• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Layanan Urusan Wajib 1 Pendidikan

2.3 Aspek Pelayanan Umum

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib 1 Pendidikan

a. Pada tahun 2010, Angka Partisipasi Sekolah usia 7-12 tahun mencapai 94,04%, usia 13-15 tahun menurun menjadi 89,95%, usia 16-18 tahun mencapai 58,98%, dan untuk usia 19-24 hanya mencapai 14,45%.

b. Rasio Siswa/Guru: Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswa/guru pada tahun 2007 mencapai 22 siswa, pada tahun 2008 mencapai 20 siswa, pada tahun 2009 mencapai 21 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 20 siswa.

c. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswa/guru pada tahun 2007 mencapai 10 siswa, pada tahun 2008 mencapai 9 siswa, pada tahun 2009 mencapai 11 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 14 siswa.

d. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswa/guru pada tahun 2007 mencapai 13 siswa, pada tahun 2008 mencapai 13 siswa, pada tahun 2009 mencapai 12 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 13 siswa.

e. Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswa/kelas pada tahun 2007 mencapai 23 siswa per kelas, pada tahun 2008 mencapai 23 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 30 siswa per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 25 siswa per kelas.

f. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswa/kelas pada tahun 2007 mencapai 36 siswa per kelas, pada tahun 2008 mencapai 27 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa

per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 33 siswa per kelas.

g. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswa/kelas pada tahun 2007 mencapai 32 siswa, pada tahun 2008 mencapai 33 siswa, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 32 siswa.

h. Rasio kelas/sekolah pada jenjang pendidikan SD bernilai 5,59 pada tahun 2008. Pada tahun 2009 rasio kelas/sekolah menurun menjadi 4,03. Namun pada tahun 2010 rasio tersebut meningkat menjadi 6,15.

i. Rasio kelas/sekolah pada jenjang pendidikan SLTP bernilai 7,34 pada tahun 2008. Pada tahun 2009 rasio kelas/sekolah menurun menjadi 5,87. Namun pada tahun 2010 rasio tersebut meningkat menjadi 6,84.

j. Rasio kelas/sekolah pada jenjang pendidikan SLTA bernilai 10,26 pada tahun 2008. Pada tahun 2009 rasio kelas/sekolah menurun menjadi 9,64. Pada tahun 2010 rasio tersebut menurun menjadi 9,57.

2. Kesehatan

a. Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 110 Puskesmas, 367 Puskesmas Pembantu, 145 Puskesmas Keliling, dan 297 Puskesmas Polindes. Ketersediaan fasilitas kesehatan di Provinsi Papua Barat yang paling banyak di Kabupaten Manokwari jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya, yaitu terdapat 22 Puskesmas, 84 Puskesmas Pembantu, 19 Puskesmas Keliling, dan 74 Unit Poliklinik Kampung.

b. Jika diamati dari jumlah penduduk, dapat dikatakan bahwa 14 Rumah Sakit yang ada di Provinsi Papua Barat tahun 2010 melayani 760.433 penduduk. Hal ini berarti satu rumah sakit melayani sekitar 54.316 penduduk.

c. Jika diperhatikan dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barattahun 2010 dan jumlah dokter yang tersedia, maka rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter di Provinsi Papua Barat adalah sebesar 4.045 atau dengan kata lain satu dokter rata-rata melayani 4.045 orang. Faktanya pada tahun 2010 jumlah dokter telah meningkat dan distribusinya telah tersebar dengan alokasi yang lebih baik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio ini menurun jika dibandingkan dengan rasio 5.026 pada tahun 2009. Artinya terjadi coverage yang lebih baik dalam hal tertanganinya penduduk dengan peningkatan jumlah dokter. Rasio penduduk terhadap dokter tertinggi berada di Kota Sorong yaitu sebesar 9.531 penduduk dan yang terkecil berada di Kabupaten Teluk Wondama dengan rasio sebesar 1.645 penduduk per seorang dokter.

Gambar 2-15. Cakupan Layanan Kesehatan di Provinsi Papua Barat Tahun 2006-2009

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

3. Lingkungan Hidup

Perkembangan akses penduduk di Provinsi Papua Barat terhadap air bersih pada tahun 2008- 2010 menunjukkan peningkatan. Peningkatan konsumsi air bersih untuk air minum dari 42,81 persen pada tahun 2008 menjadi 49,20 pada tahun 2009, dan 53,11 pada tahun 2011. Akses air bersih tertinggi pada tahun 2010 di Kota Sorong yaitu 78,44 % dan terendah di Kabupaten Maybrat yaitu sebesar 9,76 %.

4. Sarana dan Prasarana Umum a. Jaringan Jalan

i. Infrastruktur utama yang berperan penting dalam aspek daya saing daerah merupakan sarana dan prasarana yang terkait dengan sistem transportasi. Wilayah Papua Barat secara regional sangat bergantung kepada moda transportasi udara yang menjangkau hampir seluruh wilayah Kabupaten/Kota.

ii. Selain keberadaan transportasi udara, moda transportasi laut dan darat ikut berperan dalam pengembangan wilayah Papua Barat. Untuk wilayah laut, keberadaan pelabuhan sebagai simpul pengangkut orang maupun barang tersebar menjadi tiga pelabuhan utama. Untuk Pelabuhan internasional wilayah Papua Barat terdapat di Kota Sorong, sedangkan dua pelabuhan utama lainnya merupakan pelabuhan nasonal di wilayah Manokwari dan Kaimana.

iii. Berbeda dengan kedua jenis transportasi sebelumnya, salah satu kunci pencapaian transportasi darat terlihat dari perkembangan rasio panjang jalan per jumlah kendaraan yang menunjukan angka perbandingan 1:0.077 pada tahun 2006. Angka ini berarti setiap satu kendaraan dilayani oleh jalan dengan panjang 0,077 km. Peningkatan pada sektor ini terjadi hingga menunjukan angka perbandingan 1:0,101 58.46% 58.46% 70.15% 68.18% 27.76% 27.76% 27.70% 26.22% 50.58% 55.99% 57.83% 60.43% 2006 2007 2008 2009

pada tahun 2009.

Gambar 2-16. Rencana Jaringan Transportasi Provinsi Papua Barat

Sumber: Draft RTRW Provinsi Papua Barat.

Sumber: Laporan Indikasi Program Pengembangan Infrastruktur Provinsi Papua Barat, 2009

b. Jaringan Irigasi

i. Banyaknya sungai besar yang mengalir di seluruh wilayah Provinsi Papua Barat dan beberapa danau cukup menguntungkan dalam upaya penyediaan air bersih. Persentase sumber air bersih berasal dari sungai mencapai 54,6%, mata air 45,3% dan sumber lainnya 0,1%1. Namun tetap saja hal tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan air bersih penduduk sampai ke rumah tangga di daerah-daerah terpencil karena keterbatasan kapabilitas untuk menjangkau dari sumber air. Adanya keterbatasan ini menuntut perlu dicari alternatif lokasi lain yang dapat dijadikan sebagai catchment area/waduk guna dapat menampung air sungai.

ii. Sebagian besar wilayah memakai sistem pompa dan sistem gravitasi. Sistem pompa dilakukan pada sumber pengambilan air (water intake) ke rumah pompa (water treatment plant). Sedangkan dengan sistem gravitasi, air cukup dialirkan dari sumber atau unit produksi ke unit/blok distribusi reservoir. Untuk mengetahui rencana dan realisasi saluran irigasi Provinsi Papua Barat pada tahun 2009, dapat dilihat pada Tabel 2-3 berikut.

iii. Pengadaan saluran irigasi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi pertanian terus diupayakan pemenuhannya mencapai target yang telah ditetapkan. Hingga saat ini baru dilakukan proses pembangunan saluran irigasi seluas 9.929 Ha, jauh dibawah target realisasi seluas 28.651 Ha.

Tabel 2-10. Rencana dan Realisasi Saluran Irigasi Provinsi Papua Barat Tahun 2009

Rencana (Ha) Realisasi (Ha) Hambatan Produksi (ton/Ha) Kab. Manokwari 12,666 5,100 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 20.80 Kab. Teluk Bintuni 2,500 450 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 6.00 Kab. Sorong 9,104 2,413 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 44.85 Kab. Raja Ampat 250 155 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 8.60 Kab. Fakfak 1,431 1,431 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 6.25 Kab. Sorong Selatan 1,500 300 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 2.65 Kab. Teluk Wondama 1,200 80 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 6.00

Total 28,651 9,929 95.15

Sumber:Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009

c. Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 734 masjid, 1.531 gereja protestan, 163 gereja katholik, 46 pura, 5 vihara, dan 1 kelenteng. Secara total terdapat 2.479 tempat peribadatan di Provinsi Papua Barat

5. Rumah Tinggal Bersanitasi

a. Persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri, pembuangan akhir tinja, dan jenis kloset angsa selama tahun 2009-2010 mengalami peningkatan. Rumah tangga yang memiliki jamban sendiri mengalami peningkatan yaitu sebesar 59,48% tahun 2009 menjadi 61,07 pada tahun 2010.

b. Rumah tangga yang memiliki TPAT septik Tank/SPAL mengalami peningkatan yaitu sebesar 55,09% tahun 2009 menjadi 63,76 pada tahun 2010.Rumah tangga yang memiliki kloset leher angsa mengalami peningkatan yaitu sebesar 46,04% tahun 2009 menjadi 66,35 pada tahun 2010. Persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB pada periode 2009- 2010 mengalami penurunan dari 17,16 menjadi 15,3

6. Persampahan

Persampahan belum betul-betul dikelola secara terpadu di Provinsi Papua Barat. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hanya dimiliki oleh Kabupaten Sorong tepatnya di Distrik Makbon. Persampahan di Kota Sorong di Klasaman sudah tidak layak karena sangat dekat dengan pemukiman dan dikhawatirkan akan terjadi pencemaran air tanah di pemukiman masyarakat pada saat musim hujan (system open dumping). sedangkan di wilayah lainnya, pengelolaan sampah dilakukan secara individual oleh masing-masing rumah tangga atau instansi, biasanya dengan cara ditimbun, dibakar, atau bahkan dibuang ke sungai atau laut. Hingga saat ini memang dianggap belum menumbulkan masalah karena jumlahnya belum signifikan, namun bukan berarti tidak perlu diperbaiki dan dikelola secara terpadu.

7. Rumah Layak Huni

a. Terjadi peningkatan persentase rumah tangga yang memiliki tempat tinggal yang layak huni pada tahun 2008-2010 berdasarkan empat indikator rumah layak huni.

b. Persentase rumah tangga yang memiliki lantai bukan tanah meningkat dari 91,08 pada tahun 2008, 91,6 pada tahun 2009, dan 93,02 pada tahun 2010.

c. Persentase rumah tangga yang memiliki atap layak (tidak beratap dedaunan) meningkat dari 90,64 pada tahun 2008, 93,6 pada tahun 2009, dan 94,85 pada tahun 2010.

d. Persentase rumah tangga yang memiliki dinding permanen meningkat dari 51,34 pada tahun 2008, 52,27 pada tahun 2009, dan 56,68 pada tahun 2010.

pada tahun 2008, 38,36 pada tahun 2009, dan 39,86 pada tahun 2010.

Gambar2-18. Kelayakan Rumah di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Rumah Tangga Tahun 2007-2010

Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2011

2.3.2.

Fokus Layanan Urusan Pilihan