• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Lingkungan Internal

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

4.1 Permasalahan Pembangunan 1 Permasalahan Internal

4.1.3 Analisis Lingkungan Internal

Kekuatan (Strength)

Sumber Daya Alam (SDA)yang melimpah

Ketersediaan Sumber Daya Alam yang melimpah merupakan kekuatan yang harus dimanfaatkan sebesar- besarnya untuk kesejahteraan masyarakat Papua Barat. Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang melimpah ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah tingginya kemiskinan dan kesenjangan di Provinsi Papua Barat. Sumber Daya Alam yang melimpah juga bukan hanya berguna bagi kepentingan lokal, tetapi juga kepentingan regional dan bahkan internasional.

Budaya masyarakat yang khas

Budaya masyarakat yang khas akan memberikan nilai tambah bagi para investor yang hendak berinvestasi di Provinsi Papua Barat, terutama terkait dengan potensi wisata yang cukup besar. Dengan semakin banyaknya investor yang berinvestasi maka pembangunan Provinsi Papua Barat diharapkan akan mengalami percepatan, terutama dari segi ekonomi.

Ekosistem masih terjaga dengan baik

Dengan kondisi ekosistem yang masih terjaga dengan baik diharapkan dapat menjadi indikator pembangunan yang berwawasan lingkungan di Provinsi Papua Barat. Ekosistem yang baik juga mengindikasikan bahwa sumber daya alam hayati yang terdapat di Provinsi Papua Barat masih sangat besar dan bisa menjadi suatu komoditas andalan.

Posisi geografis yang strategis

Jalur perdagangan yang semula berpusat di Eropa (Samudera Atlantik) kini mulai bergeser menuju arah Pasifik (Asia). Posisi Provinsi Papua Barat yang terletak di Samudera Pasifik sangat menguntungkan karena berarti akan dilewati oleh jalur perdagangan internasional.

Kuatnya komitmen segenap pelaku pembangunan

Pelaksanaan pembangunan di Provinsi Papua Barat didukung dengan komitmen Kepala Daerah dan pejabat struktural dalam melaksanakan pembangunan. Bentuk dari komitmen tersebut diwujudkan dengan pelaksananaan Good Governance sebagai langkah awal penyelenggaraan pembangunan yang berkomitmen.

35 Tahun 2008 tentang Otonomi Khusus Bagi Papua dan Papua Barat

Dengan adanya peraturan perundang-undangan terkait Otonomi Khusus akan memberikan keleluasaan bagi Provinsi Papua Barat untuk melakukan percepatan pembangunan khususnya di bidang sosial, ekonomi, dan politik, serta infrastruktur.

Karakter masyarakat yang religius

Persentase pemeluk agama Nasrani adalah 57,39% dan merupakan pemeluk agama paling besar di Provinsi Papua Barat diikuti oleh pemeluk agama Islam dengan persentase 42,27%. Kedua pemeluk agama di Provinsi Papua Barat tersebut merupakan pemeluk agama yang taat. Hal ini bisa dijadikan modal awal dalam membangun Papua Barat dalam bentuk pembangunan karakter dan akhlak.

Masyarakat yang taat kepada tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat

Di Provinsi Papua Barat terdapat dua hal yang dipercaya dan dipegang teguh penduduk, yang pertama adalah adat dan yang kedua adalah agama, sehingga masyarakat memiliki kecenderungan untuk taat kepada tokoh agama, adat dan tokoh masyarakat. Hal ini merupakan sebuah kekuatan karena para tokoh adat dan agama bisa menjadi penghubung antara masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam upaya mengembangkan Provinsi Papua Barat

Kelemahan (Weakness)

Sebaran permukiman penduduk yang luas dengan jumlah penduduk yang terbatas

Persebaran penduduk sampai ke pelosok yang sulit diakses akan berpotensi menimbulkan ketimpangan pembangunan sumber daya manusia dan ketersampaian informasi, yang tentu saja memiliki pengaruh terhadap proses pembangunan di Provinsi Papua Barat.

Minimnya infrastruktur wilayah

Di Provinsi Papua Barat masih terdapat daerah–daerah yang belum mendapat akses untuk menikmati infrastruktur wilayah, salah satunya adalah infrastruktur air bersih dan listrik. Hal tersebut disebabkan karena asksesibilitas di Provinsi Papua Barat belum mampu menjangkau sampai ke pelosok - pelosok

Kurangnya SDM yang memiliki kualitas dan daya saing

Kompetensi, kualitas serta daya saing penduduk Asli pada dasarnya sudah cukup banyak yang tinggi, namun jumlahnya sangat sedikit dan masih kalah apabila dibandingkan dengan jumlah pendatang yang memiliki kompetensi, kualitas serta daya saing yang sama atau bahkan di atas penduduk Asli.

Tema sentral yang sering menjadi pemicu ketegangan/konflik diantara masyarakat adalah: perempuan, babi dan tanah dan hingga saat ini masih sering terjadi perdebatan yang akhirnya berujung pada kerusuhan. Hal tersebut tentu saja menimbulkan rasa tidak aman pada penduduk untuk melakukan aktivitas yang berakibat pada terhambatnya pembangunan. Reaksi aparat penegak hukum dalam mengatasi konflik yang terjadi di Provinsi Papua Barat juga masih kurang cepat.

Rendahnya kapasitas fiskal dan non fiskal Daerah

Berdasarkan statistik keuangan Provinsi Papua Barat, pada tahun 2008 persentase PAD Provinsi Papua Barat adalah 5,09% dari total penerimaan daerah dan mengalami penurunan menjadi 2,61% pada tahun 2009.

Problem terkait hak ulayat belum terselesaikan dengan baik

Adanya beda pemahaman atas kepemilikan atas tanah terkait dengan hak ulayat, dimana menurut versi masyarakat tidak dikenal hak perorangan atas sumber daya alam melainkan hak adat, sementara menurut hukum nasional masyarakat hukum adat tidak memiliki akan tetapi hanya menguasai saja. Pemerintah seharusnya menyesuaikan dengan kondisi masyarakat di Provinsi Papua Barat, karena biar bagaimanapun juga hak ulayat merupakan bagian dari tataran adat masyarakat Papua sejak turun temurun.

Tata kelembagaan yang belum terkelola dengan baik

Salah satu penyebab hal ini adalah minimnya SDM berkualitas dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk menempati suatu posisi, sehingga berakibat pada rendahnya kinerja kelembagaan seperti masih belum tersedianya Standard Operational Procedure (SOP) pada masing-masing SKPD.

Dokumen-dokumen acuan belum memadai

Dokumen yang dijadikan acuan di dalam pembangunan suatu daerah adalah dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang di dalamnya memuat rencana dan strategi untuk mengembangkan daerah tersebut, begitu pun dengan pembangunan di Provinsi Papua Barat, namun hingga saat ini RTRW Provinsi Papua Barat masih dalam tahap mendapat persetujuan DPRD dan belum di-sahkan.

Data dan informasi sangat terbatas

Data dan informasi kewilayahan di Provinsi Papua Barat masih sangat minim dan bahkan masih banyak instansi yang tidak memiliki data terkait bidang yang ditangani.

Yang lebih jeli dalam memanfaatkan SDA di Provinsi Papua Barat bukanlah penduduk Asli, melainkan para pendatang. Sebagai contoh adalah eksplorasi pertambangan BP Tangguh yang terletak di Kabupaten Teluk Bintuni.

Kebijakan-kebijakan pembangunan yang kurang dapat mengakomodir kebutuhan-kebutuhan daerah

Kebijakan pembangunan yang digunakan sebagai acuan di Provinsi Papua Barat sebagian besar merupakan acuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat (Standar Nasional) dan belum mengakomodir implementasi Otonomi Khusus di Provinsi Papua Barat.