan Tergugat II, V, VI dan Tergugat IV tidak dapat membuktikan kepemilikan tanah yang sebenarnya dalam arti, alas hak perolehan tanah tidak jelas karena selain tidak ada tanda tangan dari pemilik yang sah sebelumnya dan tidak ada tanda tangan Penggugat sebagai pemilik atas objek perkara.

Padahal di dalam gugatannya, Penggugat mengakui telah memberi kuasa kepada Tergugat I untuk menjual sebidang tanah milik Penggugat secara kaplingan. Dengan demikian, dalam hal ini menurut penulis perlu meninjau pula mengenai eksistensi surat kuasa tersebut.

Bila melihat dari Surat Kuasa/Perjanjian tanggal 5 Juli 2000 menyebutkan bahwa Penggugat memberi kuasa kepada Tergugat I untuk mengelola/menanami seluruh tanah, serta mengkapling sebagian tanah tersebut di atas sebanyak 10 kapling dengan ukuran 12mx20m dan menjualkan kepada orang lain dengan harga

Rp 2.100.000/kapling, dengan perjanjian Penggugat akan memberikan imbalan sebanyak 5% dari hasil penjualan 10 kapling tanah tersebut.

Adapun pada kenyataannya Tergugat I mengkapling sebagian tanah milik Penggugat sebanyak 14 kapling seluas +3600m2 yang terdiri dari 13 kapling dengan ukuran 11mx21m dan 1 kapling dengan ukuran 11mx14m dan menjualkannya kepada orang lain tanpa melakukan pembayaran kepada Penggugat selaku pemilik tanah.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Tergugat I telah melakukan perbuatan yang melampaui batas kewenangannya yang telah diberikan dalam surat kuasa/perjanjian tersebut. Pasal 1801 alinea pertama KUHPerdata juga menetapkan bahwa penerima kuasa tidak saja bertanggung jawab tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, tetapi juga tentang kelalaian-kelalaian yang dilakukan dalam menjalankan kuasanya.

Selain itu perlu untuk diketahui bahwa si Tergugat I selaku penerima kuasa hendaknya juga memahami kewajiban selaku penerima kuasa, khususnya sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1802 KUHPerdata yang selengkapnya berbunyi demikian:

“Si kuasa diwajibkan memberikan laporan tentang apa yang diperbuatnya dan memberikan perhitungan kepada si pemberi kuasa tentang segala apa yang diterimanya berdasarkan kuasanya, sekalipun apa yang diterimanya itu tidak seharusnya dibayar kepada si pemberi kuasa.”

Dengan demikian, hal-hal yang dapat diminta tanggung jawab pelaksanaan dan pemenuhannya kepada pemberi kuasa, hanya sepanjang tindakan yang sesuai dengan mandat atau instruksi yang diberikan. Atau dengan kata lain, Penggugat selaku pemberi kuasa wajib menjadi tidak terikat pada apa yang telah dilakukan

oleh si Tergugat I selaku penerima kuasa.126 Oleh karena itu, sepatutnya Tergugat I selaku penerima kuasa dibebani tuntutan ganti rugi, hal ini dimohonkan dengan berdasar pada ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata.

Kemudian apabila melihat dari surat kuasa/perjanjian tanggal 5 Juli 2000 yang salah satunya memberi kuasa untuk menjual, seharusnya dibuat dalam suatu bentuk kuasa khusus. Karena akta kuasa menjual pada prinsipnya hanya memuat suatu perbuatan hukum yaitu suatu tindakan perwakilan untuk melakukan jual beli untuk dan atas nama pemberi kuasa. Dalam akta kuasa menjual harus disebut secara jelas dan terperinci tentang obyek dari kuasa, seperti :

a. Luas tanah b. Nomor sertifikat

c. Uraian surat ukur/gambar situasi d. Batas-batas tanah.

Adapun surat kuasa dalam kasus ini hanya disebutkan bahwa surat tersebut diketahui oleh H. Aminudin Us Kepala Desa Kampung Pelawi Pangkalan Berandan dijadikan sebagai alat bukti. Sedangkan akta otentik yang telah ditentukan dalam pasal 1868 KUHPerdata adalah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya. Agar memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna dan menjamin kepastian hukum, maka bentuk kuasa menjual tanah dibuat dalam bentuk akta otentik dan dibuat dihadapan pejabat yang berwenang.

126Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, op.cit., Pasal 1807.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka Tergugat I selaku penerima kuasa telah melakukan perbuatan melawan hukum karena tindakannya sebagai penerima kuasa merupakan tindakan yang melebihi kapasitasnya. Sehingga setiap peralihan hak atas tanah Penggugat selaku pemberi kuasa menjadi batal demi hukum dan apabila para pembeli beritikad baik dapat meminta pertanggungjawaban atas kerugian tersebut kepada Tergugat I selaku penerima kuasa.

Kemudian Majelis Hakim menilai bahwa keberatan Penggugat dapat dibuktikan terhadap perbuatan Tergugat VII selaku Lurah dan Tergugat VIII selaku Camat yang menerbitkan Surat Keterangan tidak ada silang sengketa, Surat Pernyataan Penguasaan Tanah, Surat Penyerahan Ganti Rugi dan Surat Pelepasan Hak dengan Ganti Rugi terhadap tanah Penggugat, dimana Penggugat dan istri Penggugat tidak pernah mengetahui proses pembuatan surat tersebut, berjumpa dengan para Pembeli/Para Tergugat ataupun menandatangani surat-surat yang berhubungan dengan tanah Penggugat, kalaupun ada tanda tangan istri Penggugat itu adalah tanda tangan palsu. Oleh karena itu, alas hak yang menjadi bukti peralihan hak dibuat oleh Tergugat VII dan VIII adalah tidak sah, cacat hukum dan melawan hukum.

Namun demikian, terkait tanda tangan palsu istri Penggugat atas nama Nisdewi tidak ditemukan adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa tanda tangan Nisdewi yang terdapat dalam Surat Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi yang diterbitkan oleh Tergugat VIII dinyatakan non identik atau palsu. Seharusnya hal ini perlu dijadikan sebagai pembuktian kepada Majelis Hakim.

Oleh karena surat-surat yang berhubungan dengan objek perkara yang dibuat oleh Tergugat VII dan VIII atau yang ditandatangani oleh Para Tergugat, atau surat yang lain yang timbul dari Tergugat II s/d VIII kepada pihak lain, ataupun surat yang timbul mengenai objek perkara, telah dinyatakan batal demi hukum atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak sah dan tidak berharga serta tidak berkekuatan hukum, maka secara hukum Tergugat II sampai dengan Tergugat VI maupun orang lain yang mendapat hak daripadanya dihukum untuk mengembalikan dan menyerahkan tanah yang menjadi objek sengketa dalam keadaan kosong dan baik kepada Penggugat tanpa beban apapun baik dari tangan Tergugat II sampai dengan Tergugat VI atau tangan orang lain yang diperoleh karena izin dari Tergugat II sampai dengan Tergugat VI.

Dalam hal diberikan suatu kuasa untuk menjual hak atas tanah atau disebut juga dengan kuasa untuk mengalihkan hak, dalam suatu transaksi jual beli tanah, maka perlu diteliti lebih lanjut hak-hak dan kewenangan apa saja yang diberikan kepada penerima kuasa. Akibat kuasa yang diberikan tidak hanya sebatas mengalihkan tanah tetapi juga termasuk kewenangan untuk menerima pembayaran, maka setelah menerima uang hasil penjualan, si penerima kuasa wajib mempertanggungjawabkan dan menyerahkan uang tersebut kepada penerima kuasa.

C. Akibat Hukum Dari Putusan Terhadap Peralihan Tanah Berdasarkan