1. Studi Evaluasi Benefit Cost Ratio (Studi Kasus Proyek Pengembangan Waduk Langsa)
Oleh Ir. Mohd. Isa T. Ibrahim, M.T.2. Identifikasi Formalin dalam Produk Mie Basah dan Tahu dengan Metode Kualitatif Larutan KMnO4 Oleh Ir. Amri Amin, M.Si.
3. Potensi Perikanan Tangkap di Kota Banda Aceh Pascatsunami Oleh Rizwan, S.T., M.T.
4. Peranan Air Susu Pascapanen Oleh Ir. Zahrul Fuadi, M.Si.
5. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dan Latihan Berstruktur pada Pokok Bahasan Larutan Asam Basa Oleh Drs. H. Muhammad, M.Si.
6. Penerapan Pengajaran Remedial Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia
Oleh Drs. Bukhari, M.Si.
7. Analisis Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Terhadap Penanggulangan Kemiskinan di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar
Oleh Yuliana, S.E.
8. Kedudukan Mukim dalam Sistem Pemerintahan Daerah (Suatu Penelitian di Kabupaten Nagan Raya) Oleh Muhammad Nur, S.H., M.Hum.
9. Penerjemahan dan Implikasinya dalam Pengajaan Mata Kuliah Translation Oleh Putri Dini Meutia, S.Pd.I
10. Interferensi Bahasa Aceh Terhadap Pemakaian Bahasa Indonesia (Studi Kasus pada Siswa Kelas II SMP Negeri di Kabupaten Aceh Besar)
Oleh Drs. Djalaluddin A. Aziz.
11. Analisis Status Eksploitasi Sumberdaya Ikan di Perairan Selat Malaka Provinsi Aceh Oleh Dra. Asmawati, M.Si.
12. AnalisisFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Kedelai pada Industri Tempe di Kota Subulusalam
Oleh Ir. Firdaus, M.Si.
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
TASIMAK
Media Sain dan Teknologi Abulyatama
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Pelindung/Pembina : Rektor Universitas Abulyatama
Penanggung Jawab : Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Abulyatama
Pemimpin Redaksi : Drs. Yusri, M.Pd.
Redaktur Ahli : Prof. Dr. H. Warul Walidin, A.K. M.A. (IAIN) Prof.H. Burhanuddin Salim, M.Sc. Ph.D. (Unsyiah) R. Agung Efriyo Hadi, M.Sc. Ph.D (Unaya) Prof. Dr. A. Halim Majid, M.Pd. (Unaya) Drs. Azwar Thaib, M.Si. (Unaya)
Redaktur Pelaksana : Drs. Zamzami A.R., M.Si. Yuliana, S.E.
Yulinar, S.Pd.
Dewan Redaksi : Muhammad Nur, S.H., M.Hum Ir. Mulyadi
Ir. H. Firdaus, M.Si. Dewi Astini, S.H., M.Hum. Maryati B, S.H., M.Hum. Drs. Tamarli, M.Si. Yulfrita Adamy, S.E. M.Si. Drs. H.M. Hasan Yakob, M.M. Drs. Bukhari, M.Si.
Fakhrurazi Abbas, S.E., M.Si.
Distributor/Komunikasi : Drs. Akhyar, M.Si. Drs. Muhammad, M.Si.
Bendahara : Drs. Nasruddin A.R., M.Si.
Desain Cover : aSOKA Communications (www.asoka.web.id)
Website : www.abulyatama.ac.id.
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
DAFTAR ISI
Halaman
Studi Evaluasi Benefit Cost Ratio (Studi Kasus Proyek Pengembangan Waduk Langsa)
Oleh Ir. Mohd. Isa T. Ibrahim, M.T. ………..………. 1 - 14
Identifikasi Formalin dalam Produk Mie Basah dan Tahu dengan Metode Kualitatif Larutan KMnO4
Oleh Ir. Amri Amin, M.Si. ……… 15 -22
Potensi Perikanan Tangkap di Kota Banda Aceh Pascatsunami
Oleh Rizwan, S.T., M.T. ………. 23 - 36
Peranan Air Susu Pascapanen
Oleh Ir. Zahrul Fuadi, M.Si. ……… 37 - 43
Penerapan Pembelajaran Kooperatif dan Latihan Berstruktur pada Pokok Bahasan Larutan Asam Basa
Oleh Drs. H. Muhammad, M.Si. ……… 44-53
Penerapan Pengajaran Remedial Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia
Oleh Drs. Bukhari, M.Si. ……….. 54 - 65
Analisis Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Terhadap Penanggulangan Kemiskinan di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar
Oleh Yuliana, S.E. ……… 66 - 75
Kedudukan Mukim dalam Sistem Pemerintahan Daerah (Suatu Penelitian di Kabupaten Nagan Raya)
Oleh Muhammad Nur, S.H., M.Hum. ……… 76 - 98 Penerjemahan dan Implikasinya dalam Pengajaan Mata Kuliah Translation
Oleh Putri Dini Meutia, S.Pd.I ……… 99 - 104
Interferensi Bahasa Aceh Terhadap Pemakaian Bahasa Indonesia (Studi Kasus pada Siswa Kelas II SMP Negeri di Kabupaten Aceh Besar)
Oleh Drs. Djalaluddin A. Aziz. ... 105 - 115
Analisis Status Eksploitasi Sumberdaya Ikan di Perairan Selat Malaka Provinsi Aceh
Oleh Dra. Asmawati, M.Si. ... 116 - 125
AnalisisFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Kedelai pada Industri Tempe di Kota Subulusalam
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
STUDI EVALUASI BENEFIT COST RATIO
(St
udi Kasus Proyek Pembangunan Waduk Langsa)Mohd. Isa T. Ibrahim
Jurusan Teknik Sipil Universitas Abulyatama Abstrak
Penundaan jadwal pelaksanaan pembangunan proyek Waduk Langsa Aceh Timur berdampak kepada cost dan benefit. Hal ini perlu dievaluasi kembali untuk melihat nilai ekonomis dari aktivitas pembangunan, yang merupakan inti dari studi evaluasi proyek untuk menentukan apakah dan sampai berapa jauhkah proyek tersebut memberikan benefit yang lebih besar daripada biayanya kepada pemerintah dan masyarakat pada umumnya dan kegiatan operasi dan pemeliharaan sampai akhir umur proyek. Proyek dapat dikatakan mempunyai nilai ekonomis apabila manfaat yang diperoleh relatif lebih besar dari biaya pembangunan (investasi) dan biaya operasionalnya. Pada proyek ini manfaat yang dimaksudkan adalah hasil dari produksi bertanam padi dan pendapatan air baku, sedangkan biaya pembangunan berupa investasi dan biaya operasional budi daya tanaman pertanian antara lain biaya sarana produksi, biaya pemeliharaan tahunan, penyusutan dan upah. Untuk dapat membandingkan benefit dengan cost tersebut diperlukan keseragaman nilai harga pada tahun yang sama. Dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa NPV proyek umumnya masih positif pada tingkat bunga diskonto 15% dengan NPV = Rp. 20.519.203,31 dan Net B/C = 1,405. Dari hasil perhitungan dengan mempertimbangkan tingkat suku bunga 20% dan analisa sensitivitas dalam beberapa alternatif maka proyek dianggap masih layak untuk dilaksanakan pembangunannya untuk kesejahteraan masyarakat.
Kata Kunci : benefit, cost, kriteriainvestasibenefitcostratio
1. Pendahuluan
Waduk merupakan salah satu bentuk bangunan utama yang dibangun pada daerah yang kemampuan sumber airnya relatif kecil. Bangunan ini diharapkan dapat menampung kelebihan air di musim hujan, sehingga nantinya dapat digunakan di musim kering dan waduk diharapkan mampu menyediakan air yang dibutuhkan sepanjang tahun. Di samping itu waduk juga sebagai salah satu sumber daya air yang hakikatnya merupakan unsur penting dalam usaha peningkatan kehidupan bangsa untuk mencapai tujuan nasional, yang hendak diwujudkan melalui serangkaian program pembangunan yang menyeluruh, terarah, terpadu dan secara terus menerus.
Lokasi daerah studi kasus proyek pembangunan Waduk Langsa terletak di Sungai Langsa antara Desa Petau dan Desa Keumuning. Secara geografis posisi lokasi
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
Dalam pembangunan waduk diper-lukan perencanaan pemanfaatan sumber daya air yang matang dan menyeluruh karena memiliki peran yang sangat penting, maka sejak tahun 2001 dilakukan pekerjaan peren-canaan awal (pradesain) Waduk Langsa serta dibuat gambar typical bendungan waduk, rencana anggaran biaya konstruksi waduk dan biaya operasional dan pemeliharaan tahunan.
Adanya permasalahan krisis ekonomi dan keamanan yang berkepanjangan mulai awal tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 mengakibatkan penundaan rencana pem-bangunan waduk Langsa yang akibatnya terjadi perubahan kelayakan nilai ekonomi proyek. Berdasarkan keadaan ini perlu dilakukan evaluasi kembali bagaimana pengaruh per-ubahan penundaan proyek tersebut berkaitan dengan kondisi aman dan terjadi perubahan nilai uang sehingga berpengaruh terhadap biaya dan manfaat proyek.
Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penundaan rencana pembangunan Waduk Langsa terhadap manfaat dan biaya proyek, dalam hal ini perlu dievaluasi kembali hubungan perbandingan antara manfaat dan biaya dengan menggunakan parameter kriteria investasi yaitu Benefit Cost Ratio dan hal ini salah satu alat pengukuran kelayakan proyek
ditinjau dari segi ekonomi teknik, kemudian untuk dapat membandingkan manfaat dan biaya tersebut diperlukan keseragaman nilai harga pada tahun yang sama, dapat berupa nilai uang saat ini (present value) ataupun nilai uang akan datang (future value). Selanjutnya benefit cost ratio adalah perbandingan antara benefit dan cost yang sudah disesuaikan dengan nilai sekarang (presentvalue).
Penelitian ini diharapkan dapat mem-berikan masukan kepada pemerintah terutama Dinas Sumber Daya Air untuk pengambilan keputusan terhadap rencana pembangunan Waduk Langsa.
Berdasarkan dengan tujuan di atas, maka ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Analisa biaya (cost) tahun 2006, meliputi
biaya konstruksi, biaya operasional dan pemeliharaan dengan berpedoman kepada rencana anggaran biaya proyek bulan Desember 2001 dan disesuaikan berda-sarkan perubahan nilai uang.
2. Analisa manfaat (benefit) tahun 2006 ditinjau dari hasil produksi padi dan air baku untuk kebutuhan domestik.
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
kegiatan penelitian, dalam hal ini perlu digambarkan bagan alir proses penelitian untuk mencapai tujuan evalausi proyek.
Berdasarkan hasil evaluasi menun-jukkan bahwa NPV proyek waduk langsa sebesar Rp. 20.519.203,31, ini menunjukkan masih positif pada tingkat bunga diskonta 15%. Hasil evaluasi Net B/C = 1,405. Kemudian grafik hubungan suku bunga terhadap B/C dengan mempertimbangkan tingkat suku bunga 20% juga masih positif. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa resiko investasi masih positif. Hasil-hasil analisis tersebut berkesimpulan bahwa masih layak direkomendasikan kepada pemerintah untuk dilaksanakan pembangunanya.
2. Tinjauan Kepustakaan Biaya (Cost) Gittinger, (1986), menjelaskan bahwa, definisi biaya secara sederhana adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan yaitu mengurangi pendapatan bersih pihak-pihak terkait.
Macam-macam cost dalam proyek: 1. Biaya Investasi adalah Biaya atau modal
yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek 2. Biaya Tetap atau Overhaed adalah Biaya
yang tidak terpengaruh oleh adanya kegiatan-kagiatan (misal : gaji)
3. Biaya Variabel adalah Biaya yang lang-sung berhubungan dengan kegiatan-kegiatan.
4. Biaya tambahan adalah Biaya yang diakibatkan oleh kenaikan output suatu produk.
5. Biaya Hilang adalah Biaya yang dikelu-arkan pada waktu yang lalu sebelum kepastian pelaksanaan proyek.
6. Biaya Kesempatan adalah Biaya yang diakibatkan karena penggunaan sumber daya karena keterbatasan kesempatan.
Manfaat (Benefit)
Menurut Gittinger, (1986), bahwa, definisi manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan yaitu merupakan peningkatan penerimaan barang ataupun jasa dalam hal peningkatan pendapatan bersih pihak-pihak terkait.
Ada dua macam benefit, yaitu:
1. Manfaat langsung yaitu manfaat yang langsung diperoleh sesuai dengan tujuan investasi.
2. Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang merupakan dampak dari adanya proyek suatu investasi.
Benefit juga dapat diklasifikasikan sebagai: a. Tangible Benefit atau yang dapat dinilai
dengan uang
b. Intangible Benefit atau yang sulit dinilai dengan uang.
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
Menurut Kadariah (1978), proyek adalah suatu rangkaian aktivitas yang direncanakan untuk mendapatkan benefit/ manfaat dalam jangka waktu tertentu. Di dalam proyek-proyek pengairan dilakukan evaluasi ekonomi pada:
Tahap Recounaissance Tahap Master Plan Tahap Feasibility Study
Perhitungan pada tahap Feasibility study proyek dianggap layak, maka kemudian dilaksanakan detail design untuk seterusnya menginjak pelaksanaan. Tetapi pada prak-teknya bahwa kadang-kadang ada keraguan terhadap analisa yang dilaksanakan pada feasibility study tersebut, karena hal-hal berikut:
a. Biaya pelaksanaan pekerjaan sering lebih besar dari biaya yang telah dihitung pada feasibility study.
b. Ada perbedaan hasil dari proyek yang sudah berfungsi dengan perkiraan hasil yang ada pada entimasi sebelumnya (biaya maupun benefitnya).
Parameter Kelayakan Proyek
Menurut Yacob (1997) parameter-parameter kelayakan ekonomi yang biasa digunakan dalam analisa ekonomi teknik adalah sebagai berikut :
1. Net present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara “Present Value” benefit dan “present value” dari cost,
yang dinyatakan dengan rumus :
NPV = n
i t
t i
Ct Bt
1
... (1)
Dimana :
t = umur proyek i = tingkat bunga
Bt = benefit (manfaat proyek) pada tahun t Ct = cost (biaya) pada tahun t
Bila nilai NPV > 0 dan positif berarti proyek dapat dilaksanakan, karena akan memberikan manfaat. NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar biaya (cost) yang dilakukan, sedangkan apabila nilai NPV < 0, maka proyek tidak akan memberikan manfaat sehingga tidak layak untuk dilak-sanakan.
2. Benefit Cost Ratio (B/C)
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
B/C =
n
i t
t n
i t
t
t Ct
i Bt
1 1
…………(2)
Proyek dapat dikatakan layak apabila parameter :
Apabila nilai B/C > 1, NPV > 0 dan IRR > suku bunga bank.
Analisis Sensitifitas
Menurut Kadariah, (1978), analisa sensitivitas tujuannya adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek jika ada sesuatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat. Di dalam analisis ekonomi sering timbul pertanyaan :
Seberapa handal dan seberapa tepatkah prakiraan dari analisa tersebut?
Sudah tepatkah prakiraan cost dan benefit hasil dari perhitungan?
Cara yang paling umum dilakukan untuk mencari kesalahan atau mencari hal yang paling berpengaruh pada hasil perhitungan
adalah mencari dari kesalahan tersebut berdasarkan persentase (%) kenaikan biaya dan penurunan harga. Cara untuk mencari variabel yang berpengaruh pada hasil analisa tersebut dinamakan : analisa sensitivitas. Biasanya dilakukan dengan mengubah-ubah komponen-komponen yang menentukan, yaitu:
a. Biaya investasi b. Produksi atau Yield
c. Harga atau nilai jual produksi
Setelah kita dapat menentukan komponen mana, dari ketiga komponen tersebut yang sangat berpengaruh pada analisa kelayakan proyek, kemudian kita cari sejauh mana perubahan komponen tersebut mempengaruhi perhitungan analisa, yaitu dengan cara mengubah-ubah komponen tersebut. Dari nilai-nilai tersebut, kemudian dicari kombinasi yang mana yang paling memuaskan. Setelah diperoleh kombinasi tersebut kemudian dibandingkan dengan perhitungan sebelumnya.
Evaluasi Proyek
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
Proyek menyatakan suatu rangkaian aktivitas yang direncanakan untuk menda-patkan benefit/ manfaat dalam jangka waktu tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengorbanan dari resources yang dimiliki, karenanya dalam pemilihan suatu proyek yang akan dikerjakan harus diadakan penilaian, baik dari segi teknis maupun ekonomis agar penanaman modal/ investasi jatuh pada pilihan proyek yang paling tepat.
Manfaat yang berdasarkan evaluasi proyek pada umumnya lebih bersifat sosial benefit dari pada financial benefit. Sebaliknya perhitungan studi kelayakan lebih menitik beratkan pada financial benefit dari pada social benefit. Ruang lingkup studi kelayakan, pada umumnya, lebih menitik beratkan pada kelayakan usaha dari pengusaha secara individu. Sedangkan ruang lingkup dari evaluasi proyek, melihat kelayakan suatu proyek ditinjau dari kepentingan masyarakat secara keseluruhan.
3. Metode Penelitian
Pengumpulan Data Proyek
Dalam studi ini diperlukan data pokok yaitu gambar desain waduk, rekapitulasi rencana anggaran biaya konstruksi proyek tahun 2001, biaya operasi dan pemeliharaan proyek hasil produksi padi, biaya produksi padi, harga jual padi, luas areal sawah pertanian, pendapatan air baku dan referensi
kepustakaan. Daridata tersebut dapat dihitung dan dianalisis biaya (cost) dan manfaat (benefit) proyek Waduk Langsa untuk studi evaluasi benefit cost ratio.
Data ukuran Waduk Langsa Aceh Timur berdasarkan batasan kondisi topografi dan analisa keseimbangan air, dengan batasan tersebut direkomendasikan sebagai berikut : - Volume waduk : 102,18 juta m3 - Tinggi maximum bendungan: + 55 m - Volume tubuh bendungan : 0,702 juta m3 - Panjang As bendungan: 185 m
- Panjang pelimpah utama :212 m - Panjang terowongan pengelak:325 m.
Perhitungan dan Cara Pengukuran Kelayakan Proyek
Perhitungan kelayakan ekonomi tek-nik proyek dalam kaitan evaluasi proyek Waduk Langsa Kabupaten Aceh Timur dimaksudkan untuk melihat nilai ekonomi dari aktivitas pembangunan. Kapasitas operasi dan pemeliharaan sampai akhir umur proyek. Proyek dapat dikatakan ekonomi apabila manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya pembangunan (investasi) dan biaya operasional & pemeliharaan.
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
- Manfaat dari tanaman pertanian seperti peningkatan hasil produksi padi
- Manfaat dari pandangan air baku kebutuhan domestik.
Untuk dapat membandingkan manfaat terhadap biaya tersebut diperlukan kesera-gaman nilai harga pada tahun yang sama. Dapat berupa nilai uang saat ini (present value) ataupun nilai uang yang akan datang (future value). Perhitungan dan cara pengukurannya sebagai berikut :
a) Perhitungan nilai uang sekarang
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai uang sekarang (present value) adalah:
PV = n i F
1 Dimana :
PV = Nilai uang sekarang
F = Nilai uang tahun yang akan datang
i = Besar bunga uang n = Jangka waktu (tahun)
b) Cara Pengukuran Nilai Proyek
Cara pengukuran nilai suatu proyek yang biasa digunakan dalam analisa ekonomi teknik dengan rumus sebagai berikut : - Net Present Value (NPV)
- Benefit Cost Ratio (BCR)
Analisis Sensitivitas
Dalam analisa sensitivitas bahwa setiap kemungkinan itu, harus diuji, yang berarti setiap waktu harus diadakan analisis kembali. Ini perlu sekali, karena analisa proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Bagaimana sensitifitas (kepekaan) interval economic return suatu proyek terhadap kenaikan biaya atau terhada turunnya harga-harga. Jadi analisa sensitifitas mencoba melihat hasil realitas rencana proyek yang sangat dipengaruhi unsur-unsur ketidakpastian menge-nai apa yang akan terjadi, maka perlu menguji proyek yang diajukan untuk mengetahui sentifitas terhadap kesalahan-kesalahan dalam memperkirakan hasil yang mungkin bisa dicapainya. Cara penerapannya adalah hanya menghitung nilai proyek sekali lagi dengan menggunakan perkiraan baru untuk salah satu unsur biaya atau manfaat.
4. Hasil dan Pembahasan Hasil Perhitungan
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
tahun pelaksanaan pembangunan proyek waduk langsa dari tahun 2001 ke tahun 2006 akibat penundaan pembangunan dan hal ini perlu dievaluasi kembali dengan analisa berdasar parameter benefit cost ratio (BCR) untuk penentuan kelayakan proyek; hasil perhitungan sebagai berikut :
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
4.1.2 Perhitungan Nilai Hasil Produksi Padi
a. Tabel P.9. Perhitungan Nilai Hasil Produksi Padi pada Musim Hujan.
Tahun Luas Area (Ha)
Luas Area Baku (Ha)
Luas Area Fungsional
(Ha)
Hasil Padi (Kw/Ha)
Nilai Hasil (Rp/Ha)
Biaya Produksi (Rp / Ha)
Nilai Hasil Bersih (Rp/Ha)
Nilai Hasil Total (Rp)
(1) (2) (3) (3) (4) (5) = 180.000
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
Tahun Luas Area (Ha)
Luas Area Baku (Ha)
Luas Area Fungsional
(Ha)
Hasil Padi (Kw/Ha)
Nilai Hasil (Rp/Ha)
Biaya Produksi (Rp / Ha)
Nilai Hasil Bersih (Rp/Ha)
Nilai Hasil Total (Rp)
20 5000 5000 4500 40,40 7.272.000 4.710.000 2.562.000 11.529.000.000
b. Tabel P.10 Perhitungan Nilai Hasil Produksi Padi Pada Musim Kemarau
Tahun Luas Area (Ha)
Luas Area Baku (Ha)
Luas Area Fungsional
(Ha)
Hasil Padi (Kw/Ha)
Nilai Hasil (Rp/Ha)
Biaya Produksi (Rp / Ha)
Nilai Hasil Bersih
(Rp/Ha) Nilai Hasil T
(1) (2) (3) (3) (4)
(5) = 180.000 x
(4)
(6) (7) = (5) - (6) (8) = (
1 0 0 0 0,00 - - -
2 0 0 0 0,00 - - -
3 0 0 0 0,00 - - -
4 0 0 0 0,00 - - -
5 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 10.517.
6 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 10.517.
7 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 10.517.
8 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 10.517.
9 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 10.517.
10 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 3.925.000 3.005.000 10.517.
11 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.0
12 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.0
13 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.0
14 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.0
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
16 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.0
17 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.0
18 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.0
19 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.0
20 5000 5000 3500 38,50 6.930.000 4.710.000 2.220.000 7.770.0
4.1.3 Perhitungan Present Value dan BCR dalam beberapa Interest Rate
Tabel P.14. Perhitungan Present Value dan Benefit Cost Ratio Untuk berbagai Interest Rate
T a Biaya
Hasil
Total Manfaat PV Biaya PV Benefit PV. Biaya PV Benefit PV Biaya PV Benefit PV. Biaya PV Benefit h
u
n (Cost) (Benefit) Bersih (15 % IR) (15 % IR) (25 % IR) (25 % IR) (35 % IR) (35 % IR) (65 % IR) (65 % IR)
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
( 1
) (2) (3)
(4) = (2)/1.10^n
(4) = (3)/1.10^n
(5) =
(2)/1.20^n (5) = (3)/1.20^n (6) =
(2)/1.30^n (6) = (3)/1.30^n (7) =
(2)/1.40^n (7) = (3)/1.40^n
1 25,000,00
0,000 5,343,750,0-19,656,250,022,727,272,727. 4,857,954,545 20,833,333,333 4,453,125,000 19,230,769,231 4,110,576,923 17,857,142,857 3,816,964,286
2 20,000,00
0,000 5,343,750,0-14,656,250,016,528,925,619. 4,416,322,314 13,888,888,889 3,710,937,500 11,834,319,527 3,161,982,249 10,204,081,633 2,726,403,061
3 15,000,00
0,000 5,343,750,0-9,656,250,0011,269,722,013. 4,014,838,467 8,680,555,556 3,092,447,917 6,827,492,035 2,432,294,037 5,466,472,303 1,947,430,758
4 12,000,00
0,000 5,343,750,0-6,656,250,00 8,196,161,464.4 3,649,853,152 5,787,037,037 2,577,039,931 4,201,533,560 1,870,995,413 3,123,698,459 1,391,021,970
5 2,830,000
,000 24,822,776,821,992,776,80 1,757,207,344.3 15,412,991,413 1,137,313,529 9,975,717,271 762,201,280 6,685,495,498 526,194,443 4,615,408,907
6 2,830,000
,000 24,842,292,422,012,292,40 1,597,461,222.1 14,022,826,423 947,761,274 8,319,633,461 586,308,677 5,146,732,013 375,853,173 3,299,312,521
7 2,830,000
,000 24,874,256,822,044,256,80 1,452,237,474.6 12,764,426,812 789,801,062 6,941,948,561 451,006,675 3,964,118,674 268,466,552 2,359,684,088
8 2,830,000
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
9 2,830,000
,000 24,916,423,6 22,086,423,6
00 1,200,196,260.0 10,566,995,907 548,472,959 4,828,969,820 266,867,855 2,349,608,664 136,972,731 1,205,961,337
10 2,830,000
,000 25,111,757,4 22,281,757,4
40 1,091,087,509.1 9,681,669,567 457,060,800 4,055,689,023 205,282,965 1,821,560,435 97,837,665 868,153,961
11 2,830,000
,000 20,391,199,6 17,561,199,6
80 991,897,735.5 7,146,991,091 380,884,000 2,744,410,492 157,909,973 1,137,799,928 69,884,046 503,540,475
12 2,830,000
,000 20,412,035,0 17,582,035,0
40 901,725,214.1 6,503,903,416 317,403,333 2,289,345,567 121,469,210 876,125,009 49,917,176 360,039,274
13 2,830,000
,000 20,433,263,5 17,603,263,5
20 819,750,194.7 5,918,788,604 264,502,778 1,909,772,069 93,437,854 674,643,213 35,655,126 257,438,367
14 2,830,000
,000 20,454,885,1 17,624,885,1
20 745,227,449.7 5,386,410,555 220,418,981 1,593,160,756 71,875,272 519,505,455 25,467,947 184,079,127
15 2,830,000
,000 20,710,969,6 17,880,969,6
80 677,479,499.7 4,958,041,476 183,682,484 1,344,255,253 55,288,671 404,622,611 18,191,391 133,131,216
16 2,830,000
,000 20,737,897,6 17,907,897,6
80 615,890,454.3 4,513,170,750 153,068,737 1,121,669,189 42,529,747 311,652,841 12,993,850 95,217,364
17 2,830,000
,000 20,765,364,2 17,935,364,2
40 559,900,413.0 4,108,316,613 127,557,281 935,962,331 32,715,190 240,050,472 9,281,322 68,102,483
18 2,830,000
,000 20,793,302,0 17,963,302,0
40 509,000,375.4 3,739,858,143 106,297,734 781,017,982 25,165,531 184,902,644 6,629,516 48,710,077
19 2,830,000
,000 20,821,778,4 17,991,778,4
00 462,727,614.0 3,404,527,152 88,581,445 651,739,653 19,358,101 142,427,590 4,735,368 34,840,561
20 2,830,000
,000 20,850,793,3 18,020,793,3
20 420,661,467.3 3,099,337,566 73,817,871 543,873,204 14,890,847 109,712,355 3,382,406 24,920,794 Total 72,407,328,400 139,784,784,500 55,643,306,600 66,662,420,310 45,347,350,420 39,484,619,790 38,484,685,140 25,627,815,390
Benefit Cost Ratio (BCR) 1.92 1.198 0.864 0.665
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
2,014 4,014,838,467 8,680,555,556 3,092,447,917 6,827,492,035 2,432,294,037 5,466,472,303 1,947,430,758
4 12,000,00
464 3,649,853,152 5,787,037,037 2,577,039,931 4,201,533,560 1,870,995,413 3,123,698,459 1,391,021,970
5 2,830,000
3 1,137,313,529 9,975,717,271 762,201,280 6,685,495,498 526,194,443 4,615,408,907
6 2,830,000
5 947,761,274 8,313,097,726 586,308,677 5,142,688,845 375,853,173 3,296,720,648
7 2,830,000
2 789,801,062 6,927,581,438 451,006,675 3,955,914,496 268,466,552 2,354,800,463
8 2,830,000
4 658,167,551 5,772,984,532 346,928,211 3,043,011,151 191,761,823 1,682,000,331
9 2,830,000
2 548,472,959 4,810,820,443 266,867,855 2,340,777,808 136,972,731 1,201,428,808
10 2,830,000,000 25,111,757,440 22,281,757,440 1,091,087,509 9,681,669,567 457,060,800 4,055,689,023 205,282,965 1,821,560,435 97,837,665 868,153,961
11 2,830,000
36 7,146,991,091 380,884,000 2,744,410,492 157,909,973 1,137,799,928 69,884,046 503,540,475
12 2,830,000
9 317,403,333 22,894,485,793 121,469,210 8,761,644,314 49,917,176 3,600,554,742
13 2,830,000
95 5,918,788,604 264,502,778 1,909,772,069 93,437,854 674,643,213 35,655,126 257,438,367
14 2,830,000
50 5,386,410,555 220,418,981 1,593,160,756 71,875,272 519,505,455 25,467,947 184,079,127
15 2,830,000
00 4,958,041,476 183,682,484 1,344,255,253 55,288,671 404,622,611 18,191,391 133,131,216
16 2,830,000
54 4,513,170,750 153,068,737 1,121,669,189 42,529,747 311,652,841 12,993,850 95,217,364
17 2,830,000
13 4,108,316,613 127,557,281 935,962,331 32,715,190 240,050,472 9,281,322 68,102,483
18 2,830,000
75 3,739,858,143 106,297,734 781,017,982 25,165,531 184,902,644 6,629,516 48,710,077
19 2,830,000
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
20 2,830,000 ,000
20,850,793,32 0
18,020,793, 320
420,661,4
67 3,099,337,566 73,817,871 543,873,204 14,890,847 109,712,355 3,382,406 24,920,794
Total 63,220,10 5,150
94,637,971,36 0
49,901,361,29
0 50,573,454,570 31,095,944,54
0 41,604,756,830 28,034,774,02
0 12,224,883,060
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
Perhitungan/ analisa Sensitifitas dalam Beberapa Alternatif adalah sebagai berikut: Perbandingan NPV (i = 15% )
2.2 Hasil Analisis Ekonomi Teknik 4.2.1 Hasil Evaluasi
Setelah melakukan perhitungan sebagaimana di atas, maka di peroleh hasil evaluasi, yaitu Cash Flow Diagram, Benefit Cost Ratio, Present Value dan Benefit Cost Ratio untuk berbagai interest rate dan analisa sensitivitas. Dari hasil tersebut dapat diketahui perbandingan biaya dan manfaat dalam hal pembangunan proyek Waduk Langsa pada tahun 2006. Perhitungan tersebut dilakukan untuk membandingkan antara waktu rencana pembangunan proyek pada tahun 2001 dengan waktu rencana pelaksanaannya dilakukan pada tahun 2006, dijelaskan sebagai berikut :
4.2.2 Hasil Cash Flow Diagram
Cara lain untuk memperkirakan nilai suatu proyek adalah dengan jalan mengurangkan biaya (cost) pada manfaat (benefit) tahun demi tahun untuk memperoleh incremental net benefit (manfaat tambahan bersih) atau Cash Flow yang digunakan untuk memperoleh kembali modal yang ditanamkan pada proyek Waduk Langsa sama dengan penyusutan dan mengkompensasikan penggunaan uang untuk keperluan proyek sama dengan profit. Dalam evaluasi ini, untuk memperoleh Cash Flow sebagai basis untuk mengetahui produktivitas modal.
Diagram Cash Flow untuk biaya Investasi, operasi, pemeliharan dan pergantian (O, P dan P) dan keuntungan (manfaat) digambarkan sebagai berikut :
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
4.2.2 Hasil Benefit Cost Ratio (BCR) Salah satu tujuan evaluasi ini adalah membandingkan biaya dan manfaat dengan menggunakannya metode Diskonto untuk waktu pelaksanaan proyek waduk Langsa yang dilaksanakan pada tahun anggaran baru dengan tahun anggaran lama. Sebagaimana hasil yang diperoleh pada perhitungan di atas, dapat dijelaskan bahwa Benefit Cost Ratio untuk waktu pelaksanaan proyek Waduk Langsa tahun anggaran baru (tahun 2006) sebesar 1.405. Bila Benefit Cost Ratio digunakan untuk mengevaluasi suatu proyek, supaya bisa diterima nilainya maka harus sama dengan 1 (satu) atau lebih untuk disetujui pembangunannya.
4.2.3 Hasil Present Value dan Benefit Cost Ratio untuk Berbagai Interest Rate
Nilai Benefit Cost Ratio sangat tergantung pada tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, makin kecil Benefit Cost Ratio dan bila tingkat bunga cukup tinggi, nilai Benefit Cost Ratio bisa kurang dari satu. Bila nilai Benefit Cost Ratio pada tingkat bunga yang diasumsikan lebih kecil dari satu berarti nilai sekarang manfaat lebih kecil dari pada nilai sekarang biaya. Bila demikian halnya, lebih baik uangnya di simpan di Bank dari pada di investasikan dalam proyek Waduk Langsa. Berdasarkan perhitungan dapat digambarkan grafik perbandingan tingkat suku bunga terhadap Benefit Cost Ratio, sebagai berikut :
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Suku Bunga Vs B
4.2.4 Hasil Analisa Sensitivitas
Analisa sensitivitas adalah menga-nalisa kembali proyek waduk Langsa untuk melihat apa yang akan terjadi pada proyek tersebut bila ada sesuatu yang tidak sejalan dengan rencana. Cara-cara penetapan analisa sensitivitas hanya menghitung nilai proyek sekali lagi dengan menggunakan perkiraan baru untuk salah satu unsur biaya atau manfaat. Proyek Waduk Langsa di coba sensitivitas apabila biaya investasi melebihi rencana sampai 30% dan terhadap 10% penurunan harga padi. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel P.15, sehingga melihat realitas hasil
Benefit Cost Ratio yang diperoleh masih berani memutuskan menempuh resiko investasi untuk melan-jutkan pembangunan proyek Waduk Langsa pada tahun 2006.
4.3 Pembahasan
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
diperoleh relatif lebih besar dari biaya pembangunan (investasi) dan biaya opera-sionalnya. Untuk dapat membandingkan manfaat dan biaya tersebut diperlukan keseragaman nilai harga pada tahun yang sama, dapat berupa nilai uang saat ini (present value) ataupun nilai uang yang akan datang (Future Value)
Dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa NPV proyek umumnya masih positif pada tingkat bunga diskonto 15% dengan NPV Rp. 20.519.203,31,- dan Net B/C = 1,405. Dari hasil perhitungan, dengan mempertimbangkan tingkat bunga 20%, maka proyek pembangunan Waduk Langsa masih layak untuk dilaksanakan pembangunannya. Selanjutnya berdasarkan analisa sensitivitas dalam beberapa alternatif bahwa resiko investasi masih positif dilihat dari perbandingan Net B/C rationya.
4. Kesimpulan Dan Saran 4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan terhadap studi evaluasi Benefit Cost Ratio Proyek Waduk Langsa, studi kasus yang ditinjau dalam pe-nelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Hasil evaluasi untuk pelaksanaan pembangunan dalam tahun anggaran baru (tahun 2006) menghasilkan Net – B/C sebesar 1,405.
2. Sehubungan dengan kesimpulan point (1) menunjukkan bahwa Net B/C anggaran baru layak dilanjutkan pembangunannya. 3. Dari hasil analisa sensitivitas bahwa 30%
Cost Overrum menunjukkan bahwa Net B/C yang diperoleh sebesar 1,22 pada suku bunga 15% sehingga NPV-nya dan Net
B/C menurun dan masih layak di laksanakan pembangunannya. 4. Dari hasil evaluasi menunjukan bahwa
NPV proyek umumnya masih positif pada tingkat bunga Diskonto 15%, dengan NPV = Rp. 20.519.203,31 dan Net B/C = 1,405. Dari hasil perhitungan dengan mempertimbangkan tingkat suku bunga = 20%, maka proyek pembangunan waduk Langsa dianggap masih layak untuk dilaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat.
4.2. Saran
Dari hasil kesimpulan, maka ada beberapa hal yang menjadi saran antara lain : 1. Dalam penelitian ini asumsi perhi-tungan
belum memperhitungkan : a. Biaya administrasi proyek b. Tingkat inflasi tahunan
c. Biaya pembebasan lahan dan peng-gantian
d. Biaya tidak terduga selama proses pelaksanaan pekerjaan
e. Besaran pajak pertambahan nilai (PPN).
Maka disarankan untuk mengkaji lebih mendalam keterkaitan terhadap analisa finansial. Proyek pembangunan waduk Langsa.
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
DAFTAR PUSTAKA
Amir F., Z, (2005), Penelusuran Banjir Lewat Waduk Pada Bangunan Pelimpah Embung Paya Seunara, Jurnal Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala.
Badu S. DH., Ibnu S.W, 1998, Pengaturan Bisnis Modern, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Daniel W. H., Ronald W.W, Construction Management, Secoud Edition.
Gittinger, J.P, 1986, Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Gray C., Simanjuntak P, K. Sabur. L; Maspaitella. P.F.L, (1985), Pengantar Evaluasi Proyek,
Penerbit PT. GRAmedia, Jakarta.
Grant L., E. Irason, W.G dan S. Leaven Worth. 2001, Dasar-dasar Ekonomi Teknik, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Hendrikson, C dan Tung A, 1998, Project Manajement For Kontruction, Prentice Hall,
Prittsburgh.
Idris,M. I, Fachrurrazi dan Mubarak, 2004, Strategi Penentuan Alternatif Pembiayaan Proyek Real Estate, Jurnal Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala.
Iqbal, H, 2004, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Kadariah, Karlina L, Gray Clive, 1978, Pengantar Evaluasi Proyek, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta.
Nazir, M, 1999, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Rohmanhadi,1996, Ekonomi Tehnik untuk Proyek-Proyek Pengairan, PT.Medica, Jakarta. Soeharto, I, 1995, Manajemen Proyek, Penerbit Erlangga, Jakarta
Soedibyo, 2003, Teknik Bendungan, Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Sultan Syah, M. 2004, Manajemen Proyek, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Thusen, G.J. Fabrycky, W.J. 1993. Engineering Economy, Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs,
New Jersey.
Timothy, M. Whalen, Sajini G and M. Dalcy Abraham, (2004), Cost-Benefit Model for The Construction of Tornado Shelters, Journal of Construction Engineering and Management, ASCE.
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
IDENTIFIKASI FORMALIN DALAM PRODUK MIE BASAH DAN TAHU DENGAN METODE KUALITATIF LARUTAN KMnO4
Amri Amin, Fakultas Teknik Universitas Abulyatama Aceh Besar
Abstrak
Larutan formaldehid mempunyai nama dagang formalin, formol, atau mikrobisida dengan rumus molekul CH2O. Formalin sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama
dalam bidang industri. Zat ini dapat digunakan sebagai pembersih lantai dan pembersih pakaian. Dewasa ini formalin banyak kasus penyalahgunaan dari fungsi kegunaan yang sebenarnya, yaitu digunakan sebagai pengawet makanan, padahal formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Penelitian sudah dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pemakaian formalin pada mie basah dan tahu di kota Banda Aceh. Sampel mie basah dan tahu diambil dari produsen dalam kawasan Banda Aceh, yaitu Pasar Penayong, Pasar Aceh, Pasar Setui, Pasar Keutapang dan Pasar Lamnyong, sedangkan tahu pada pabrik tahu di Desa Batoh dan Pango. Identifikasi formalin pada mie basah dan tahu dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan KMnO4. Dari hasil penelitian bahwa mie basah di kawasan Banda Aceh terbukti positif
mengandung formalin, sedangkan pada tahu negatif. Dalam hal ini menunjukkan bahwa masyarakat khususnya produsen mie basah di Banda Aceh masih banyak menggunakan formalin sebagai bahan pengawet makanan.
Kata kunci: formalin, KMnO4, mie basah, dan tahu
1. Latar Belakang
Bahan aktif adalah bahan yang di-tambahkan dan dicampurkan sewaktu peng-olahan makanan untuk meningkatkan mutu. Bahan aktif dapat berupa pewarna, penyedap rasa dan aroma, pemantap, antioksidan, pengental, pengemulsi, anti gumpal, pemucat dan pengawet (Winarno, 1992).
Namun, sekarang banyak penyalah-gunaan bahan kimia sebagai pengawet makanan seperti formalin. Salah satu bahan makana yang rawan penambahan formalin adalah mie basah, karena mie basah mengan-dung kadar air yang tinggi dan memiliki daya awet yang rendah. Untuk memperpanjang masa simpan mie basah, produsen sering meng-awetkan dengan cara sederhana dan mudah namun membahayakan bagi kesehatan seperti dengan menambahkan formalin (Astawan, 2005). Selain mie basah, bahan makanan lainnya yang rawan penambahan formalin adalah tahu, ikan asin dan ikan segar (Anonymous, 2006).
Suharjono (2006) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan pema-kainan formalin untuk pengawet makanan meningkat, antara lain harganya jauh lebih murah dibandingkan pengawet lainnya seperti natrium benzoate atau natrium sorbat, jumlah
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
Penggunaan formalin pada makanan sangat meresahkan masyarakat, padahal formalin merupakan bahan kimia yang sudah dilarang secara resmi sejak Oktober 1988 melalui Permenkes nomor 722/Menkes/per/ IX/1988. Selain bertentangan dengan Permenkes, penggunaan formalin untuk bahan pangan tidak sesuai dengan Undang-Undang Pangan nomor 7 tahun 1996 dan Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan. Tata cara perniagaan formalin diatur dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 254/MPP/Kep/7/2000. Formalin merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk pembersih lantai dan pembersih pakaian (Suharjono,2006).
Pemakaian formalin pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia. Menurut International Programme on Chemical Safety (IPCS), ambang batas aman formalin dalam tubuh adalah 1 ppm. Gejala yang biasa timbul antara lain sukar menelan, sakit perut akut disertai muntah-muntah, mencret berdarah, timbulnya depresi susunan syaraf, atau gangguan peredaran darah. Konsumsi formalin dengan dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan haimatomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis 100 gram dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3(tiga) jam (Astawan,2005).
Untuk meminimalisir kasus penyalah-gunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan, perlu dilakukan upaya peningkatan kesadaran dan pengetahuan bagi produsen dan konsumen tentang bahaya pemakaian bahan kimia yang bukan termasuk katagori BTP seperti formalin. Upaya kearah ini dapat dilakukan dengan cara sosialisasi dari badan atau dinas pemerintah terkait, adanya regulasi yang baik dari pemerintah dan tindakan hukum yang tegas kepada pelanggar.
Uji kualitatif formalin dalam makanan dapat dilakukan dengan KMnO4, sedangkan
analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan spektrofotometri meggunakan larutan Nash (Williams,1984), 2,4- dinitrofenilhidrazin
(Hadi, 2003) dan alkanon dalam media garam asetat (Supriyanto, 2008). Hadi (2003) melaporkan bahwa analisis formalin menggunakan 2,4- dinitrofenilhidrazin dalam tahu diperoleh nilai rekoveri 85,3 + 3,92 % dan dalam bakso 43,91 + 3,73%, dengan batas deteksi 11,43 pg/mL, sedangkan dengan alkanon dalam media garam asetat menggunakan spektrofotometer dapat meng-analisis kadar formalin sampai 3 ppm (Supriyanto, 2008). Selain itu formalin dapat juga dianalisa dengan asam kromotropat yang dilarutkan dalam asam sulfat (BPPOM, 2000).
Formalin merupakan aldehid yang paling sederhana karena gugus aldehid hanya berikatan dengan salah satu atom hidrogen. Senyawa ini bersifat polar, mudah larut dalam air dan mudah menguap (Fesseden,1999). Berdasarkan sifat kimia tersebut, maka pada penelitian ini sampel yang diidentifikasi mengandung formalin diberi perbedaan perlakukan dengan dicuci dan direndam dalam air mendidih.
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
yang mengandung formalin. 1. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Labora-torium Penelitian Kimia FMIPA Unsyiah. Alat dan Bahan
Alat-alat yang dilakukan adalah, pipet tetes, labu ukur, pipet volum, gelas kimia, spatula, gelas ukur, corong, penghisap. Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel mie
Sampel Mie Basah dan Tahu
a. Sampel mie basah dan tahu di ambil di pasar kawasan kota Banda Aceh.
b. Sampel mie di ambil sebanyak 1/2 kg dan tahu 6 potong dari masing-masing lokasi, kemudian dimasukkan kedalam plastic dan diikat dengan rapat untuk menjaga kadar formalin dalam mie basah dan tahu tidak berkurang, karena formalin mudah menguap (volatile) di udara bebas.
Prosedur Kerja
Pembuatan Kalium Permanganat (KMnO4 0.004 M)
a. Ditimbang serbuk KMnO4 sebanyak 0,05 gr
b. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas dalam air hingga larutan berwarna pink b. Dimasukkan potongan sampel ke dalam
larutan kalium pemanganat
c. jika warna pink hilang atau berkurang maka positif adanya formalin dalam sampel. (BPPOM,2000)
2. Hasil dan Pembahasan
Pengamatan Identifikasi Formalin secara Kualitatif
Pada penelitian ini diidentifikasi tujuh sampel bahan makanan yaitu, mie basah Pasar Aceh, mie basah Pasar Peunayong, mie basah Pasar Seutui, mie basah Pasar Ketapang, mie basah Pasar Lamnyong, pabrik tahu Pango dan pabrik tahu Batoh. Sampel yang akan diiden-tifikasi ditimbang terlebih dahulu dan kemu-dian dimasukkan ke dalam larutan KMnO4
yang berwarna merah muda. Hasil identifikasi pada sampel mie basah menunjukkan bahwa setelah diaduk warna larutan KMnO4 yang
berwarna merah muda lama kelamaan menjadi berkurang atau hilang, larutan yang semula merah muda menjadi pudar atau tidak berwarna. Hal ini mengidentifikasi bahwa sampel mie basah positif mengandung for-malin pada uji kualitatif. Sedangkan hasil identifikasi pada sampel tahu menunjukkan bahwa setelah diaduk warna larutan KMnO4
yang berwarna merah muda lama kelamaan menjadi warna pink tua pada tahu pabrik Pango, sedangkan pada tahu pabrik Batoh berwarna oranye. Hal ini mengidentifikasikan bahwa sampel tahu negative mengandung formalin pada uji kalitatif.
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
a. Mie yang dibuat untuk mie bakso
Mie yang dibuat untuk mie bakso ini mempunyai sedikit perbedaan dengan mie goreng, yaitu warnanya putih tidak terlalu kuning dan bentuknya sedikit lebih kecil dari mie goreng. Untuk sampel mie bakso ini ditimbang sebanyak 20 gram, kemudian dimasukkan ke dalam 100 ml larutan KMnO4
yang berwarna pink yang sudah dibuat dan dimasukkan ke dalam gelas kimia ukuran 250 ml, selanjutnya di aduk dan sidiamkan sambil diperhatikan selama + 5 menit sampai larutan yang berwarna pink itu pudar/hilang, dan hasil percobaan ternyata pada mie bakso itu terbukti positif adanya formalin.
b. Mie yang dibuat untuk mie goreng
Mie yang dibuat untuk mie goreng ini mempunyai ciri-ciri, yaitu warnanya kuning, kenyal, mengkilat dan bentuknya sedikit lebih besar dari mie bakso. Pengujian pada mie goreng ini dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 20 gram sampel, kemudian dimasukkan kedalam 100 ml larutan KMnO4
yang berwarna pink yang sudah dibuatdan dimasukkan ke dalam gelas kimia ukuran 250 ml. selanjutnya di aduk dan di diamkan sambil diperhatikan selama + 5 menit sampai larutan Pango dan pabrik tahu di Batoh.
Pada tahu di pabrik pango hanya dibeli sebanyak Rp.2000 dapat 6 potong, dengan ciri-cirinya berwarna putih berbentuk segi empat dengan kondisi tahu bagus dan kenyal dengan ml, selanjutnyadi aduk dan didiamkan sambil diperhatikan selama + 5 menit sampai larutan yang berwarna pink itu berubah menjadi warna pink tua tidak pudar warnanya/hilang. Perubahan ini bias disebabkan adanya zat-zat lain yang bereaksi dengan KMnO4 yang tidak
kita ketahui, waktu di beli tahu ini langsung di ambil di dalam ember yang terbuka.
Pada tahu di pabrik Batoh juga dibeli sebanyak Rp.2000 dapat 6 potong dengan ciri-cirinya berwarna putih berbentuk segi empat dengan kondisi tahu kurang bagus sedikit kerusakan dan kenyal dengan baunya yang menyengat, tahu di masukkan ke dalam plastic yang diikat rapat untuk menghindari konta-minasi dengan udara luar. Pengujian pada tahu ini dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 30 gram sampel kemudian dima-sukkan kedalam 100 ml lerutan KMnO4 yang
berwarna pink yang sudah dibuat dan dimasukkan ke dalam gelas kimia ukuran 250 ml, selanjutnya di aduk dan di diamkan sambil diperhatikan + 5 menit sampai larutan yang berwarna pink itu berubah menjadi warna orange tidak pudar/hilang. Mungkin ini disebabkan tahu yang digunakan adalah tahu sisa dari pasar yabg tidak habis terjual, waktu dibeli tahunya di ambil dalam mobil yang baru pulangdati pasar dan sisa tahunya masih berada di dalam mobil dalam keadaan terbuka di udara bebas, jadi kemungkinan besar formalin sudah berkurang karena menguap di udara bebas, bahkan bias juga disebabkan karena adanya zat-zat lain yang bereaksi dengan KMnO4.
Dari hasil pengujian pada sampel mie basah yang diperoleh dari beberapa tempat kawasan di kota Banda Aceh, di mana ada 5 titik yaitu, Pasar Peunayong, Pasar Aceh, Pasar Setui, Pasar Keutapang dan Pasar Lamnyong, tedapat hasil yang sama pada tiap-tiap pengujian sampelnya yaitu terbukti positif adanya formalin, sedangkan pada sampel tahu hasilnya negative.
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
aldehid mereduksi KMnO4 sehingga warna
larutan yang asalnya pink menjadi akhirnya pudar/hilang. Hal ini menjadi dasar dalam pemilihan untuk melakukan uji kuantitatif formalin.
3. Kesimpulan
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2000, Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional No.3/Makanan dan Minuman, Balai Pusat Penelitian Obat dan Makanan, Jakarta.
Anonymous, 2005, The Complete Drug Reference 34th, Pharmaceutical Press.
Anonymous, 2006, Penggunaan Formalin Pada Bahan Pangan, http://www.iptek.net.id .
Ariens, E.J. C.S, 1986, Toksinologi Umum: Pengantar, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Astawan, M., 2005, Mie Lezat Bergizi Tapi Rawan Formalin, http://www.gizi.net.
http://www.kompas.co.id.
Budavari, S.,1989, The Merck Index an Encyclopedia of Chemical, 7th Edition, Merck and Co,. Inc,Rahway, U.S.A.and
Curdova, E., Lenka, V., Miloslav, S., Petr, B., and Jiri, G., 2003, ICP-MS Determination of Heavy Metals in Submerged Cultures of Wood-Rotting Fungi, Department of Analytical Chemistry, Institute of Chemical Technology in Prague, Czech Republic.
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S., 1999, Kimia Organik Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta. Judarwanto, W., 2006, Pengaruh Formalin Bagi Sistem Tubuh, www.puterakembara.org .
Hadi, A.D., 2003, Penggunaan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak Untuk Penentuan Formaldehida Dalam Makanan Dengan Pereaksi 2,4-Dinitrofenilhidrazyn, Departemen Farmasi ITB, Bandung.
Harmita, 2006, Amankah Pengawet Bagi Manusia, Depaartemen Farmasi FMIPA-UI, Depok, Jakarta.
Kealey and Fifield, D., 2000, Principles and Practice of Analytical Chemistry, Blackwell Science Paris, Prancis.
Padjaatmaka, H.A dan Setiono, 1994, Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Terjemahan dari Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental Analysis 4th Edition oleh Basset, J., Denny, R.C., Jeffrey, G.H. dan Mendham, J., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Riawan, S., 1990, Kimia Organik, Binapura Aksara, Jakarta. Sartono, 2001, Racun dan Keracunan, Widya Medika, Jakarta.
Skoog, A.D., M.Donald and James, H, 1997, Fundamentals of Analytical Chemistry, Harcourt Collage Publishers. Tokyo.
Sopyan, I., 1999, Analysis Kimis Kuantitatif, Edisi Keenam, Terjemahan dari Quantitative Analysis Sixth Edition oleh Underwood, AL., and R. A. Day., Erlangga, Jakarta.
Suharjono, 2006, Mengambil Hikmah Kasus Formalin, www.kagamamm_ugm.com.
Sukesi, 2006, Cara Baru Kurangi Kadar Formalin, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Supriyanto, G., 2006, Analisis Bahan Tambahan Pangan Masyarakat Bisa Kontrol Kualitas Makanan, www.jatim.go.id.
Williams, S., 1984, Official Methods Of Analysis, Fourth Edition, Published by The Association of Official of Official Analytical Chemistry, Inc, Virginia, U.S.A.
Winarno, F.G dan Titi, S.R., 1994, Bahan Tambahan untuk Makanan dan Kontaminan, Pustaka Sinar Harapan.
Winarno, F.G., Fardiaz, S.,cdan Fardiaz, d., 1980, Pengantar Teknologi Pangan, PT.Gramedia, Jakarta.
http://www.sobatsehat.com/2010/04/28/ciri-ciri-makanan-mengandung-formalin/
http://www.ebookpangan.com/ARTIKEL/Mengawetkan%20 tahu%20tanpa%20formalin.pdf
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
http://smk3ae.wordpress.com/2008/06/09/:
http://www.distan.pemda-diy.go.id
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
Potensi Perikanan Tangkap di Kota Banda Aceh Pascatsunami
Rizwan, ST., MT
Jurusan Ilmu Kelautan, Koordinatorat Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala
email: wan_kapal@yahoo.co.id
Abstrak
Potensi perikanan tangkap di Kota Banda Aceh sebelum terjadinya Gempa dan Tsunami prospeknya sangat bagus, setelah terjadinya musibah tersebut potensi perikanan tangkap di Kota Banda Aceh mulai menurun, ini dikarenakan oleh banyaknya kehilangan armada perikanan, nelayan, sehingga untuk mengelola potensi perikanan tersebuttidak dapat dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kembali potensi perikanan tangkap yang terdapat di Kota Banda Aceh, dengan melakukan permalan kurun waktu 10 tahun kedepan dengan metode ARIMA 1.0.1 dan 2.0.1, dan menggunakan 3 variabel yaitu armada perikanan, nelayan dan hasil tangkapan. Hasil peramalan tersebut adalah pertumbuhan armada perikanan 44 unit pertahun, nelayan 519 orang pertahun dan hasil tangkap 4431.5615 ton pertahun.
Kata Kunci : kapal Perikanan, Alat Tangkap, Hasil Tangkapan.
Pendahuluan
Kota Banda Aceh menempati daerah dataran, dengan penduduk 264.845 jiwa, dengan kepadatan terkonsentrasi pada pusat kota dan melebar ke barat dan ke arah pantai. Sebagai Ibu Kota Provinsi Aceh, Kota Banda Aceh dilengkapi dengan berbagai prasarana dan sarana berskala Regional dan Nasional, dengan intensitas kegiatan perkotaan yang cukup tinggi. Bahkan sebagai pintu gerbang barat Indonesia, Banda Aceh juga memiliki fungsi perhubungan internasional yang semakin mempertinggi fungsi pelayanan kota ini. Secara geografis Kota Banda Aceh 05030‟ – 05035‟ Lintang Selatan dan 95030‟ – 99016‟
Bujur Timur, dimana batas dari Kota Banda Aceh adalah sebagai berikut :
Sebelah utara : Selat Malaka
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
Gambar 1. Peta Kota Banda Aceh
Dari data bathimetri diketahui bahwa rata-rata perairan pantai yang ada di Provinsi Aceh mempunyai kemiringan 4% - 6%, kedalaman 6 meter dari MSL atau 5 meter dari LWS berada pada jarak 150 meter garis pantai. Kecuali perairan Sabang yang mempunyai kemiringan antara 30% 60%, kedalaman -4,00 meter LWS dicapai pada jarak ± 20 meter, sedangkan kedalaman -14,00 meter LWS berada pada jarak ± 80 dari garis pantai.
Kapal penangkap ikan yang digunakan pada umumnya di Provinsi Aceh, khususnya di Kota Banda Aceh dapat dibedakan berdasarkan peralatan tangkap yang digunakan kapal ikan tersebut. Besarnya ukuran kapal berdasarkan peralatan tangkap tersebut dapat dilihat dalam tabel 1 berikut
.
Tabel 1. Ukuran kapal ikan berdasarkan alat tangkap
No Jenis Alat Tangkap Ukuran Armada
1 Hook and Lines (pancing tonda, pancing biasa) 5 – 20 GT 2 Giil Net (jaring insang tetap, jaring insang hanyut) 10 – 30 GT
3 Purse Seine (pukat cicin) 20 – 60 GT
4 Seine Net (Pukat kantong) 20 – 100 GT
Sumber : Perikanan NAD Dalam Angka 2004
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
Tabel 2. Jumlah Kapal Penangkap Ikan di Kota Banda Aceh Sebelum & Pascatsunami
No Tahun Smtr
Kapal
Ikan No Tahun Smtr
Kapal Ikan
1 1990 I 44 17 1998 I 50
2 1990 II 44 18 1998 II 51
3 1991 I 45 19 1999 I 50
4 1991 II 44 20 1999 II 50
5 1992 I 46 21 2000 I 52
6 1992 II 46 22 2000 II 51
7 1993 I 47 23 2001 I 57
8 1993 II 46 24 2001 II 57
9 1994 I 47 25 2002 I 58
10 1994 II 48 26 2002 II 58
11 1995 I 49 27 2003 I 59
12 1995 II 48 28 2003 II 6
13 1996 I 48 29 2004 I 63
14 1996 II 49 30 2004 II 30
15 1997 I 49 31 2005 I 31
16 1997 II 49
Sumber : Perikanan Aceh Dalam Angka 2005
Dari tabel 2, jumlah armada kapal bertambah, di karenakan terjadinya bongkar muat hasil tangkapan ikan di kota Banda Aceh, sehingga komunitas kapal ikan terus bertambah, adapun armada yang singgah di Kota Banda Aceh adalah Armada kapal ikan dari pesisir timur (Meureudu, Tringgadeng, Panteraja,
Lhokseumawe, Idi, dan Langsa) dan pesisir Barat (Meulaboh, Calang, Blang Pidie, dan Simeuleu).
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
Tabel 3. Jumlah Produksi Perikan di Kota Banda Aceh sebelum dan pascatsunami
No Tahun Smtr Produksi
Perikanan (Ton) No Tahun Smtr
Produksi Perikanan
(Ton)
1 1990 I 4355 17 1998 I 5742
2 1990 II 5355.1 18 1998 II 5631
3 1991 I 5425.3 19 1999 I 5796.2
4 1991 II 4595.5 20 1999 II 5943.1
5 1992 I 4731.5 21 2000 I 6044
6 1992 II 5670.4 22 2000 II 6357.5
7 1993 I 5324.1 23 2001 I 6578.3
8 1993 II 5456 24 2001 II 6592
9 1994 I 5630.3 25 2002 I 6994.7
10 1994 II 5471.2 26 2002 II 7023.3
11 1995 I 5795.5 27 2003 I 7521.4
12 1995 II 5793.2 28 2003 II 6623.1
13 1996 I 5800.3 29 2004 I 7018.1
14 1996 II 5802.9 30 2004 II 1289
15 1997 I 5637.5 31 2005 I 1296
16 1997 II 5569.9
Sumber : DKP Kota Banda Aceh, 2005
Dari tabel 3. diatas dapat dilihat produksi perikanan tangkap terus meningkat dari tahun ke tahun dan hasil tangkapan tersebut selain dikosumsikan di daerah seperi di Kota Banda Aceh dan di sekitanya, ada juga yang di jual keluar daerah seperti ke sekitar Pulau Sumatera. Setelah terjadinya gempa dan gelombang tsunami umumnya di Prov. Aceh khususnya di Kota Banda Aceh, penurunan hasil tangkapan ikan di Kota Banda Aceh turun drastis dipenghujun tahun 2004 dan awal tahun 2005.
Sedangkan jumlah nelaya dari tahun-ketahun di Kota Banda Aceh baik sebelum terjadinya
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
Tabel 4. Jumlah Nelayan Sebelum & Pascatsunami di Kota Banda Aceh
No Tahun Smtr Nelayan No Tahun Smtr Nelayan
1 1990 I 508 17 1998 I 666
2 1990 II 508 18 1998 II 667
3 1991 I 522 19 1999 I 677
4 1991 II 521 20 1999 II 677
5 1992 I 560 21 2000 I 716
6 1992 II 560 22 2000 II 715
7 1993 I 573 23 2001 I 803
8 1993 II 572 24 2001 II 803
9 1994 I 591 25 2002 I 841
10 1994 II 592 26 2002 II 841
11 1995 I 604 27 2003 I 887
12 1995 II 603 28 2003 II 888
13 1996 I 616 29 2004 I 898
14 1996 II 617 30 2004 II 251
15 1997 I 634 31 2005 I 272
16 1997 II 634
Sumber : DKP Kota BandaAceh,2005
Dari tabel 4 dapat dilihat pertumbuhan nelayan di Kota Banda Aceh dari tahun-ketahun bertambah, pertambahan nelayan dari tahun ke tahun di Kota Banda Aceh dipengaruhi oleh jumlah pertumbuhan penduduk yang ada, sedangkan di akhir tahun 2004 dan awal tahun 2005 jumlah nelayan di Kota Banda Aceh turun drastis, ini di karenakan terjadinya bencana alam gempa dan gelombang tsunami.
Tinjauan Pustaka
Kemampuan para nelayan dan pembudidayaan ikan agar secepatnya mampu memulai usahanya dan berproduksi seperti sediakala dan bila mungkin dapat lebih ditingkatkan. Dalam rangka mendorong ekonomi masyarakat
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
Upaya pengembangan usaha perikanan dilakukan melalui kegiatan utama seperti:
a. Rehabilitasi perikanan tangkap Kebijakan penyediaan sarana dalam tahun pertama diprioritaskan untuk penangkapan skala kecil dimaksudkan untuk mendorong nelayan segera kembali ke laut. Kebijakan pengembangan sarana diharapkan mampu mendorong peningkatan produksi per-ikanan yang berasal laut di atas 12 mil sekitar NAD yang pengelolaannya dilak-sanakan melalui sistem perguliran, pola kemitraan dengan nelayan, dan melalui pola Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR) serta pengembangan sentra-sentra usaha perikanan berbasis perikanan terpadu.
Peramalan
Peramalan merupakan alat bantu untuk mengestimasi terhadap keadaan dimasa depan, karakteristik dari suatu metode paramalan harus dipahami supaya sesuai dengan situasi pengambilan keputusan. Secara umum metode peramalan dibagi dua katagori utama yaitu (Gitosarsudarmo, 1984) :
1) Metode Kuantitatif, terdiri dari Time Series (runtun waktu) metode kausal 2) Metode kualitatif terdiri dari : metode
eksploratoris normatif
Metode Kuantitatif formal didasarkan atas prinsip-prinsip statistik yang memiliki tingkat ketepatan tinggi atau meminimumkan kesalahan (error), lebih sistematis dan lebih populer dalam penggunaannya. Untuk menggunakan metode kuantitatif terdapat tiga kondisi yaitu :
1) Tersedianya informasi tentang masa lalu 2) Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan
dalam bentuk data numerik
3) Diasumsikan bahwa beberapa pola masa lalu akan terus berlanjut
Metode Times Series/Univariat
Times series Method atau metode runtun waktu adalah suatu analisa dimana diusahakan menggambarkan pola perkembangan dan
produksi/penjualan pada runtun waktu telah lewat untuk memperoleh besar kecilnya tingkat perkembangan produksi tahunan. Analisa Times series disebut juga univariat method, data historis memeberikan pola pergerakan atau pertumbuhan permintaan pasar. Dengan pola tersebut dapat memeperkirakan, mera-malkan permintaan pasar dimasa akan datang. Didalam univariat method menggunakan ARIMA (1.0.1) dan ARIMA (2.0.1) (Makridakis, Wheelwright, Mcgee, 1988)
Selanjutnya rumus dari univariat method ARIMA (1.0.1) dan (2.0.1) adalah
Zt = jumlah pertumbuhan yang dicari
= nilai konstan
Zt = Jumlah Pertumbuhan yang dicari
= nilai konstan
= parameter moving everage ke – t
t = parameter autoregresi ke – t et = nilai galat pada saat ke - t
Metode Penelitian
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
Hasil dan Pembahasan
Dari data yang terdapat pada tabel 3, maka di dapat grafik peramalan pertumbuhan kapal penangkap ikan di Kota
Banda Aceh untuk 10 tahun kedepan seperti terlihat pada hasil ranning dari ARIMA 2.0.1 dan gambar 2 di bawah ini.
Tabel 5 Peramalan Kapal Ikan di Kota Banda Aceh
Tahun Smt r
Hasil Foreces
Pembul atan 2005 II 32.1396 32
2006 I 37.7563 38
2006 II 38.2240 38
2007 I 41.5207 42
2007 II 41.6764 42
2008 I 43.6157 44
2008 II 43.6369 44
2009 I 44.7802 45
2009 II 44.7511 45
2010 I 45.4267 45
2010 II 45.3848 45
2011 I 45.7850 46
2011 II 45.7457 46
2012 I 45.9832 46
2012 II 45.9514 46
2013 I 46.0926 46
2013 II 46.0687 46
2014 I 46.1529 46
2014 II 46.1358 46
2015 I 46.1861 46
Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Kapal Ikan
Gambar 3. Grafik Pertumbuhan kapal Perikanan
Berdasarkan hasil Ranning ARIMA 2.0.1 dan persamaan diatas maka didapat persamaan: nZt =
22,106 – 0,0347 Zt-1 + 0,5591 Zt-2 + at– 0,9281 at-1 (3)
Hasil peramalan dengan Ranning ARIMA 2.0.1 dapat dilihat di bawah ini :
2 0 1 5
1 0 5
4 7
4 2
3 7
3 2
I n d e x
fo
r_
kp
l
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
ARIMA Model: kapal Final Estimates of Parameters
Type Coef SE Coef T P AR 1 -0.0364 0.2752 -0.13 0.896 AR 2 0.5900 0.2650 2.23 0.035
MA 1 -0.9324 0.1699 -5.49 0.000 Constant 20.639 2.055 10.04 0.000 Mean 46.226 4.602
Number of observations: 31
Residuals: SS = 850.888 (backforecasts excluded) MS = 31.514 DF = 27
Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic Lag 12 24 36 48
Chi-Square 3.3 4.9 * * DF 8 20 * * P-Value 0.911 1.000 * *
Period Forecast Lower Upper 32 32.1396 21.1344 43.1448 33 37.7563 22.9801 52.5326 34 38.2240 22.2254 54.2226 35 41.5207 24.5724 58.4690 36 41.6764 24.3875 58.9653 37 43.6157 26.0376 61.1938 38 43.6369 25.9565 61.3172 39 44.7802 27.0080 62.5524 40 44.7511 26.9476 62.5545 41 45.4267 27.5937 63.2597 42 45.3848 27.5423 63.2274 43 45.7850 27.9328 63.6371 44 45.7457 27.8906 63.6008 45 45.9832 28.1250 63.8414 46 45.9514 28.0923 63.8104 47 46.0926 28.2326 63.9527 48 46.0687 28.2084 63.9291 49 46.1529 28.2923 64.0136 50 46.1358 28.2750 63.9965 51 46.1861 28.3252 64.0469
Dari table 5, peramalan dilakukan 6 bulan sekali sampai dengan 10 tahun mendatang, hasil peramalan tersebut, maka