• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Daya Saing Daerah 1 Kemampuan Ekonomi Daerah

a. Meskipun proporsi konsumsi rumah tangga terhadap komoditi makanan masih cukup dominan tetapi persentasenya menunjukkan penurunan selama tahun 2008-2009. Peningkatan proporsi konsumsi non makanan berimbas pada peningkatan pengeluaran rumah tangga untuk biaya pendidikan dan kesehatan.

b. Pada tahun 2008 proporsi konsumsi makanan oleh penduduk Papua Barat mendekati 60%, tetapi pada tahun 2009 persentasenya berkurang menjadi 55,84%.

c. Proporsi konsumsi non makanan meningkat dari 41,21% pada tahun 2005 menjadi 44,07% pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi 52,33%.

d. Kondisi perumahan tahun 2010 di Papua Barat secara umum mengalami perbaikan kualitas dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2010 di Papua Barat secara umum mengalami perbaikan kualitas dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2010, hampir duapertiga rumah tangga telah memiliki rumah dengan status milik sendiri sebesar 63,67%. Sedangkan untuk status sewa 9,84%, kontrak 4,66% dan lainnya (dinas, bebas sewa, milik keluarga, lainnya) 21,83%

e. Nilai Tukar Petani (NTP) Papua Barat tahun 2011 (s/d September) sebesar 103,23% lebih tinggi dibandingkan NTP 2010 sebesar 103,05%.

2. Fasilitas Wilayah / Infrastruktur a. Aksesibilitas

i. Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang diamanahkan dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat adalah Program Pengembangan Infrastruktur Dasar. Selama ini belum seluruhnya Kabupaten/Kota belum terhubung dengan jalan darat. Sebagian pembangunan jalan sedang dilakukan, meskipun sebagian kabupaten telah terhubung namun belum dibuka untuk umum. Dengan masih terbatasnya akses perhubungan lewat darat, sebagian besar orang memanfaatkan fasilitas perhubungan melalui laut dan udara.

ii. Panjang jalan di Papua Barat tahun 2010 sepanjang 5.729,22 Km. Kondisi ini mengalami perbaikan dibandingkan pada tahun 2008 yaitu sepanjang 5.400,71 Km. Kondisi panjang jalan tersebut terbagi menjadi 412,31 Km (7,20%) jalan negara; 938,48 Km (76,42%) adalah jalan kabupaten. Sedangkan menurut jenis permukaannya terbagi menjadi 1.328,49 Km (23,19%) jalan aspal; 1.639,25 Km (28,61%) jalan dengan permukaan kerikil; 2.222,13 Km (38,79%) jalan dengan permukaan tanah; dan 539,35 Km (9,41%) jalan dengan permukaan lainnya.

iii. Pada tahun 2008 jumlah penumpang kapal datang 281.200 orang dan berangkat 277.700 orang dengan jumlah armada 880 kapal. Di tahun 2010 jumlahnya mengalami penurunan menjadi 237.200 orang yang datang dan 252.900 orang yang berangkat dengan jumlah armada yang juga menurun menjadi 669 unit.

iv. Jumlah penumpang pesawat udara cenderung memiliki tren meningkat signifikan selama 2008-2010. Jumlah penumpang datang mencapai 334.700 orang dengan jumlah penerbangan 11.656 dan berangkat 349.200 orang dengan jumlah penerbangan 11.820 kali di tahun 2010. Rata-rata penumpang pesawat untuk debarkasi 29 orang dan untuk embarkasi 30 orang.

3. Penataan Ruang

Sampai dengan tahun 2011, belum ada RTRW baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota (yang sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang) yang sudah dijadikan Peraturan Daerah (Perda). Sehingga upaya pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian penataan ruang pun belum optimal. Belum dapat diketahui berapa persen ketaatan wilayah terhadap RTRWnya.

4. Fasilitas Keuangan dan Perbankan

Jumlah kantor bank di Provinsi Papua Barat terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari tahun 2007 yang hanya 49 unit (5 unit bank swasta nasional, 44 unit bank persero dan pemerintah) menjadi 67 unit kantor bank (13 unit bank swasta nasional, 54 unit bank persero dan pemerintah).

5. Fasilitas Air Bersih

Persentase terbesar rumah tangga pengguna air bersih memiliki sendiri fasilitasnya, sebesar 49,02%. Meningkat dari kondisi tahun 2009 yaitu sebesar 46,65% dari total rumah. Sementara 25,33% menggunakan air bersih secara bersama dan 16,73% masih menggunakan fasilitas umum. 8,92% tidak memiliki akses terhadap air bersih.

6. Fasilitas Energi Listrik

Rumah tangga di Papua Barat hanya 57,67% yang menggunakan listrik PLN. Belum seluruh Kampungdi Papua Barat teraliri listrik dan belum seluruh Kabupaten mendapatkan pasokan listrik 24 jam dalam sehari. Masyarakat yang tidak teraliri listrik 24 jam biasanya menggunakan genset. Untuk Kampung-Kampung yang tidak teraliri listrik, terutama di daerah yang jauh dari ibukota Kabupaten umumnya menggunakan pelita/senter/obor/lainnya. Persentase rumah tangga yang menggunakan jenis penerangan tersebut mencapai 17,83%.

Kondisi penggunaan energi listrik terutama yang memanfaatkan listrik negara (PLN) masih belum maksimal. Belum seluruh Kabupaten mendapatkan pasokan listrik 24 jam, seperti contohnya di Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat. Hanya 32,37% Kampungsaja yang telah terjangkau layanan PLN. Sulitnya kondisi geografis dan terbatasnya ketersediaan energi listrik menjadi penyebab belum meratanya pasokan listrik. Dari total 168.000 rumah tangga di Papua Barat, hanya 80.421 rumah tangga yang terdaftar sebagai pelanggan PLN.

Gambar 2-19. Cakupan Pelayanan Listrik dan Air Bersih Pada Perkampungan

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009

7. Fasilitas Telekomunikasi

a. Untuk jaringan telekomunikasi di Provinsi Papua Barat berkembang pesat melalui pelayanan provider telepon selular yang mulai mengembangkan jaringan paling tidak di kawasan perkotaan ataupun ibukota setiap Distrik di masing-masing Kabupaten/Kota. Untuk di kawasan perkampungan, penggunaan telepon satelit masih diandalkan.

b. Telekomunikasi menggunakan jaringan internet juga berkembang cukup pesat meskipun hanya di kawasan perkotaan dengan layanan gabungan dari provider telepon seluler maupun dari PT.Telkom sebagai perusahaan negara yang menangani masalah penyediaan layanan komunikasi.Untuk sistem jaringan nirkabel untuk internet, belum dikembangkan secara umum dan gratis dari pemerintah. Namun di banyak tempat umum, sudah mulai disediakan dengan jenis dan ketentuan layanan yang berbeda-beda dan sebagian besar bersifat komersil.

c. Kantor Pos juga masih diandalkan oleh masyarakat baik untuk pengiriman surat/dokumen dan barang. Kantor Pos besar hanya terdapat di dua wilayah yaitu Kota Sorong dan Manokwari sementara Kantor Pos Pembantu terdapat di semua wilayah kecuali Kabupaten Raja Ampat. Kebutuhan pos di Raja Ampat dipenuhi oleh Rumah Pos dan Kantor Pos Kampung.

8. Iklim Investasi

a. Kondisi investasi di Papua Barat menunjukan kecenderungan yang terus membaik. Peningkatan jumlah proyek yang dijalankan memberikan gambaran meningkatnya kepercayaan publik dalam menanamkan modal yang dimilikinya. Penanaman modal yang berasal dari dalam negeri maupun asing atau luar negeri secara jumlah memang mengalami peningkatan, namun secara nilai tidak terlalu meningkat.

2007 2008 2009 70.28%

53.41%

25.86% 89.47% 86.04% 89.13%

Tabel 2-11. Kondisi Investasi Provinsi Papua Barat

Tahun

Realisasi Dalam Negeri Realisasi Asing

Jumlah Proyek Nilai Investasi

(dalam juta rupiah) Jumlah Proyek

Nilai Investasi (dalam ribu USD)

2010 40 1.185.429 61 98.459

2009 41 967.468 58 98.459

2008 41 967.468 49 98.459

2007 38 967.468 26 78.360

2006 35 967.468 28 78.360

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010

b. Di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 telah terjadi 89 kasus kriminal. 74 kasus atau sekitar 83,1% diantaranya telah ditangani oleh pihak yang berwenang. Kasus yang paling banyak terjadi adalah kasus pencurian kendaraan bermotor yaitu sebanyak 15 kasus (16,85%). Kasus yang paling sedikit terjadi adalah kasus pemerkosaan yaitu sebanyak 1 kali (1,12%). Tidak ada kasus kejahatan terhadap kepala negara.

9. Sumber Daya Manusia

a. Dilihat dari latar belakang pendidikan, persentase penduduk yang bekerja ternyata sebagian besar berpendidikan rendah. Sebesar 49,16% penduduk yang bekerja 26,91% belum bersekolah/tidak tamat SD dan 22,25% tamat SD. 18,32% tamat SLTA. Hanya 9,50% yang berijazah perguruan tinggi.

b. Kesejahteraan penduduk di suatu daerah dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tersebut. IPM di Provinsi Papua Barat pada Tahun 2010 adalah 69,15.Meningkat dari kurun waktu tahun 2007 – 2009, yaitu sebesar 67, 28 pada tahun 2007, pada tahun 2008 sebesar 67,95 dan pada tahun 2009 sebesar 68,58. Kabupaten/Kota yang memiliki nilai IPM terbesar di Provinsi Papua Barat pada tahun 2009 adalah Kota Sorong, yaitu sebesar 76,84 diikuti oleh Kabupaten Fak-Fak dan Kaimana dengan masing- masing nilai IPM sebesar 70,8 dan 69,8, sedangkan nilai IPM terendah terdapat di Kabupaten Tambrauw yaitu sebesar 49,12.

Gambar 2-20.Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua Barat dan Perkembangannya

Sumber: Buku IPM Provinsi Papua Barat 201.