• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN KEDELAI PADA INDUSTRI TEMPE DI KOTA SUBULUSSALAN

Dalam dokumen Media Sain dan Teknologi Abulyatama (Halaman 136-141)

Jurnal Tasimak Vol II, No 1 April 2011 ISSN 2086

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN KEDELAI PADA INDUSTRI TEMPE DI KOTA SUBULUSSALAN

Oleh : Firdaus ABSTRAK

Industri-industri pengolahan kedelai dalam menjalankan kegiatan produksinya dihadapkan pada berbagai kendala diantaranya ketersediaan bahan baku. Produk pertanian sebagai bahan baku utama industri pada umumnya bersifat musiman sehingga produk tersebut sulit tersedia sepanjang tahun. Oleh karena itu sangat diperlukan manajemen stock (bahan baku) yang terencana dengan baik. Ketersediaan kedelai dipengaruhi oleh harga kedelai. harga tempe, jumlah produksi, dan sarana produksi tempe. Tempe merupakan sumber daya baik untuk memenuhi gizi dan menjaga kesehatan tubuh. Konsumsi tempe dari tahun ke tahun telah mengalami kenaikan seiring dengan terbukanya kesadaran masyarakat akan nilai gizi yang terkandung dalam nilai gizi tempe. Hasil penelitian dan pengujian secara serempak diperoleh nilai F cari = 1480 sedangkan Ftabel ( = 0,05) = 5,19. dengan demikian F cari > Ftabel pada tingkat

kepercayaan 95%, maka hipotesis null ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Artinya bahwa harga kedelai (X1), harga tempe (X2), jumlah produksi (X3), dan sarana produksi (X4) berpengaruh

nyata terhadap kebutuhan kedelai. Secara parsial (Uji t), faktor jumlah produksi dan sarana produksi berpengaruh nyata terhadap kebutuhan kedelai pada industri tempe. Sedangkan harga kedelai dan harga tempe tidak berpengaruh nyata terhadap kebutuhan kedelai pada industri tempe. Hasil perhitungan diperoleh R2 = 0,458 artinya bahwa 45,80% variasi yang terjadi pada kebutuhan kedelai dipengaruhi oleh faktor harga kedelai (X1), harga tempe (X2), jumlah produksi (X3), sarana

produksi (X4). Sedangkan selebihnya sebesar 0,542% diselesaikan oleh variabel-variabel lain

diluar model penelitian.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Kedelai Glycine max (L) Merril merupakan salah satu tanaman palawija yang penting dalam perekonomian rakyat Indonesia. Karena kedelai memegang peranan dalam perbaikan gizi dan pola makanan rakyat. Kedelai juga bahan baku industri, pakan ternak dan pupuk hijau. Kedelai dalam perbaikan gizi masyarakat dapat berupa sumber protein nabati. Bila ditinjau dari segi harga merupakan sumber protein yang termurah. Pengguna kedelai pada umumnya dimanfaatkan untuk konsumsi masyarakat sebagian besar dalam bentuk olahan dan hanya sebagian kecil di konsumsi langsung.

Pengolahan kedelai dapat dikelom- pokkan menjadi dua macam, yaitu dengan

fermentasi dan tanpa fermentasi. Pengolahan dengan fermentasi akan menghasilkan kecap, oncom, tauco dan tempe. Sedangkan dalam bentuk olahan tanpa melalui fermentasi adalah susu kedelai, tepung kedelai dan tahu. Sebagian besar masyarakat menyukai bentuk olahan berupa tempe dan tahu.

Pengembangan Agroindustri peng- olahan kedelai diharapkan sebagai upaya peningkatan nilai tambah dari produk pertanian. Agroindustri yang menggunakan kedelai sebagai bahan bakunya antara lain : industri tempe, tahu, susu kedelai, kacang kedelai goreng dan tauco. Semakin banyak industri yang menggunakan kedelai sebagai bahan bakunya dapat mengakibatkan kebutuhan kedelai semakin meningkat. Keadaan ini akan merangsang petani untuk meningkatkan produktivitas usahataninya,

Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421

sehingga bahan baku untuk industri pengolahan kedelai ini dapat terpenuhi setiap saat. Oleh karena itu peningkatan dan pengembangan produksi kedelai harus terus ditingkatkan.

Industri-industri pengolahan kedelai dalam menjalankan kegiatan produksi sehari - hari, dihadapkan pada berbagai kendala diantaranya ketersediaan bahan baku. Produk pertanian sebagai bahan baku utama industri pada umumnya bersifat musiman sehingga produk tersebut sulit tersedia sepanjang tahun. Oleh karena itu sangat diperlukan manajemen stock (bahan baku) yang terencana dengan baik.

Tempe merupakan sumber daya baik untuk memenuhi gizi dan menjaga kesehatan tubuh. Konsumsi tempe dari tahun ketahun telah mengalami kenaikan seiring dengan terbukanya kesadaran masyarakat akan nilai gizi yang terkandung dalam nilai gizi tempe.

Kedelai yang dibuat menjadi tempe melalui proses fermentasi memiliki rasa yang lebih enak dan nutrisinya mudah dicerna tubuh dibandingkan kedelai yang dimakan tanpa proses fermentasi. Kehadiran tempe sebagai salah satu bahan pangan sehari-hari yang pemenuhan gizi, mampu memberikan solusi terbaik guna peningkatan gizi secara merata. bagi seluruh keluarga. Keunggulan dari jenis makanan dari hasil fermentasi kedelai ini adalah memiliki tekstur yang lembut, berserat tinggi dan harganya murah terjangkau oleh masyarakat dari segala lapisan

Berdasarkan uraian diatas ternyata peranan kedelai dalam memenuhi kebutuhan protein nabati untuk kebutuhan manusia sangat penting maka kebutuhan akan bahan baku industri ini harus cukup tersedia sehingga tidak menjadi kendala dalam memenuhi kebutuhan manusia. Namun yang belum diketahui adalah apakah benar ketersediaan kedelai dipengaruhi oleh harga kedelai. harga tempe, jumlah produksi, dan sarana produksi tempe. Untuk mengetahui faktor-faktor tersebut diatas, maka perlu diadakan satu penelitian ilmiah, mengenai kebutuhan kedelai pada industri tempe di Kota Subulussalam.

2. Identifikasi Masalah

Apakah harga kedelai, harga tempe, jumlah produksi dan sarana produksi berpengaruh nyata terhadap kebutuhan kedelai pada industri Tempe di Kota Subulussalam. 3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh harga kedelai, harga tempe, jumlah produksi, dan sarana produksi terhadap kebutuhan kedelai pada industri tempe di Kota Subulussalam.

4. Kerangka Pemikiran

Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar secara mekanik, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau mengubah barang dari yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud men- dekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir.

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Pembangunan industri ditujukan untuk mendukung antar sektor, meningkatkan daya tahan perekonomian nasional, memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha sekaligus mendorong berkembangnya kegiatan sektor pembangunan lainnya. (Anonymous, 1993 :248)

Agroindustri pada dasarnya mencakup kegiatan pengolahan yang sangat luas baik dari tahapan prosesnya maupun jenisnya. Hal ini terlihat dari pengertian agroidustri yaitu suatu kegiatan industri yang memanfaatkan produk primer hasil pertanian sebagai bahan bakunya untuk diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk baru dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri, yang bersifat setengah jadi maupun final yang

Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421

dapat segera dikonsumsi. Agar dapat berproduksi, maka setiap industri harus memiliki modal, tenaga kerja dan sumber daya alam (bahan baku). Selain itu juga diperlukan teknologi, inovasi, keterampilan khusus serta peralatan atau dapat menggunakan mesin (Aziz, 1993: 39)

Agroindustri sebagai inti dari agribisnis adalah kegiatan industri yang mengolah hasil pertanian baik sebagai industri hilir yang berlokasi dipedesaan dan secara fungsional meningkatkan posisi petani dalam meraih nilai tambah dengan memperoleh pangsa pasar yang lebih besar dari harga yang dibayarkan oleh konsumen (Adjid, 1998 : 25)

Banyak industri yang mulai berkembang di Kota Subulussalam salah satunya industri pengolahan kedelai. Industri pengolahan kedelai ini digolongkan ke dalam indusri rumah tangga karena jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak lebih dari empat orang.

Dalam pengertian sehari-hari tentang permintaan tentu berbeda dengan pengertian dari sudut ilmu ekonomi. Menurut Soekartawi (1993: 18), pengerian permintaan adalah jumlah barang yang sanggup dibeli oleh konsumen atau pembeli pada tempat dan waktu tertentu dengan harga yang berlaku saat itu. Selanjutnya dinyatakan bahwa permintaan digunakan untuk mengetahui hubungan jumlah barang yang dibeli oelh pembeli atau konsumen dengan harga alternatif untuk membeli barang tersebut dengan anggapan bahwa harga barang lainnya adalah tetap (ceteris paribus).

Hukum permintaan menjelaskan sifat perkaitan diantara permintaan suatu barang dengan harganya. Hukum permintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesa yang menyatakan makin rendah harga suatu barang semakin banyak permintaan ke atas barang tersebut, sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang, semakin sedikit permintaan ke atas barang tersebut. Jika harga kedelai naik maka permintaan terhadap kedelai semakin berkurang, dan sebaliknya, begitu juga dengan

pengaruh harga tempe. Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat ke atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Diantaranya adalah harga barang itu sendiri, harga barang- barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat, corak distribusi pendapatan dalam masyarakat, citarasa masyarakat, dan jumlah penduduk (Sukirno, 2000:76).

Penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual pada tingkat harga tertentu. Penawaran akan mempengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ; Harga barang itu sendiri, harga barang-barang lain, ongkos produksi yaitu biaya untuk memperoleh faktor- faktor produksi dan bahan mentah, tujuan- tujuan dari perusahaan tersebut, dan tingkat teknologi yang digunakan (Sukirno,2000 :86). Didalam hukum ini dinyatakan bahwa, jika harga kedelai naik maka jumlah kedelai yang ditawarkan semakin banyak dan sebaliknya.

Bahan baku merupakan bahan dasar utama yang mempengaruhi jalannya kegiatan produksi untuk menghasilkan suatu produk baru ketersediaan bahan industri yang tersedia secara tepat waktu, kuantitas dan kualitas serta tersedia secara berkelanjutan akan menjamin penampilan perusahaan/industri dalam waktu yang relatif lama. Bahan baku Kedelai sebaiknya disimpan pada tempat yang kering. Karung-karung kedelai ini di tumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah/lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 hari harus dijemur kembali (Danarti, 1998 :44). Bila gudang penyimpanan tidak dilengkapi alat pendingin dan pengatur kelembaban, penyimpanan kedelai paling lama empat bulan. Sedangkan pada gudang yang dilengkapi dengan Air Conditioner (AC) dan alat penyerap kelembaban, kedelai dapat disimpan lebih lama sekitar satu tahun (Suprapto, 2001 : 59).

Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421

Kebutuhan kedelai pada industri tempe di Kota Subulussalam dipengaruhi secara nyata oleh harga kedelai, harga tempe, jumlah produksi, dan sarana produksi, baik secara serempak maupun secara parsial. II. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kota Subulussalam. Objek yang akan diteliti adalah industri tempe. Ruang lingkup penelitian meliputi kebutuhan kedelai pada industri tempe dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua unit industri tempe di Kota Subulussalam yang berjumlah 10 industri. Penelitian ini menggunakan metode survei dan dilakukan secara cacah lengkap(Sensus), yaitu keseluruhan populasi diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara untuk mendapat data primer dan untuk data skunder yang diperoleh dari kepustakaan dan instansi terkait.

Hipotesis di atas di uji dengan analisis regresi linier berganda dengan formula :

Y = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4 + e....

( Sudjana, 1992:383) Dimana :

Y = Jumlah Kebutuhan Kedelai pada Industri Tempe (Kg/Bln)

X1 = Harga Kedelai (Rp/Kg)

X2 = Harga Tempe (Rp/Kg)

X3 = Jumlah Produksi (Kg)

X4 = Sarana Produksi (Rp/Bln)

a1, a2, a3, a4 = Parameter regresi yang

dicari

ao = Konstanta (Intercept) ei = Error terms

Uji F, digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan secara serempak antara variabel bebas, (X1,X2,X3,X4) terhadap variabel

terikat (Y). F cari = ) 1 ( / 1 ( / 2 k n R K R ...(Sudjana, 1992:385) Dimana : R2 = Koofisien korelasi K = Variabel Peubah Bebas n = Jumlah Sampel Dengan ketentuan :

F cari > F tabel, Pada taraf nyata 0,05 maka

terima Ha dan tolak Ho

F cari < F tabel, Pada taraf nyata 0,05 maka

terima Ho dan tolak Ha

Uji t, digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari variabel bebas (X1,X2,X3,X4) terhadap variabel terikat (Y).

t cari =

Sai ai

...(Sudjana, 1992:388)

Dimana :

ai = Nilai Koefisien Regresi Sai = Standart error masing-masing koefisien regresi

t cari > tabel, pada taraf nyata 0,05 maka

terima Ha dan tolak Ho.

t cari < tabel, pada taraf nyata 0,05 maka

terima Ho dan tolak Ha.

Sedangkan untuk melihat keeratan hubungan yang terjadi antara variabel bebas dan variabel terikat digunakan koefisien korelasi (R2) dengan rumus :

R2 = .... y ) g (Re 2 JK (Sudjana, 1992 :383)

Kaedah keputusan diformulasikan sebagai berikut :

Ha : ai ≠ 0, artinya harga kedelai, harga tempe, jumlah produksi dan sarana produksi berpengaruh nyata terhadap kebutuhan kedelai pada industri tempe Ho : ai = 0, artinya harga kedelai, harga

Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421

sarana produksi tidak ber- pengaruh nyata terhadap kebutuhan kedelai pada industri tempe.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis, maka diperoleh hasil perhitungan seperti yang tertera pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Hasil Analisis Fungsi Kebutuhan Kedelai Pada Industri Tempe Di Kota Subulussalam.

Variabel Coefficient Regression T Standardized Coefficients X1 X2 X3 X4 Constant - 0,1869 6,3361 1,801 -0,00000225 119,36269 2,233 2,381 -3,214 5,181 0,158 0,123 0,329 0,210 R2 F cari F tabel (0,05) 0,854 1480 5,19 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 1.maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 119,36269 – 0,1869 X1 + 6,3361 X2 +

1,801 X3 – 0,00000225 X4

Berdasarkan koofisien regresi yang diperolehdapat dijelaskan sebagai berikut : a. Bila harga kedelai (X1) meningkat sebesar

satu rupiah, maka akan menyebabkan berkurangnya kebutuhan kedelai sebesar 0,1869 kg dengan asumsi faktor lain dalam keadaan tetap (Ceteris Paribus).

b. Bila harga tempe (X2) meningkat sebesar

satu rupiah, maka akan menyebabkan bertambahnya kebutuhan kedelai sebesar 6,3361 kg dengan asumsi faktor lain dalam keadaan tetap (Ceteris Paribus).

c. Bila jumlah produksi (X3) meningkat

sebesar satu kilogram, maka akan menyebabkan betambahnya kebutuhan kedelai sebesar 1,801 kg dengan asumsi

faktor lain dalam keadaan tetap(Ceteris Paribus).

d. Bila sarana produksi (X4) meningkat

sebesar satu rupiah, maka akan menyebabkan berkurangnya kebutuhan kedelai sebesar 0,00000225 kg dengan asumsi faktor lain dalam keadaan tetap(Ceteris Paribus).

Hasil pengujian secara serempak diperoleh nilai F cari = 1480 sedangkan Ftabel (

= 0,05) = 5,19. dengan demikian F cari > Ftabel

pada tingkat kepercayaan 95%, maka hipotesis nol ditolak dan hipot esis alternatif diterima. Artinya bahwa harga kedelai (X1), harga tempe

(X2), jumlah produksi (X3), dan sarana

produksi (X4) berpengaruh nyata terhadap

kebutuhan kedelai.

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa hasil pengujian secara parsial yaitu pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dengan menggunakan uji t. berdasarkan hasil analisis dan untuk variabel harga kedelai (X1)

Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421

diperoleh tcari = 2,233 dengan ttabel ( = 0,05/2,

df = 4) 2,78. maka t cari < t tabel, yang berarti

hipotesis null (Ho) diterima, hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Dengan demikian faktor harga kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap kebutuhan kedelai. Kondisi ini disebabkan karena pembelian kedelai oleh industri tempe dalam skala besar untuk beberapa bulan pemakaian, sehingga walaupun terjadi perubahan harga setiap bulannya maka hal ini tidak bepengaruh terhadap kebutuhan kedelai oleh industri tempe.

Untuk variabel harga tempe (X2)

diperoleh tcari = 2,381 dengan t tabel

( =0,05/2,df=4) 2,78. maka tcari < ttabel, yang

berarti hipotesis null (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Dengan demikian faktor harga tempe tidak berpengaruh nyata terhadap kebutuhan kedelai. Kondisi ini disebabkan karena harga tempe yang relatif stabil artinya berapapun jumlah tempe yang dihasilkan, harga setiap kemasannya relatif tetap hingga harga tempe tidak berpengaruh terhadap kebutuhan kedelai.

Untuk variabel jumlah produksi (X3) diperoleh t cari = - 3,214 dengan ttabel ( =

0,05/2, df = 4)2,78. maka tcari > ttabel, yang

berarti hipotesis null (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian faktor jumlah produksi berpengaruh nyata terhadap kebutuhan kedelai. Karena semakin banyak jumlah tempe yang dihasilkan maka semakin banyak pula kebutuhan terhadap kedelai.

Untuk variabel sarana produksi (X4)

diperoleh tcari = 5,181 dengan t tabel ( = 0,05/2,

df = 5)2,78. maka tcari > ttabel , yang berarti

hipotesis null (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian faktor sarana produksi yang digunakan untuk memproduksi tempe berpengaruh nyata terhadap kebutuhan kedelai. Karena sarana produksi merupakan faktor penunjang dalam memproduksikan tempe. Semakin banyak sarana produksi yang digunakan maka semakin meningkatkan kebutuhan terhadap kedelai.

Karena hubungan yang terjadi antara variabel bebas dengan variabel tak bebas dapat diketahui dengan menggunakan koefisien determinasi (R2). Hasil perhitungan diperoleh R2 = 0,458 artinya bahwa 45,80% variasi yang terjadi pada kebutuhan kedelai dipengaruhi oleh faktor harga kedelai (X1), harga tempe

(X2), jumlah produksi (X3), sarana produksi

(X4). Sedangkan selebihnya sebesar 0,542%

diselesaikan oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam dokumen Media Sain dan Teknologi Abulyatama (Halaman 136-141)