• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.4 Uji Hipotesis Penelitian II

Hipotesis penelitian II adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap kemampuan menarik kesimpulan siswa kelas V SD di salah satu sekolah swasta di Yogyakarta. Variabel dependen pada hipotesis penelitian ini adalah kemampuan menarik kesimpulan, sedangkan variabel independennya adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament

(TGT). Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel menarik kesimpulan

terdiri dari 3 soal uraian yaitu soal nomor 4a yang memuat indikator menguji informasi yang relevan tentang cara mengganti air dalam akuarium, soal nomor 4b yang memuat indikator membuat alternatif pemecahan masalah tentang pemilihan alat memindahkan ikan, dan soal nomor 4c memuat indikator membuat kesimpulan tentang manfaat filter pada akuarium.

93 Hasil analisis secara keseluruhan dihitung menggunakan program statistik

IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Tahap analisis data dilakukan adalah asumsi yaitu dengan melakukan uji normalitas distribusi data dengan tujuan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan analisis selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik, kemudian dilakukan uji homogenitas varian untuk memastikan apakah skor rerata dua kelompok yang dibandingkan memiliki varian homogen atau tidak. Setelah uji asumsi, kemudian dilakukan uji signifikansi pengaruh perlakuan yang diperoleh melalui tiga tahap yaitu uji perbedaan kemampuan awal, uji signifikansi, dan uji besar pengaruh. Selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut, dengan melakukan uji persentase rerata pretest ke posttest I yaitu dengan menghitung persentase peningkatan dan besar efek peningkatan, kemudian melakukan uji korelasi rerata pretest dan posttest I, serta uji retensi pengaruh perlakuan.

4.1.4.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal 1. Uji Asumsi

a. Uji Asumsi Normalitas Distribusi Data

Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk mengukur apakah kelompok kontrol dan eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama pada kemampuan

menarik kesimpulan. Pengambilan sampel penelitian tidak dilakukan secara random, sehingga kemampuan kedua kelompok dapat dibandingkan. Uji ini juga dilakukan untuk mengontrol ancaman internal yaitu karakteristik subjek. Kemampuan awal yang berbeda pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat mempengaruhi hasil posttest I (Neuman, 2013: 238). Oleh karena itu, perlu dilakukan pengecekan kemampuan awal kedua kelompok dengan pretest.

Sebelum melakukan uji perbedaan kemampuan awal, perlu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas distribusi data untuk mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak dan uji homogenitas varian untuk memastikan apakah skor rerata dua kelompok yang dibandingkan memiliki varian yang homogen.

94 Data yang diuji normalitas distribusi datanya adalah skor pretest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Data diuji menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov test. Kriteria untuk menolak Hnull yaitu jika harga p

> 0,05 maka tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas distribusi data, artinya data terdistribusi normal. Hasil uji normalitas skor pretest kemampuan

menarik kesimpulan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.3.2).

Tabel 4. 19 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Rerata Skor Pretest Kemampuan Menarik Kesimpulan

Kelompok p Keputusan

Kontrol 0,103 Normal

Eksperimen 0,092 Normal

Tabel 4.5 menunjukkan harga p > 0,05 pada kelompok kontrol dan eksperimen, hal tersebut menunjukkan bukti bahwa skor pretest kelompok kontrol dan eksperimen memiliki distribusi data yang normal. Setelah mengetahui normal tidaknya distribusi data, selanjutnya dilakukan uji homogenitas varian. Teknik pengujian yang dilakukan menggunakan Levene’s test. Hasil uji homogenitas varian untuk selisih pretest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada kemampuan menarik kesimpulan dapat dilihat dalam tabel berikut (lihat Lampiran 4.4.2.2).

b. Uji Asumsi Homogenitas Varian

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah skor pretest dan selisih skor pretest dan posttest I pada kedua kelompok memiliki varian yang homogen. Kriteria untuk menolak Hnull yaitu jika harga p < 0,05 maka tidak ada perbedaan homogenitas varian yang signifikan pada kedua data yang dibandingkan. Dengan kata lain, varian kedua kelompok tersebut homogen. Tabel 4. 20 Hasil Uji Homogenitas Varian Skor Rerata Pretest Kemampuan Menarik Kesimpulan

Uji Statistik F df1 df2 p Keputusan

95

Levene’s Test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F (1,40) = 1,422 dan p = 0,24. Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat homogenitas varian data karena harga p > 0,05.

c. Uji Statistik

Berdasarkan hasil uji asumsi, maka uji perbedaan kemampuan awal ini menggunakan statistik parametrik Independent samples t-test karena distribusi data normal dan homogen pada kedua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok ekperimen. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05 (Priyatno, 2012: 24). Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.4.2.2).

Tabel 4. 21 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Menarik Kesimpulan

Uji Statistik p Keputusan

Independent samples t-test 0,994 Tidak ada perbedaan

Analisis dengan menggunakan statistik parametrik Independent samples t-test

dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh harga p = 0,994, artinya Hi ditolak dan Hnull diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan antara rerata pretest kelompok kontrol dengan rerata pretest kelompok eksperimen. Dengan kata lain, kedua sampel memiliki kemampuan awal yang sama, karena harga p > 0,05.

2. Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan

Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan atau penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap kemampuan menarik kesimpulan, dengan melihat rerata skor pretest dan posttest I kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan menggunakan rumus: (O2-O1) - (O4-O3), yaitu dengan mengurangi selisih skor posttest I - pretest pada kelompok eksperimen dengan selisih skor posttest I - pretest pada kelompok kontrol (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 277). Apabila hasil perhitungan lebih besar

96 dari 0 maka ada perbedaan. Hasil perhitungan menunjukkan selisih skor posttest I - pretest pada kelompok eksperimen sebesar 1,1738 dan selisih skor posttest I -

pretest pada kelompok kontrol sebesar 0,8571. Hasil perhitungan diperoleh angka 0,32 atau positif (didapat dari selisih 1,1738-0,8571), sehingga ada perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap kemampuan menarik kesimpulan. Untuk mengetahui apakah pengaruhnya signifikan atau tidak, akan dianalisis dengan statistik selanjutnya.

a. Hasil Uji Asumsi Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas data digunakan oleh peneliti untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak, sehingga peneliti dapat menentukan jenis statistik apa yang akan digunakan (Priyatno, 2012: 39). Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull jika harga p > 0,05 dengan kata lain distribusi data normal. Hasil uji normalitas selisih skor pretest-posttest I

kemampuan mengevaluasi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.3.2).

Tabel 4. 22 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Selisih Pretest-Posttest I Kemampuan

Menarik Kesimpulan

Kelompok p Keputusan

Kontrol 0,132 Normal

Eksperimen 0,124 Normal

Tabel 4.22 tersebut menunjukkan harga p > 0,05 pada kelompok kontrol yang menunjukkan bahwa skor selisih pretest-posttest 1 pada kelompok kontrol dan eksperimen memiliki distribusi data yang normal. Setelah mengetahui normal atau tidaknya distribusi data, selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians. Teknik pengujian yang dilakukan yaitu menggunakan Levene’s test. Hasil uji homogenitas varian. Hasil uji homogenitas varian untuk selisih pretest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada kemampuan menarik kesimpulan dapat dilihat dalam grafik berikut ini.

97 b. Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians

Uji homogenitas varian dilakukan untuk mengetahui apakah skor

pretest pada kedua kelompok memiliki varian yang homogen. Teknik pengujian yang dilakukan yaitu menggunakan Levene’s test. Jika harga p <

0,05, maka tidak terdapat homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan sedangkan jika harga p > 0,05, maka terdapat homogenitas varian pada dua data yang dibandingkan (Field, 2009: 340). Kondisi dikatakan ideal jika variannya homogen. Hasil uji normalitas selisih skor

pretest-posttest I kemampuan mengevaluasi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.5.2).

Tabel 4. 23 Hasil Uji Homogenitas Varians Rerata Pretest-Posttest I Kemampuan Menarik Kesimpulan

Uji Statistik F Sig. Levene’s test Keputusan

Levene’s Test Equality of Variances 1,117 0,297 Homogen

Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F

= 1,117 dan harga Sig. Levene’s test = 0,297. Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat homogenitas varians data karena harga Sig. Levene’s test > 0,05.

c. Uji Statistik

Uji signifikansi pengaruh perlakuan digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap pengaruh perlakuan kemampuan mengevaluasi. Jika terdapat homogenitas varians, data uji statistik yang digunakan adlah

Independent samples t-test. Data yang diambil adalah data pada baris pertama dalam analisis output IBM SPSS Statistics 22 for Windows (Field, 2009: 53). Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.5.2).

Tabel 4. 24 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menarik Kesimpulan

Uji Statistik p Keputusan

98 Rerata selisih skor pada kelompok eksperimen (M = 1,17, SE = 0,16) lebih tinggi dari pada rerata selisih skor pada kelompok kontrol (M = 0,86, SE = 0,11). Perbedaan tersebut tidak signifikan dengan t(40) = -1,62 dan p = 0,113. Harga p > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Dengan kata lain penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament

(TGT) tidak berpengaruh terhadap kemampuan menarik kesimpulan. Untuk lebih memperjelas perbedaan selisih antara kedua kelompok dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4. 6 Grafik Rerata Skor Pretest dan Posttest I

Gambar 4.6 menunjukkan bahwa rerata skor pretest pada kelompok kontrol adalah 1,95 dan rerata skor posttest I adalah 2,81, sedangkan rerata skor pretest pada kelompok eksperimen adalah 1,95 dan rerata skor posttest I

adalah 3,13. Hasil perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I

terhadap kemampuan menarik kesimpulan pada kelompok kontrol dan kelompok ekperimen dapat dilihat pada diagram berikut.

1,9524 2,8095 1,95333 3,1271 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Pretest Posttest 1 Rer a ta Kontrol Eksperimen

99 Gambar 4. 7 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I

Diagram di atas menunjukkan bahwa selisih skor pretest ke posttest I

pada kelompok kontrol adalah 0,86, sedangkan selisih skor pretest ke

posttest I pada kelompok ekperimen adalah 1,17.

4.1.4.2 Uji Besar Pengaruh Perlakuan

Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) bertujuan untuk mengetahui besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament

(TGT) terhadap kemampuan menarik kesimpulan. Data yang diperoleh berdistribusi normal sehingga menggunakan rumus koefisien Pearson (Field, 2009: 57).

Independent samples t-test digunakan untuk mengambil t dalam melakukan uji besar pengaruh perlakuan. Persentase pengaruh perlakuan di dapat dengan menghitung koefisien determinasi (R2) dengan cara mengkuadratkan harga r (harga koefisien korelasi Pearson yang didapat) selanjutnya dikalikan 100% (Field, 2009: 179). Berikut hasil perhitungan effect size terhadap kemampuan menarik kesimpulan (lihat

Lampiran 4.6).

Tabel 4. 25 Hasil Uji Effect Size

Variabel t df r (effect size) % Kategori Efek

Menarik Kesimpulan -1,618 2,618 40 0,25 0,06 6 Kecil

Berdasarkan tabel di atas, harga r (effect size) pada kemampuan menarik kesimpulan sebesar 0,25 yang setara dengan efek kecil. Harga yaitu 0,06 sehingga

100 jika dikalikan 100% maka persentase besar pengaruh perlakuan pada kemampuan

menarik kesimpulan yaitu 6%. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan pengaruh sebesar 6% terhadap kemampuan menarik kesimpulan. Sedangkan 94% sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti. Variabel lain tersebut misalnya inteligensi, motivasi, kesehatan tubuh, lingkungan kelas, atau latar belakang siswa (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151).

4.1.4.3 Analisis Lebih Lanjut

1. Uji Persentase Rerata Pretest ke Posttest I

Uji persentase peningkatan dilakukan untuk mengetahui sebesrapa besar persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

a. Uji Asumsi Normalitas Data

Sebelum melakukan analisis perhitungan persentase peningkatan rerata pretest

ke posttest I, perlu diketahui terlebih dahulu distribusi normalitas dari skor

pretest dan posttest I. Skor skor pretest dan posttest I diuji normalitasnya menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Kriteria untuk menolak Hnull jika harga p > 0,05 maka tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas distribusi data, artinya data tersebut berdistribusi normal. Hasil uji normalitas selisih skor pretest

dan posttest I kemampuan menarik kesimpulan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.3.2).

Tabel 4. 26 Hasil Uji Normalitas Data Rerata Skor Pretest dan Posttest I Kemampuan Menarik Kesimpulan

Kelompok Aspek p Keputusan

Kontrol Pretest 0,103 Normal

Posttest I 0,109 Normal

Eksperimen Pretest 0,092 Normal

Posttest I 0,104 Normal

Tabel 4.26 menunjukkan bahwa harga p > 0,05 terdapat pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain, tidak ada peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest

101

I. Dengan demikian, distribusi data kelompok kontrol dan kelompok eskperimen normal.

b. Uji Statistik

Uji peningkatan dilakukan dengan menggunakan independent sample t-test atau paired sample t-test karena seluruh kelompok ekperimen dan kontrol terdistribusi normal. Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan persentase peningkatan kemampuan mengevaluasi dan hasil uji signifikansi peningkatan skor pretest ke posttest I (lihat Lampiran 4.7.1).

Tabel 4. 27 Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Menarik Kesimpulan

No Kelompok Mean Persentase

(%) p Keputusan

Pretest Posttest I

1 Kontrol 1,952 2,81 43 0,000 Signifikan

2 Eksperimen 1,953 3,127 60 0,000 Signifikan

Gambar 4. 8 Perbandingan Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I

Berdasarkan tabel 4.27 dan gambar 4.8, menunjukkan adanya peningkatan skor antara pretest ke posttest I pada kelompok kontol dan eksperimen. Nilai mean pretest pada kelompok kontrol sebesar 1,952 dan nilai mean posttest I sebesar 2,81. Persentase peningkatan skor pretest ke

posttest I pada kelompok kontrol yaitu sebesar 43%. Data tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan pada skor pretest ke posttest I

1,951 1,953 2,81 3,127 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Kontrol Eksperimen R er ata Pretest Posttest I

102 kelompok kontrol. Harga p untuk kelompok kontrol adalah 0,000, artinya kelompok kontrol memiliki nilai p < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Dengan demikian dapat diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rerata pretest ke posttest I pada kelompok kontrol. Sedangkan nilai

mean pretest pada kelompok ekperimen sebesar 1,953 dan nilai mean posttest I sebesar 3,127. Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I

pada kelompok eksperimen yaitu sebesar 60%. Data tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan pada skor pretest ke posttest I kelompok eksperimen. Harga p untuk kelompok eskperimen adalah 0,000, artinya kelompok eksperimen memiliki nilai p < 0,05 maka Hnull ditolak dan i diterima.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rerta pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen.

c. Gain Score

Persentase peningkatan skor pretest ke posttest dapat dilihat jelas pada gambar 4.8 yaitu menggunakan grafik poligon untuk dapat melihat perbedaan selisih skor pretest-posttest I pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok ekperimen. Berikut grafik yang menunjukkan frekuensi selisih skor pretest ke posttest I (gain score) pada kedua kelompok.

Gambar 4. 9 Gain Score Kemampuan Menarik Kesimpulan

1 5 5 5 1 4 2 2 1 7 3 3 1 1 1 0 2 4 6 8 0 0,33 0,67 1 1,33 1,67 2 2,33 3 F re k uens i

Grafik Gain Score Kelompok Kontrol dan Eksperimen

Pada Kemampuan Inferensi

Kontrol Eksperimen

103 Berdasarkan gambar 4.9, gain score terendah pada kedua kelompok baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen sebesar 0. Gain score

tertinggi pada kelompok kontrol sebesar 1,67, sedangkan gain score tertinggi pada kelompok eksperimen sebesar 3. Hal ini menunjukkan bahwa selisih antara pretest ke posttest I pada kelompok eskperimen lebih besar daripada selisih pretest ke posttest I pada kelompok kontrol.

Frekuensi siswa yang mendapat nilai > 1,33 pada kelompok eksperimen ada 9 siswa dan pada kelompok kontrol ada 5 siswa. Nilai 1,33 merupakan nilai tengah gain score yang didapat dengan menghitung 50 dari nilai tertinggi. Persentase gain score > 1,33 pada kelompok kontrol sebesar 23,81% sedangkan pada kelompok ekperimen sebesar 42,86%. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok ekperimen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberi pengaruh yang lebih besar daripada kelompok kontrol dengan model pembelajaran ceramah.

2. Uji Besar Efek Peningkatan

Uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I.

Uji yang digunakan adalah statistik parametrik paired samples t-test, karena data yang diuji adalah data yang berdistribusi normal dan berasal dari kelompok yang sama. Berikut hasil uji besar efek peningkatan skor pretest

ke posttest I (lihat Lampiran 4.8.1.2).

Tabel 4. 28 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Kelompok Kontrol dan Eksperimen Pada Kemampuan Menarik Kesimpulan

Kelompok t t2 df r R2 % Efek

Kontrol 7,709 59,43 20 0,87 0,76 76 Besar

Eksperimen 7,324 53,64 20 0,85 0,72 72 Besar

Berdasarkan tabel 4.28, skor rerata pretest ke posttest I kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 76% dengan kategori efek besar dan skor rerata pretest ke posttest I kelompok eksperimen mengalami

104 peningkatan sebesar 72% dengan kategori besar. Berdasarkan hasil dari kedua tabel tersebut, besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I

kelompok kontrol lebih tinggi jika dibandingkan dengan peningkatan skor pada kelompok eksperimen.

3. Uji Korelasi Rerata Skor Pretest ke Posttest I

Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui korelasi yang terjadi antara skor

pretest dan posttest I. Uji ini juga dilakukan unntuk mengontrol ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Regresi statistik terjadi jika siswa yang mendapat skor pretest tinggi akan mendapat skor posttest

yang lebih rendah, sedangkan siswa yang mendapat skor pretest rendah akan mendapat skor posttest lebih tinggi (Cohen, Manion, & Marisson, 2007: 155). Data yang digunakan adalah skor rerata pretest dan skor rerata posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen. Hasil uji normalitas menunjukkan data skor

pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen terdistribusi normal. Dengan demikian, analisis selanjutnya menggunakan rumus Pearson’s correlation coefficient untuk kedua data kelompok (Field, 2009: 177). Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05 (Priyatno, 2012: 45). Berikut merupakan tabel uji korelasi antara rerata skor pretest ke posttest I

kemampuan menarik kesimpulan (lihat Lampiran 4.9.2).

Tabel 4. 29 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I

Kelompok r p Keputusan

Kontrol 0,017 0,943 Positif dan tidak siginifikan

Eksperimen -0,061 0,793 Negatif dan tidak signifikan

Tabel 4.29 menunjukkan hasil uji korelasi antara pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Harga p pada kedua kelompok lebih dari 0,05, artinya Hnull diterima dan Hi ditolak. Oleh karena itu, ada korelasi yang tidak signifikan antara rerata skor pretest ke posttest I pada kedua kelompok terhadap kemampuan menarik kesimpulan. Hasil pearson correlation

105

coefficient pada kelompok kontrol positif, sedangkan pada kelompok eksperimen negatif, artinya semakin tinggi skor pretest maka semakin rendah skor posttest I

siswa pada kemampuan menarik kesimpulan. Skor korelasi yang diperoleh pada kedua kelompok tidak dapat digeneralisasikan ke populasi karena data tersebut tidak signifikan.

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan

Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu.

a. Uji Asumsi Normalitas Distribusi Data

Untuk menentukan uji apa yang akan digunakan, perlu diketahui terlebih dahulu distribusi data skor posttest I dan posttest II. Skor posttest I

dan posttest II diuji normalitasnya menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Kriteria untuk menerima Hnull jika harga p > 0,05, maka tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas distribusi data, atrtinya data terdistribusi normal. Hasil uji normalitas selisih skor pretest dan posttest I kemampuan

menarik kesimpulan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.3.2).

Tabel 4. 30 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Selisih Skor Posttest I dan Posttest II

Kemampuan Menarik Kesimpulan

Kelompok Aspek p Keputusan

Kontrol Posttest I 0,109 Normal Posttest II 0,074 Normal Eksperimen Posttest I 0,104 Normal Posttest II 0,074 Normal

Tabel 4.30 menunjukkan bahwa harga p > 0,05 pada skor posttest I

dan posttest II pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Artinya, keempat data tersebut memiliki distribusi data normal.

106 b. Uji Statistik

Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik Paired samples t test. Data yang digunakan yaitu skor posttest II yang dilakukan kurang lebih 1 minggu setelah dilakukan posttest I. Hasil posttest II dibandingkan dengan posttest I untuk melihat apakah ada peingkatan skor. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05 maka ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II (Priyatno, 2012: 31). Berikut hasil uji

Paired samples t test pada tabel 4.17 (lihat Lampiran 4.10). Tabel 4. 31 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan N

o Kelompok

Mean Peningkatan

(%) p Keputusan

Posttest I Posttest II

1 Kontrol 2,81 2,67 -5 0,288 Tidak signifikan

2 Eksperimen 3,13 2,99 -4 0,468 Tidak signifikan

Berdasarkan tabel 4.31, hasil retensi pengaruh perlakuan skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan menarik kesimpulan menunjukkan harga p sebesar 0,288 (p > 0,05). Dengan demikian, Hnull diterima dan Hi ditolak sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II. Persentase peningkatan rerata skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol sebesar -5%. Pada kelompok eksperimen harga p adalah 0,468 (p > 0,05). Dengan demikian, Hnull diterima dan Hi ditolak sehingga penurunannya tidak signifikan antara skor posttest I dan posttest II. Persentase peningkatan rerata skor posttest I

ke posttest II pada kelompok kontrol sebesar -4%. Untuk memperjelas besar peningkatan dapat dilihat pada gambar berikut.

107 Gambar 4. 10 Perbandingan Skor Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Menarik

Kesimpulan

Gambar 4.10 merupakan perbandingan pretest, posttest I, dan posttest II menunjukkan bahwa rerata pretest kelompok kontrol dan eksperimen adalah 1,95. Rerata posttest I pada kelompok kontrol adalah 2,81, sedangkan kelompok eksperimen adalah 3,13. Rerata posttest II kelompok kontrol adalah 2,67, sedangkan pada kelompok eksperimen adalah 2,98. Rerata skor

pretest ke posttest I pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mengalami peningkatan. Sedangkan rerata skor

posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol dan eksperimen mengalami penurunan.

Untuk memastikan capaian skor rerata posttest II berbeda atau tidak dengan pretest maka dilakukan analisis terhadap perbedaan skor pretest dan

posttest II dengan menggunakan Paired samples t-test karena data yang diuji adalah data berdistribusi normal dan dari kelompok yang sama (Field. 2009:540). Kriteria untuk menolak Hnull adalah harga p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut adalah hasil uji signifikansi skor pretest ke posttest II yang dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.10).

Tabel 4. 32 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II

No Kelompok Rerata p Keputusan

Pretest Posttest II 1 Kontrol 1,95 2,67 0,00 Signifikan 2 Eksperimen 1,95 2,98 0,00 Signifikan 1,9524 2,8095 2,6662 1,9533 3,1271 2,9843 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Pretest Posttest 1 Posttest 2