• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.2 Analisis Lebih Lanjut

3.8.2.1 Uji Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I

Besar pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe TGT pada peningkatan rerata pretest ke posttest I dapat dilihat melalui perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I. Data yang digunakan untuk perhitungan

55 persentase peningkatan diambil dari rerata pretest ke posttest I pada uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov test. Peningkatan persentase skor pretest ke

posttest I dapat dicari dengan rumus sebagai berikut (Gunawan, 2009: 575).

Gambar 3. 7 Rumus Besar Persentase Peningkatan Pretest ke Posttest I

Uji statistik menggunakan IBM SPSS statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% dengan hipotesis statistik sebagai berikut.

Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Kriteria yang digunakan untuk mengetahui peningkatan adalah sebagai berikut (Priyatno, 2012: 31).

a. Jika harga p > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain, tidak ada peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I.

b. Jika harga p < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain, ada peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I.

Selain persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I, dilakukan perhitungan persentase selisih skor pretest ke posttest I (gain score) dengan rumus sebagai berikut:

Gambar 3. 8 Rumus Gain score Persentase peningkatan = 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡𝐼;𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡)

𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑥 100%

Gain score = frekuaensi

56 Frekuensi gain score yang diambil kurang lebih 50% didapat dari selisih

pretest-posttest I kedua kelompok. Grafik poligon pada gain score menunjukkan perbandingan yang tepat pada rerata antara kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol (Fraenkel, 2012: 250-251). Frekuensi gain score yang diambil kurang lebih 50% dari skor tertinggi dari selisih pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pada gain score terdapat grafik poligon yang menunjukkan bahwa perbandingan yang tepat pada rerata antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 250-251).

3.8.2.2 Besar Efek Peningkatan

Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.Teknik analisis yang digunakan jika data terdistribusi normal adalah Paired samples t-test, sedangkan jika data terdistribusi tidak normal adalah Wilcoxon signed-rank test (Field, 2009: 345).

Jika data terdistribusi normal, digunakan rumus korelasi Pearson sebagai berikut (Field, 2009: 332).

Gambar 3. 9 Rumus Besar Efek Peningatan Rerata Pretest ke Posttest I untuk Data Normal

Keterangan:

r = korelasi Pearson untuk mengukur besar pengaruh (effect size) t = harga uji t

df = harga derajat kebebasan (degree of freedom)

Jika data terdistribusi tidak normal, digunakan rumus korelasi Pearson sebagai berikut (Field, 2009: 550)

Gambar 3. 10 Rumus Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I untuk Data Tidak Normal

r = 𝑡2

𝑡2:𝑑𝑓

r = 𝑍 𝑁

57 Keterangan:

r = korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh (effect size)

Z = skor Z (dari output SPSS Wilcoxon signed rank test)

N = 2 kali jumlah responden dalam satu kelompok yang sama.

Untuk mengubah r menjadi persen, koefisien determinasi (R2) dikalikan 100% (Field, 2009: 179). Analisis statistik dengan menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut (Field, 2009: 53)

Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut. a. Jika harga p > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada

perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain, tidak terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.

b. Jika harga p < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain, terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.

3.8.2.3 Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I

Uji korelasi bertujuan untuk mengetahui apakah korelasi antara rerata pretest

dan posttest I positif dan signifikan. Uji korelasi juga bertujuan untuk memastikan sejauh mana ancaman terhadap validitas internal penelitian terkait regresi statisik dapat terkontrol dengan baik atau tidak (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). Terdapat ancaman jika korelasinya negatif dan signifikan. Ancaman terhadap

58 validitas internal penelitian berupa bias regresi statistik yaitu kecenderungan siswa dengan hasil pretest yang sangat tinggi (mencapai skor tertinggi dalam skala pengukuran) biasanya memperoleh skor posttest yang lebih rendah dan sebaliknya hasil pretest yang sangat rendah (mencapai skor terendah dalam skala pengukuran) biasanya memperoleh skor posttest yang lebih tinggi. Skor yang rendah pada pretest

akan cenderung naik mendekati mean pada posttest dan skor yang tinggi pada pretest

akan cenderung turun mendekati mean. Jika perubahan yang terjadi pada posttest

diklaim sebagai hasil treatment penelitian, kesimpulan tersebut bisa diragukan karena efek regresi statistik ini. Hasilnya bisa diragukan karena hasil pretest dan posttest

belum tentu memiliki korelasi yang sempurna (Johnson & Christensen, 2008: 263). Untuk itu digunakan program SPSS 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% untuk uji dua ekor atau Sig. (2-tailed) dengan menggunakan uji korelasi Pearson jika distribusi data normal dan uji korelasi Spearman jika distribusi data tidak normal. Pada kelompok kontrol, skor pretest dikorelasikan dengan skor

posttest I dan pada kelompok eksperimen dilakukan langkah yang sama. Korelasi positif berarti: jika skor pretest tinggi, tinggi juga skor posttestnya; jika skor

pretestnya rendah, rendah juga skor posttestnya. Korelasi negatif berarti: jika skor

pretest tinggi, skor posttestnya rendah; dan jika skor pretest rendah, skor posttestnya tinggi. Kondisi dikatakan ideal jika korelasinya positif. Korelasi negatif merupakan ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Signifikan berarti hasil korelasi tersebut bisa digeneralisasi pada populasi. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.

Hnull : Tidak ada perbedaan hasil korelasi pretest-posttest I dengan P dan Q (atau P = Q)

Hi : Ada perbedaan hasil korelasi pretest-posttest I dengan P dan Q (atau P ≠ Q) Keterangan:

P : jika harga p < 0,05 Q : jika r negatif

59 Kriteria yang digunakan untuk mengetahui bentuk korelasinya adalah sebagai berikut.

a. Jika hasilnya P dan Q, Hnull diterima. Artinya ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik tidak dapat dikendalikan dengan baik.

b. Jika hasilnya bukan P dan Q, Hnull ditolak. Artinya ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik dapat dikendalikan dengan baik.

Untuk uji korelasi ini, data diambil dari skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan

Posttest II yang dilakukan beberapa waktu sesudah posttest I bisa digunakan untuk memastikan dengan lebih akurat kekuatan pengaruh perlakuan (Krathwohl, 2004: 546). Dalam banyak kasus posttest I yang dilakukan langsung sesudah

treatment sering kurang akurat menggambarkan hasil yang sesungguhnya karena efek emosi positif (euforia) yang timbul terhadap treatment yang bisa jadi merupakan metode yang baru sama sekali yang belum pernah dialami responden. Untuk itu dilakukan posttest II seminggu sesudah posttest I sehingga ada jeda waktu yang cukup dapat menetralisasi efek emosi yang mungkin timbul.

Teknik statistik menggunakan SPSS 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% untuk uji dua ekor atau Sig. (2-tailed) baik untuk kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Jika data terdistribusi normal, digunakan paired samples t test dan jika data terdistribusi tidak normal, digunakan Wilcoxon signed rank test. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.

Hnull : Tidak ada penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II. Hi : Ada penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II.

Kriteria yang digunakan untuk mengetahui apakah retensi perlakuan masih sekuat posttest I adalah sebagai berikut.

a. Jika harga p < 0,05 dan rerata posttest I > rerata posttest II, Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya terdapat penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke

60 b. Jika harga p > 0,05 dan rerata posttest I > rerata posttest II, Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak terdapat penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke

posttest II.

Untuk uji retensi pengaruh perlakuan, data diambil dari skor posttest I dan

posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.