• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Kesejahteraan Sosial 1 Pendidikan

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial 1 Pendidikan

a. Angka Melek Huruf (AMH) Provinsi Papua Barat tahun 2010 adalah sebesar 93,19%,. dan 92,34%.Angka melek huruf pada tahun 2010 meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 90,15%; tahun 2008 sebesar 92,15%; pada tahun 2007 sebesar 90,32%; dan tahun 2006 sebesar 88,55%. Semakin tinggi angka melek huruf maka kenaikan persentase angka melek huruf ini akan cenderung semakin lambat. Dalam artian pertumbuhan angka melek

hurufnya semakin kecil atau mengalami perlambatan. Dengan menggunakan angka melek huruf dapat diketahui jumlah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.

Gambar 2-10. Perkembangan Angka Melek Huruf dan Angka Buta Huruf di Provinsi Papua Barat Tahun 2007-2010

b. AMH penduduk laki-laki tahun 2009 sebesar 94,95% atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi tahun 2008 yaitu sebesar 93,01% dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 95,33%.

c. AMH penduduk perempuan walaupun selalu lebih rendah daripada laki-laki namun selalu mengalami peningkatan menjadi 90,83% di tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2008 yang masing masing sebesar 88,55% dan 88,35%.

Gambar 2-11. Perkembangan Angka Melek Huruf Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi Papua Barat Tahun 2007-2010

d. Angka rata-rata lama sekolah terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 rata-rata lama sekolah sebesar 8,21 tahun atau mengalami peningkatan dari tahun 2009 dan 2008 yakni sebesar 8,01 tahun dan 7,67 tahun. Artinya rata-rata penduduk baru mampu menempuh pendidikan sampai kelas 2 SLTP. Berarti pencapaian pendidikan di Provinsi Papua Barat

90.32% 92.15% 92.94% 93.19%

9.68% 7.85% 7.06% 6.81%

2007 2008 2009 2010 Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf

92.69 93.61

94.95 95.33 87.86 88.35 89.55

93.19

2007 2008 2009 2010 Laki - Laki Perempuan

belum memenuhi Program Wajib Belajar 9 Tahun. Meskipun demikian, masih ada disparitas gender, dimana penduduk perempuan belum sepenuhnya memperoleh pendidikan yang setara dengan penduduk laki–laki. Sehingga perlu diperhatikan lagi faktor–faktor yang menjadi penyebab masih lambatnya kemajuan peningkatan pendidikan bagi perempuan di Provinsi Papua Barat.

e. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI pada tahun 2010 sebesar 91,91% meningkat dari tahun 2009 sebesar 91,25%.APM SLTP/MTs meningkat menjadi 49,65% di tahun 2010 setelah tahun sebelumnya sebesar 49,03%. Artinya banyak penduduk yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP/MTs.APM SLTA/MA tahun 2010 hanya mencapai 43,93% atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebesar 43,55%.

Gambar 2-12. Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Antar Jenjang Pendidikan Tahun 2010

f. APK SD/MI tahun 2010 sebesar 115,00%, menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar 117,50. Tertinggi di Kabupaten Raja Ampat (142,15%) dan terendah di Kabupaten Tambrauw (107,98%).APK SLTP/MTs tahun 2009 sebesar 66,29% mengalami peningkatan menjadi 66,68% pada tahun 2010 setelah sebelumnya mengalami penurunan dari 89,99% tahun 2008. Tertinggi di Kabupaten Teluk Wondama (87,72%) dan terendah Kabupaten Sorong Selatan (43,24%).APK SLTA/MA terus meningkat dari tahun 2008 sebesar 57,25% menjadi 62,04% di tahun 2009 dan 72,07% di tahun 2010.

g. Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) SD/MI mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 26,24% sementara pendidikan tinggi (SLTA keatas) sebesar 32,95% dengan rincian 24,59% berpendidikan SLTA/sederajat dan 8,36% berpendidikan perguruan tinggi. Meningkat 1,54% dibandingkan dengan tahun 2008 dan 2009. Menandakan terdapat perbaikan kualitas pendidikan dengan menurunnya persentase pendidikan rendah dan meningkatnya persentase pendidikan tinggi. Kota Sorong dengan tingkat pendidikan tertinggi dan Kabupaten Tambrauw yang terendah.

94,04 89.95 58,98 14,45 91,91 49,65 43,93 7,36 SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MA PT APS APM

2. Kesehatan

a. Angka rata-rata anak lahir hidup tahun 2010 sebesar 2,55 dan angka rata-rata anak masih hidup sebesar 2,39%.

b. Secara umum Angka Harapan Hidup (AHH) di masing-masing daerah mengalami kemajuan. di tahun 2010 AHH Papua Barat mencapai 68,51 pertahun. AHH tertinggi di Kota Sorong sebesar 71,95pertahun dan terendah di Kabupaten Tambrauw sebesar 66,51pertahun. Tahun 2009-2010 AHH mengalami kemajuan 0,31pertahun. Peningkatan tertinggi di Kabupaten Raja Ampat dan Kota Sorong sebesar 0.42 pertahun dan terendah di Kabupaten Sorong Selatan sebesar 0,17 pertahun.

c. Status gizi buruk pada Balita di Papua Barat tahun 2010 tercatat mencapai 9,1%, sedangkan gizi kurang mencapai 17,4%. Angka ini masih diatas angka nasional yang hanya mencapai 4,9% dan 13,1%.

Gambar 2-13. Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Provinsi PapuaBarat

3. Kemiskinan

a. Dilihat dari aspek ekonomi, jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat mengalami penurunan dari tahun ke tahun dalam kurun waktu tahun 2006 – 2010, meskipun sempat mengalami peningkatan sebesar dari 35,12% pada tahun 2008 menjadi 35,71% pada tahun 2009 atau meningkat sebesar 0,59%. Bila dilihat perbandingan antara penduduk miskin dan tidak miskin pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat, jumlah penduduk tidak miskin adalah sebesar 65,12%, sedangkan penduduk miskin adalah sebesar 34,88% dengan persentase penduduk miskin kota sebesar 1,32% dan penduduk miskin Kampung sebesar 33,56%. b. Penurunan angka kemiskinan di perKampungan pada tahun 2009 sebesar 44,71% menjadi

43,48% di Tahun 2010 sedangkan angka kemiskinan di perkotaan naik dari 5,22% menjadi 5,73%.

36 32.7 31.6 30.5 2006 2007 2008 2009 2010

Angka Kematian Bayi

67.3 67.6 67.9 68.2 68.96

2006 2007 2008 2009 2010

Gambar 2-14. Perbandingan Jumlah Penduduk Provinsi Papua Barat Berdasarkan Status Kemiskinan Tahun 2010

c. Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat memiliki angka kemiskinan diatas 40% sehingga membutuhkan effort yg sangat besar untuk penanggulangannya. Diduga karena wilayahnya yang terbilang cukup terisolir sehingga tingginya biaya transportasi dalam pengadaan kebutuhan barang dan jasa.

d. Garis kemiskinan Provinsi Papua Barat tahun 2010 sebesar 294.727 Rupiah per kapita per bulan, terdiri dari garis kemiskinan makanan sebesar 237.147 rupiah dan garis kemiskinan non makanan sebesar 57.580 Rupiah. Kontribusi garis kemiskinan makanan terthadap garis kemiskinan sebesr 80,46%. Dibandingkan tahun 2009, garis kemiskinan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 6,24%. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan (4,74%) lebih rendah daripada kenaikan garis kemiskinan di perKampungan (6,74%).

e. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 10,47% di tahun 2010 menjadi 8,78% di tahun 2011.

f. Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami penurunan dari 4,30% menjadi 3,43% di tahun 2010.

g. Penurunan kedua indeks kemiskinan mengandung makna bahwa kondisi kemiskinan di Papua Barat semakin membaik. Artinya rata-rata pendapatan penduduk miskin dengan garis kemiskinan semakin dekat dan ketimpangan pendapatan antar penduduk miskin semakin rendah.

4. Kesempatan Kerja

a. Dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2007-2010 mencapai 13,54% dan laju pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 0,65%, elastisitas kesempatan kerja Papua Barat hanya mencapai 0,05%. Artinya bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi 1% hanya akan menciptakan kesempatan kerja sebesar 0,05%

Penduduk Miskin (Kota), 1.32% Penduduk Miskin (Desa), 33.56% Penduduk Tidak Miskin, 65.12% 41.34 39.31 35.12 35.71 34.88 31.92 2006 2007 2008 2009 2010 2011 % Penduduk Miskin

b. Angkatan kerja tahun 2010 meningkat menjadi 342.888 orang dari 330.121 orang di tahun 2009 dan 319.675 orang di tahun 2008. Pada periode 2008-2010, peningkatan angkatan kerja diikuti oleh peningkatan penduduk yang bekerja namun jumlah penduduk yang menganggur justru juga mengalami peningkatan. Jumlah penduduk bekerja meningkat dari 295.223 orang di tahun 2008 menjadi 316.547 orang di tahun 2010. Sementara jumlah penganggur meningkat dari 24.452 orang di tahun 2008 menjadi 26.341 orang di tahun 2010.