• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Analisis Data

Teknik analisis data adalah pengumpulan data secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain.29

Menurut Miles & Huberman dalam Sugiyono mengemukakan aktivitas dalam analisis kualitatif harus dilakukan secara terus-menerus sampai tuntas.

Untuk menyajikan data agar mudah dipahami, maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis Interactive model dari Miles

& Huberman, yang membagi langkah-langkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu pengumpulan data(data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data ( data display) dan penarikan kesimpulan atau verfikasi( conclutions).

a. Pengumpulan data, pada analisis model pertama dilakukan pengumpulan data hasil wawancara, hasil observasi, dan berbagai dokumen berdasarkan kategorisasi yang sesuai dengan masalah penelitian yang kemudian dikembangkan penajaman data melalui pencarian data selanjutya.30

b. Reduksi data merupakan komponen pertama dan analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanan, dan abstraksi dari semua jenis

28 https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/naturalscience20/07/20.08.

29 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabet , 2009 , hlm 334.

30 http://eprints.ums.ac.id/12946/4/BAB_III.pdf 21/07/2020/22.18.

informasi yang tertulis lengkap dalam catatan lapangan (fieldnote). Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian .

Pengumpulan data di lapangan, artinya reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan (meski mungkin tidak disadari sepenuhnya), melakukan pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian yang menekankan pada fokus tertentu, tentang kerangka kerja konseptual, dan bahkan juga waktu menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan karena teknik pengumpulan data tergantung pada jenis data yang akan digali, dan jenis data ini sudah terarah dan ditentukan oleh beragam pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah penelitianya.

c. Sajian Data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi lengkap yang untuk selanjutya memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan.

Sajian data ini disusun berdasarkan pokok-pokok yang terdapat dalam reduksi data, dan disajikan dengan menggunakan kalimat dan bahasa peneliti yang merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan bisa mudah dipahami.

d. Penarikan kesimpulan dan verfikasi

Simpulan perlu diverfikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan, oleh karena itu perlu dilakukan verfikasi yang merupakan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat pikiran kedua yang

melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan. 31

Secara skematis proses analisis data dengan menggunakan model analisis data Miles dan Huberman dapat dilihat pada bagan berikut :

Gambar II : Proses Analisis Data Interaktif

31 H. B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 2006, hlm 114 – 116.

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Verfikasi / Penarikan Kesimpulan Reduksi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Gagasan penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam Pembelajaran Sejarah di SMA.

a. Arti penting dalam Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam Pembelajaran Sejarah di SMA.

Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing ini dapat diterapkan dalam pembelajaran Sejarah di SMA. Dalam Model pembelajaran kooperatif ini dapat membuat para siswa untuk semangat dalam belajar mengenai materi sejarah yang diberikan oleh guru di sekolah, yang kita perhatikan selama ini para siswa kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran sejarah di sekolah. Dimana para siswa beranggapan bahwa mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang membosankan karena banyak menghafal tahun-tahun peristiwa yang telah terjadi ditambah lagi dalam menyampaikan pembelajaran tersebut sebagian guru masih ada yang menggunakan metode ceramah yang terkesan monoton sehingga membuat siswa merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Pembelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari bagi para siswa dan dalam pembelajaran tersebut terdapat nilai-nilai yang digunakan untuk masa depan para siswa. Berangkat dari permasalahan tersebut maka peneliti merancang pembelajaran sejarah dengan menggunakan model

45

pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing bagi para siswa.

Model pembelajaran Kooperatif adalah suatu proses pembelajaran berpusat pada peserta didik yang saling berinteraksi dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui sebuah media pembelajaran yang telah dirancang. 32 Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang bersifat kerja sama antar peseta didik untuk mendiskusikan atau membahaskan materi atau permasalahan yang diberikan oleh guru, dengan kemampuan siswa yang berbeda-beda akan membuat suasana belajar sangat menyenangkan bagi para siswa dalam berdiskusi mengenai apa yang ditugaskan oleh guru.

Dalam model pembelajaran Kooperatif ini juga terdapat berbagai macam tipe pembelajaran yaitu tipe Snowball Throwing. Snowball Throwing adalah merupakan pengembangan dari model pembelajaran

diskusi dan merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif.

Hanya saja, pada model ini, kegiatan belajar diatur sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan menyenangkan. 33 Dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran sejarah pada materi

mengenai Kerajaan-kerajaan maritim yang ada di Indonesia pada masa Hinddu- Buddha di Indonesia. Diharapkan dengan menggunakan model ini

32 Tita Hariyanti, Keunggulan Metode Kolaboratif dan Kooperatif dalam Pendidikan, Malang : UB Press, 2017 , hlm 28.

33 Aris Shoimin , 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta : Ar – Ruzz Media , 2014, hlm 174.

dapat membuat para siswa antusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran yang dibawakan oleh guru. Membantu para siswa untuk meningkatkan keberanian siswa dalam menyusun pertanyaan dan bertanya dengan tuntutan pertanyaan yang diberikan oleh teman ataupun guru .

Dengan menggunakan model ini membantu siswa untuk mengembangkan pemikiran siswa dan membuat siswa lebih berani mengemukkan pendapat .

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam Pembelajaran Sejarah di SMA.

1) Langkah Pertama : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Dalam langkah pertama ini guru menyampaikan seluruh tujuan dalam pembelajaran yang akan di sampaikan bagi para siswa-siswi maupun guru juga memberikan motivasi agar para siswa- siswa-siswi semangat dalam belajar dan mengikuti pembelajaran dengan baik.

2) Langkah Kedua : Menyajikan Informasi

Dalam langkah ini guru menyampaikan informasi atau materi kepada siswa-siswi yang mengikuti pembelajaran tersebut. Mislanya guru menyampaikan materi mengenai proses masuknya agama Hinddu-Buddha ke Indonesia yang dimana dalam materi tersebut terdapat point- point mengenai latar belakang masuknya agama tersebut, tujuan utama masuknya agama tersebut, dan dampak dengan

proses masuknya agama Hinddu -Buddha tersebut bagi Indonesia serta beberapa point lainya.

3) Langkah Ketiga : Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok bekerja dan belajar.

Dalam langkah ini ketiga ini setelah guru memberikan penyampaian informasi mengenai materi pembelajaran kepada para siswa-siswi, kemudian guru menyampaikan prosedur pelaksanaan pembelajaran dengan mengunakan Snowball Thowing. Setelah menyampaikan prosedur tersebut guru membagi para siswa-siswi dalam kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 4-7 orang siswa dalam satu kelompok tersebut.

4) Langkah Keempat : Membimbing Kelompok bekerja dan belajar Dalam langkah ini guru memanggil ketua kelompok dan menjelaskan materi serta pembagian tugas kelompok, setelah mendapat penjelasan dari guru setiap ketua kelompok kembali kelompok masing -masing untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru dengan anggota kelompoknya. Dan setelah para siswa siswi melakukan diskusi dalam kelompok mereka masing -masing, guru memberikan selembar kertas kepada setiap kelompok dan meminta kelompok tersebut menulis pertanyaan sesuai dengan materi yang dijelaskan oleh guru tersebut. Guru juga meminta setiap kelompok untuk menggulung dan melemparkan pertanyaan yang telah ditulis pada kertas kepada kelompok

lain. Guru meminta setiap kelompok menuliskan jawaban atas pertanyaan yang didapatkan dari kelompok lain pada kertas kerja.

5) Langkah Kelima : Evaluasi

Dalam langkah ini guru meminta setiap kelompok untuk membacakan jawaban atas pertanyaan yang diterima dari kelompok lain di depan kelas.

6) Langkah Keenam : Memberikan Penilaian / penghargaan

Dalam langkah yang terakhir ini guru memberikan penilaian terhandap hasil kerja siswa dan memberikan penghargaan atas keberhasilan dalam mengikuti pembelajaran tersebut. 34 Contoh guru memberikan penilaian dalam bentuk kuanitatif dan guru memberikan

Gambar III : Perencanaan Pembelajaran dengan menggunakan Snowball Throwing.

Tabel 4 : Pembagian Kelompok dengan menggunakan

1 2 3

4 5 6 Gambar IV : Proses belajar menggunakan Snowball Throwing Keterangan :

S.1 : Siswa 1 S.32 : Siswa 32 S.22 : Siswa 22 S.14 : Siswa 14 S. 4 : Siswa 4 S.27 : Siswa 27 S.18 : Siswa 18 S. 9 : Siswa 9 S. 33 : Siswa 33 S.30 : Siswa 30 S.12 : Siswa 12

S.35 : Siswa 35 S.20 : Siswa 20 S. 6 : Siswa 6 S.24 : Siswa 24 S.11 : Siswa 11 S. 5 : Siswa 5 S.19 : Siswa 19 S. 8 : Siswa 8 S. 26 : Siswa 26 S. 13 : Siswa 13 S. 31 : Siswa 32 S. 17 : Siswa 17 S. 3 : Siswa 3 S. 23 : Siswa 23 S. 7 : Siswa 7 S. 6 : Siswa 6 S.15 : Siswa 15 S. 10 : Siswa 10 S.25 : Siswa 29 S. 16 : Siswa 16

S.1 S.14 S. 18 S. 30 S. 35

S.6 S. 11 S. 19 S.26 S. 31

S.3 S.7 S.15 S.25 S.29 S.32

S.4 S.9 S.12 S.20 S.24

K

S.5 S.8 S.13 S.17 S.23

S.6 S.10 S.16 S.22 S.27 S.33

c. Mengidentifikasi kompetensi dasar dengan menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran sejarah.

Berdasarkan dengan hasil observasi dalam pembelajaran sejarah di SMA dari kelas X – XII yang terdiri dari 29 kompetensi dasar yang dimana di kelas X terdapat 11 kompetensi dasar, Kelas XI terdapat 12 kompetensi dasar dan kelas XII terdapat 6 kompetensi dasar.

Menunjukkan bahwa semua kompetensi dasar tersebut dapat diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing .

Sebab dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing ini dapat menciptakan proses pembelajaran

yang efektif dan membuat siswa untuk berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran, dikarenakan dalam model ini siswa dituntut untuk berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran tersebut.

Guru hanya sebagai fasilator sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran sejarah tersebut.

2. Rancangan pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Thorwing

Langkah-langkah pembelajaran ( Sintaks) harus mengintegrasikan aspek- aspek pembelajaran yang meliputi :

1) Penguatan Pendidikan Karakter ( PPK) ; karakter yang diperkuat terutama 5 karakter, yaitu religus, nasionalis, mandiri, gotong- royong dan integritas.

2) Literasi (GLS tahap ketiga yakni pembelajaran literasi)

3) Ketrampilan 4C ( Creative, Critical thinking, Communicative, dan Collborative)

4) Kemampuan berpikir tingkat tinggi ( HOTS) 35

Dalam hal ini pembelajaran dirancang agar siswa aktif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, memberi ruang yang cukup dan tumbuhnya prakarsa, kreaktivitas dan kemandiran sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Adapun tahap-tahap dalam rancangan pembelajaran tersebut adalah : a. Perencanaan

Dalam hal perencanaan ini guru menyiapkan rancangan pembelajaran yang akan dipakai dalam menyampaikan materi kepada para siswa. Langkah-langkah yang perlu dipersiapkan dalam rancangan adalah sebagai berikut:

1) Menentukan KD

Kompetensi dasar merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang terkait dengan muatan atau mata pelajaran.36

Para ahli, antara lain Resier dan Dick (1996), menyarankan bahwa dalam merumuskan indikator ketercapaian KD dengan memperhatihkan hal sebagai berikut :

(a) Rumuskan indikator dengan kata kerja (action verb) ataukata kerja operasional, yang terkait dengan ranah belajar/aspek sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

(b) Rumusan Indikator kompetensi dasar hanya memuat satu kemampuan, baik yang menyangkut kompetensi sikap, pengetahuan maupun ketrampilan. Rumusan indikator ini memuat dua aspek, yakni aspek kemampuan dan aspek apa

35 Hendra Kurniawan, Literasi Dalam Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Gafa Media, 2018, hlm.172-173.

36 T. G . Ratumanan, Imas Rosmiati, Perencanaan Pembelajaran, Depok : Rajawali Pers, 2019, hlm 245.

yang harus dikuasai /dipelajari(sikap, pengetahuan, dan ketrampilan). Rumusan indikator memuat dua kemampuan dengan tiga aspek, yakni aspek kemampuan, apa yang dipelajari, dan hasil yang diharapkan dari kemampuan yang ditunjukkan oleh peserta didik.

(c) Rumusan indikator kompetensi dasar sedapat mungkin harus diurutkan secara berjenjang, mislanya mulai dari yang mudah, sedang, kemudian sulit. Ini harus dilakukan mengingat dalam kurikulum berbasis kompetensi, perjenjangan kemampuan harus tampak. Selalin itu, perjenjangan dilakukan agar keragaman kemampuan peserta didik dapat tercermin dalam rumusan Indikator KD.

(d) Rumusan indikator harus mencakup ketiga kemampuan/

kompetensi di atas, yakni sikap,pengetahuan dan ketrampilan.37 Dalam hal ini peneliti mengambil KD yang ada dalam silabus mata pelajaran sejarah kelas XI. KD yang diambil yaitu KD 3.1 yang berbicara mengenai menganalisis kerajaan maritim Indonesia pada masa Hinddu-Buddha dalam sistem pemerintahan, sosial ekonomi dan kebudayan serta pengaruhnya dalam kehidupan bermasyrakat. Kompetensi dasar 3.1 lni lebih mengambarkan aspek pengetahuan. Pada kompetensi dasar 4.1 ini menyajikan hasil analisis tentang kerajaan - kerajaan maritim di Indonesia pada masa Hinddu- Buddha dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi dan kebudayan serta pengaruhnya dalam kehidupan masyrakat Indonesia pada masa kini dan bentuk tulisan dan media lain. Kompetensi dasar bagian ini lebih mengambarkan aspek ketrampilan.

37 Wachyu Sundayna, Telaah Kurikulum dan Perencanaan Pembelajaran, Jakarta : Erlangga, 2017, hlm 106 -107.

2) Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan kepada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. 38

Alokasi waktu yang digunakan dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada materi mengenai kerajaan-kerajaan maritim pada masa Hinddu-Buddha di Indonesia yaitu membutuhkan waktu 270 menit (2 kali pertemuan).

3) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan kompetensi dasar dengan mengunakan kata kerja operasional yang dapat diobservasi dan diukur berdasarkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Dituangkan dalam bentuk deskripsi yang memuat unsur ABCD (Audience, Behavior,Condition, dan Degree;) memberi gambaran proses dan pencapaian hasil pembelajaran. 39

Menurut Richards (2001), terdapat beberapa karakterstik dalam merumuskan tujuan pembelajaran, yakni :

(a) Rumusan tujuan pembelajaran harus terkait dengan hasil belajar.

38 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2019, hlm 58.

39 Hendra Kurniawan, Literasi dalam Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta : Gava Media, 2018 ,hlm 171.

(b) Rumusan tujuan pembelajaran harus terkait dengan tujuan kurikuler, yang dalam silabus dinyatakan dalam bentuk kompetensi dasar.

(c) Tujuan pembelajaran harus dinyatakan secara operasional atau spesfik dengan menggunakan kata kerja.

(d) Rumusan tujuan pembelajaran harus dapat dijangkau atau dicapai peserta didik (feasible). 40

Pada pembelajaran ini dipilih kompetensi dasar 3.1 dan 4.1 kelas XI yang dimana dalam kompetensi 3.1 menganalisis kerajaan maritim pada masa Hinddu-Buddha dalam sistem pemerintahan, sosial ekonomi dan kebudayan serta pengaruhnya dalam kehidupan masyrakat Indonesia pada masa kini dan 4.1 menyajikan hasil analisis tentang kerajaan maritim pada masa Hinddu-Buddha dalam sistem pemerintahan, sosial ekonomi dan kebudayan serta pengaruhnya dalam kehidupan masyrakat Indonesia pada masa kini dalam bentuk tulisan dan media lain. Berdasarkan dari kompetensi dasar dan indikator maka tercipta tujuan pembelajaran yang terbagi dalam aspek pengetahuan dan ketrampilan.

Dalam aspek pengetahuan sebagai berikut :

a) Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing peserta didik mampu mengidentifikasi

tentang kerajaan maritim pada masa Hinddu-Buddha dalam sistem pemerintahan dengan cermat dan tanggung jawab.

b) Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Snowball throwing peserta didik mampu menjelaskan kerajaan

40 Wachyu Sundayana, Telaah Kurikulum dan Perencanaan Pembelajaran, Jakarta : Erlangga, 2017, hlm 110 – 111.

maritim di Indonesia pada masa Hinddu-Buddha dalam bidang sosial ekonomi dan kebudayaan dengan benar dan jujur.

c) Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing peserta didik mampu menyimpulkan pengaruh

Hinddu -Buddha dalam kehidupan masyrakat Indonesia pada masa kini dengan benar dan tanggung jawab.

Pada aspek ketrampilan tujuan pembelajaranya sebagai berikut : a) Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe

Snowball Throwing peserta didik mampu mengolah informasi

tentang sistem pemerintahan, sosial ekonomi dan kebudayaan serta pengaruh bagi kehidupan masyrakat Indonesia pada masa kini.

4) Menentukan Materi

Materi Pembelajaran (instructional materials) secara garis besar adalah pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang perlu dipelajari oleh peserta didik. Secara khusus, jenis -jenis materi pembelajaran terdiri dari fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan sikap atau nilai. Anderson dan Krathwohl (2001), menggunakan istilah dimensi pengetahuan dan membaginya atas, pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognisi. Dengan demikian materi pembelajaran terdiri atas fakta, konsep, prinsip, prosedur, metakognisi dan sikap atau nilai. 41

41 T. G . Ratumanan, Imas Rosmiati, Perencanaan Pembelajaran, Depok : Rajawali Pers, 2019, hlm 149.

Dalam pengorganisasian materi pembelajaran, terdapat tiga prinsip penting yang perlu diperhatihkan yaitu:

(a) Relevansi mengandung arti adanya keterkaitan dan kesesuaian antar komponen. Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian kompetensi (SK dan KD, atau KI dan KD).

Materi pembelajaran yang dikembangkan harus diarahkan untuk memenuhi pencapaian kompetensi peserta didik yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

(b) Konsistensi

Konsistensi mengandung arti hubungan antara komponen – komponen harus taat asas. Materi Pembelajaran yang harus dipelajari peserta didik, harus berkaitan atau bersesuaian dengan kompetensi dasar.

(c) Kecukupan

Prinsip kecukupan (adequate) mengandung arti cakupan atau materi yang dipelajari peserta didik seharusnya cukup memadai untuk menunjang tercapainya penguasaan kompetensi dasar.

Untuk menjamin prinsip ini, maka dari setiap kompetensi dasar dijabarkan indikator pencapaian kompetensi, selanjutya dari setiap indikator pencapaian kompetensi (IPK), ditetapkan materi pembelajaranya.

Kompetensi dasar yang dipilih dalam pembelajaran, memuat fakta yaitu Kerajaan Maritim pada masa Hindu-Buddha di Indonesia, Konsepnya sistem pemerintahan, sistem sosial ekonomi dan sistem kebudayaan, Prosedurnyaperkembangan Kerajaan Maritim pada masa Hinddu-Buddha di Indonesia.

5) Menentukan Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang memperlihatkan prosedur sistematis bagi guru dalam mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. 42Model yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah model Kooperatif tipe

42 Hendra Kurniawan, Literasi Dalam Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta : Gava Media, 2018, hlm 72.

Snowball Throwing, dengan menggunakan model ini berharap para siswa

dapat semangat dan aktif dalam belajar sejarah.

6) Menentukan Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat didefinisikan sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi yang bersifat mendidik ( Pedagogis) yang digunakan oleh guru untuk membantu peserta didik memahami bahan ajar yang disampaikan dalam proses atau interaksi pembelajaran.43 Dalam kaitan ini, Anderson (1991) membagi media pembelajaran kedalam dua kategori, yakni alat bantu pembelajaran ( instructional aids) dan media pembelajaran (instructional media). Alat bantu pembelajaran merujuk pada perlengkapan atau alat

untuk membantu guru memperjelas materi (informasi) yang akan disampaikan, sedangkan media pembelajaran merujuk pada media yang memungkingkan terjadinya interaksi antara karya pengembangan mata pelajaran dengan siswa atau peserta didik. Dalam interaksi ini, terjadi suatu proses belajar dalam diri siswa ketika menggunakan media pembelajaran. Contoh alat bantu pembelajaran adalah OHP, LCD projector, slide, foto, poster, grafik, flip-chart, model, benda yang

sebenarnya, bahkan lingkungan belajar yang dimanfaatkan untuk memperjelas materi pembelajaran. Sementara itu, contoh media pembelajaran antara lain Computer Assisted Language Teaching, untuk mendukung teknik pengajaran tersebut, guru dapat menggunakan

43 Wachyu Sundayana, Telaah Kurikulum dan Perencanaan Pembelajaran, Jakarta : Erlangga, 2017, hlm 116 -117.

berbagai media sosial yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran, seperti Edmodo.44 Dalam memilih media pembelajaran yang baik terdapat berbagai kriteria yaitu ketepatan media dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, kesesuaian media dengan karekterstik sasaran, kemudahan dalam memperolehnya dan ketersediaan biaya untuk pengadaanya.

7) Menentukan Sumber Belajar

Belajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi didalamnya, salah satu komponen dalam belajar yaitu sumber belajar. Sumber belajar adalah alat atau barang yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan. 45 Sumber belajar dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar serta sumber belajar lain yang relevan.

Sumber belajar yang dipakai dalam pembelajaran ini melalui buku BSE Sejarah untuk SMA /MA Kelas XI program ilmu pengetahuan sosial penulis Dwi Ari Listiyani dan Kemedikub. 2017. BSE Sejarah untuk SMA/ MA Kelas X . Edisi Revisi, penulis Ratna Hapsari.

44 Ibid ., 117 - 118

45 H. Ali Mudlofir, Evi Fatimatur Rusydiyah, Desain Pembelajaran Inovatif dari teori ke praktik, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2016, hlm 193.

8) Lampiran

Berisi instrumen pendukung yakni instrumen penilaian (sikap, pengetahuan dan ketrampilan) termasuk skoring dan uraian materi.46 Dalam pembelajaran ini instrumen penilaian afektif berupa instrumen sikap interkultural sesuai dengan materi yang dipelajari, instrumen penilaian kognitif berupa soal uraian serta penilaian instrumen psikomotorik membuat laporan tertulis.

b. Gambaran Pelaksanaan 1 ) Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditunjukkan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap pendahuluan diurainkan sebagai berikut :

(a) Orientasi, yakni kegiatan memustkan perhatian peserta didik pada materi yang akan dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan benda yang menarik, menunjukkan gambarnya pada LCD, memberikan ilustrasi, membaca berita surat kabar dan sebagainya.

(b) Apersepsi,yakni kegiatan yang memberikan persepsi awal kepada peserta didik berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

46 Hendra Kurniawan, Literasi dalam Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta : Gava Media, 2018 hlm 176.

(c) Motivasi, yakni kegiatan mendorong peserta didik untuk dapat terlibat aktif dalam kegitan pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menunjukkan atau memberikan gambaran manfaat yang akan diperoleh peserta didik bila mempelajari materi yang akan dibahas.

(d) Pemberian acuan, yakni kegiatan memberikan gambaran materi yang akan dipelajari dan bagaimana kegiatan pembelajaran akan dilakukan. Pemberian acuan dapat dilakukan dengan cara memberikan penjelasan garis besar materi pokok atau uraian

materi yang akan dipelajari, pembagian kelompok dan

materi yang akan dipelajari, pembagian kelompok dan

Dokumen terkait