• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak sebagai berikut :

1. Bagi Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi guna memberikan peningkatan dan pengembangan ilmu di FKIP. Sehingga dapat

menghasilkan guru dengan profesionalitas dan berkualitas dalam bidang pendidikan.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang model pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing.

3. Prodi Pendidikan Sejarah USD

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu koleksi perpustakaan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dalam meneliti mengenai model pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran sejarah di SMA.

4. Bagi Pembaca

Penelitian diharapkan dapat menambah minat baca mengenai model pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing.

5. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang lebih luas dan kemampuan dalam mengembangkan karya ilmiah.

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Sejarah

a. Pengertian Pembelajaran Sejarah

Arti penting pembelajaran ini memberikan penjelasan bahwa pembelajaran merupakan proses yang tidak bisa dianggap biasa dalam proses kemajuan suatu bangsa.

Pembelajaran Sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang didalamnya mempelajari tentang peristiwa di masa lampau yang erat hubungnya dengan masa kini.5 Pembelajaran sejarah yang baik akan membentuk pemahaman sejarah yang baik. Pemahaman sejarah merupakan kecenderungan berpikir yang merefleksikan nilai-nilai positif dari peristiwa sejarah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita menjadi bijak dalam melihat dan memberikan respon terhandap berbagai masalah kehidupan. 6 Pembelajaran sejarah seharusnya dapat menjadi suatu pembelajaran yang imajinatif yang akan mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan berbangsa.

b. Tujuan Pembelajaran Sejarah

Tujuannya dalam pembelajaran sejarah sebagai berikut :

1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

5 I.Gede Widja, Dasar-dasar pengembangan strategi serta metode pengajaran sejarah, Jakarta :Depdikub,1989, hlm.23.

6 Heri Susanto, Seputar pembelajaran sejarah, Yogkarta : Aswaja Pressindo, 2014, hlm .36.

8

2) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuwan.

3) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhandap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa indonesia di masa lampau.

4) Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhandap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.

5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memilki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.

2. Kurikulum 2013

a. Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya.

Melalui pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan berbasis kompetensi, kita berharap bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah ( added value), dan nilai jual yang bisa di tawarkan kepada orang lain dan bangsa lain di dunia, sehingga kita bersaing, bersanding, bahkan bertanding dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan global. Hal ini dapat memungkinkan, kalau implementasi kurikulum 2013 betul-betul dapat menghasilkan insan yang produktif, kreaktif, inovatif dan berkarakter. Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,

terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. 7

b. Pembelajaran Sejarah dalam Kurikulum 2013

Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai dokumen, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk bagi guru. Sementara kurikulum sebagai implementasi merupakan realisasi dari pedoman tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.8 Guru menjadi salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Kurikulum sebaik apapun tidak akan berarti tanpa ditunjang kemampuan guru untuk mengimplementasikannya. Guru berperan penting dalam tataran kelas untuk melaksanakan pembelajaran. Selain guru, keberhasilan implementasi kurikulum 2013 juga ditunjang oleh ketersediaan buku sebagai sumber dan bahan pembelajaran. Untuk itulah perlu disusun beberapa hal sebagai berikut :

1) Buku siswa, berisi substansi pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar.

2) Buku panduan guru, berupa panduan pelaksanaan proses pembelajaran, panduan pengukuran dan penilaian proses serta hasil belajar.

7 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013, hlm 6 – 7.

8 Hendra Kurniawan, Kajian Kurikulum dan Bahan Ajar Sejarah SMA Menurut Kurikulum 2013,

Yogykarta : Sanata Dharma University Press, 2018 , hlm 232.

3) Implementasi kurikulum meliputi struktur kurikulum, standar kompetensi lulusan, kompetensi inti dan kompentsi dasar. 9 Dalam kurikulum 2013 di SMA terdapat mata pelajaran Sejarah Indonesia yang sifatnya wajib pada setiap jenjang untuk semua peminatan dan mata pelajaran sejarah untuk peminatan ilmu sosial. Sejarah untuk kelompok peminatan ilmu-ilmu sosial di SMA / MA. Dalam konteks ini sejarah terlebih bukan untuk sarana penanaman nilai namun dipelajari sebagai suatu disipilin ilmu. Sejarah merupakan salah satu disiplin dalam ilmu pengetahuan yang mengkaji aktivitas manusia sebagai individu, kelompok atau masyarakat dalam konteks ruang dan waktu. Dalam silabus mata pelajaran Sejarah ( 2016) dijabarkan tujuan mata pelajaran sejarah sebagai berikut:

1) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mengenai kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia serta dunia melalui pengalaman sejarah bangsa Indonesia dan bangsa lain.

2) Mengembangkan rasa kebangsaan, cinta tanah air, dan penghargaan kritis terhadap hasil dan prestasi bangsa Indonesia dan umat manusia di masa lalu.

3) Membangun kesadaran tentang konsep waktu dan ruang dalam berpikir kesejarahan ( historical awareness).

4) Mengembangkan kemampuan berpikir sejarah (historical thinking), keterampilan sejarah, ( historical skills), dan wawasan terhadap isu sejarah ( historical issue), serta menerapkan kemampuan, keterampilan dan wawasan tersebut dalam kehidupan masa kini.

5) Mengembangkan perilaku yang didasarkan pada nilai dan moral yang mencerminkan karakter diri, masyrakat, dan bangsa.

6) Menanamkan sikap berorentasi kepada kehidupan masa kini dan masa depan berdasarkan pengalaman masa lampau.

7) Memahami dan mampu menangani isu-isu kontroversial untuk mengkaji permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakatnya.

8) Mengembangkan pemahaman internasional dalam menelaah fenomena aktual dan global.

9 Ibid . , hlm . 232.

Berdasarkan tujuan tersebut, muatan isi mata pelajaran sejarah mengembangkan peserta didik agar memiliki kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik, pewaris nilai–nilai kebangsaan dan memiliki kepedulian terhadap permasalahan kehidupan masyarakat dan bangsa pada masa kini dan masa depan. 10 Adapun silabus dari sejarah peminatan sebagai

3.4 Menganalisis sejarah sebagai ilmu, peristiwa, kisah, dan seni

4.4 Menyajikan hasil telaah tentang sejarah sebagai ilmu, peristiwa,

3.5 Menganalisis cara berpikir

 Berpikir sejarah diakronik

 Berpikir sejarah sinkronik

3.6 Mengevaluasi kelebihan dan kekurangan berbagai bentuk/jenis sumber sejarah (artefak, fosil, tekstual, nontekstual, kebendaan, tradisi lisan) dalam bentuk tulisan dan/atau media lain dan modern dalam bentuk tulisan dan atau media lain.

Historiografi tradisional, kolonial dan modern .

 Historiografi tradisional

 Historiografi modern

 Historiografi kolonial

3.9 Menganalisis persamaaan dan perbedaan antara manusia purba Indonesia dan dunia dengan manusia modern dalam aspek fisik dan non fisik.

4.9 Menyajikan hasil analisis mengenai persamaan dan perbedaan antara manusia purba Indonesia dan dunia dengan manusia modern dalam aspek fisik dan nonfisik dalam bentuk tulisan dan media lain.

Persamaan dan perbedaan antara manusia purba Indonesia dan dunia dengan manusia modern dalam aspek fisik dan non fisik.

 Manusia purba Indonesia

 Manusia purba dunia

 Manusia modern

3.10 Menganalisis kehidupan awal manusia Indonesia dalam aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini

4.10 Menganalisis kehidupan awal manusia Indonesia dalam aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi serta pengaruhnya dalam kehidupan

4.11 Menyajikan hasil analisis peradaban awal dunia serta keterkaitannya dengan peradaban masa kini pada aspek lingkungan,

hukum, kepercayaan,

pemerintahan, dan sosial dalam bentuk tulisan dan/atau media lain

Peradaban awal dunia dan keterkaitanya dengan manusia masa kini pada aspek lingkungan, hukum, kepercayaan, pemerintahan dan sosial.

 Peradaban awal Dunia

pemerintahan, sosial ekonomi, dan kebudayan serta pengaruhnya

Kerajaan-kerajaan maritim

Indonesia pada masa Islam dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan serta pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada

dalam kehidupan masyrakat Indonesia pada masa kini.

4.1 Menyajikan hasil analisis tentang kerajaan’’ maritim di Indonesia pada masa Hinddu dan Buddha dalam sistem pemerintahan sosial, ekonomi, dan kebudayan serta pengaruhnya dalam kehidupan masyrakat Indonesia pada masa maritim Indonesia pada masa

Islam dalam sistem

4.2 Menyajikan hasil analisis tentang kerajaan-kerajaan maritim pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan serta pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kini kehidupan masyrakat Indonesia masa kini. serta bangsa lain di dunia pada masa kini.

3.4 Menganalisis pemikiran-pemikiran

4.4 Menyajikan hasil analisis tentang pemikiran-pemikiran yang

4.5 Menyajikan hasil analisis tentang hubungan perkembangan

3.7 Menganalisis respon bangsa

3.11 Menganalisis kehidupan bangsa

3.4 Menganalisis sejarah organisasi

Peristiwa kontemporer dunia antara lain runtuhnya Vietnam Selatan, Apartheid di Afrika Selatan, USSR, Jerman Timur, Yugoslavia, Cekoslowakia

 Runtuhnya Vietnam Selatan

 Hapusnya Apartheid di Afrika Selatan

3. Teori Konstruktivisme dalam pembelajaran sejarah

Konstruktivisme merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang menuntut agar individu bisa menumbuhkan dan membuat konsepnya sendiri yang muncul dari pandangan dan gambaran individu itu sendiri. 11 Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktekan dalam proses belajar dan pembelajaran baik ditingkat sekolah dasar, menengah dan universitas. Berikut ini langkah pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme.

Berikut ini langkah pembelajaran berdasarkan konstruktivisme .

a) Dalam proses pembelajaran, pengetahuan dibangun oleh secara individu maupun kelompok.

b) Pengetahuan tidak bisa dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar.

c) Siswa aktif mengkonstruksi terus-menerus sehingga terjadi perubahan konsep menuju yang lebih rinci, lengkap dan sesuai konsep ilmiah.

d) Ketika proses pembelajaran guru hanya membantu menyediakan sarana agar proses pembangunan pengetahuan dapat berjalan secara baik.

e) Evaluasi pembelajaran menekankan pada penyusuan makna yang melibatkan ketrampilan yang terhubung dengan menggunakan masalah dalam konteks nyata. Selain itu, evaluasi harus diintegrasikan kedalam tugas-tugas yang menuntut aktivitas belajar menjadi bermakna. 12

Berdasarkan paham konstruktivisme dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna. Dengan kata lain peserta didik harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing- masing. Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri. Selain

11 Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruksivisme, Bandung : Alfabeta , 2013, hlm 22.

12 Y. R. Subakti , Paradigma Pembelajaran Konstruktivisme, Jurnal Online, http: // www.

Usd. ac . id / lembaga / IPPM/ FII3% 20 vitae / vol24no 1 April 2010 / Paradigma % 20 pembelajaran % 20 sejarah % 20 YR % Subakti Pdf.

itu, John Dewey menguatkan teori konstruktivisme ini dengan mengatakan bahwa pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berkisanambungan. Ia juga menekankan kepentingan keikutsertaan peserta didik dalam segala aktivitas pengajaran dan pembelajaran. Dengan konstruktivisme dalam pembelajaran sejarah, siswa dituntut untuk bergerak aktif dan mengoptimalkan serta memaksimalkan potensi yang ada dalam proses pembelajaran. Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan sesuatu kegiatan yang memungkingkan bisa membangun pengetahuanya sendiri. 13

Adapun ciri pembelajaran sejarah secara konstruktivis adalah : a) Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

b) Siswa belajar sejarah secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Hal ini agar siswa dapat memberi makna tentang materi sejarah yang akan dibahas, maka perlu sebuah materi yang bersifat analisis yang berdasar pada hukum kausalitas.

c) Siswa belajar bagaimana belajar itu. Melalui pemberian masalah yang berbobot masalah, diharapkan siswa mampu belajar memahami, menerapkan dan mampu bersikap terhandap hasil analisis permasalahan.

d) Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu dengan skema yang dimiliki siswa agar pemahaman terhandap informasi (materi) menjadi kompleks.

e) Orentasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan (inkuiri)

f) Berorentasi pada pemecahan masalah. Sejarah bukan hanya deretan fakta, namun berdasarkan waktu, kontiniuitas dan perubahan. Oleh sebab itu, permasalahan yang dimunculkan untuk dikaji oleh siswa dalam permasalahan kekinian yang dicari.

13 Paul Suparno, Filsafat konstrukvisme dalam pendidikan, Yogykarta : Kanisius , 2012, hlm 65.

4. Model pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar ini yang Cooperative, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainya.

Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukanya seorang diri.14

b. Konsep Pokok Pembelajaran Kooperatif

Manusia memiliki derajat, potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu, manusia dapat saling asah, dan asuh atau saling mencerdaskan. Pembelajaran Cooperative menciptakan interaksi yang asah sehingga terciptanya masyrakat belajar. Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa.

Pembelajaran Cooperative adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyrakat atau lingkungan sekitar.15

14 Rusman, Model -model Pembelajara, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011, hlm 202.

15 Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif , Surakarta : Yuma Pustaka ,2010, hlm 40.

c. Ciri- ciri pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Cooperative adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen pembelajaran Cooperative menurut Lie yang dikutip oleh Sugiyono adalah :

1) Saling ketergantungan positif

Hal ini dimaksudkan, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.

2) Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog itu tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. Ini juga mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya.

3) Akuntabilitas Individual

Maksudnya adalah pembelajaran Cooperative menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok yang memerlukan bantuan dapat saling memberikan bantuan.

4) Ketrampilan untuk menjalani hubungan antar pribadi

Elemen ini dimaksudkan setiap siswa harus memiliki ketrampilan sosial, seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan ide gagasan logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi yang diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.16

d. Prinsip-prinsip pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif ( cooperative learning), yaitu sebagai berikut : 1) Prinsip ketergantungan positif ( positive interdependence), yaitu dalam

pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok.

2) Tanggung jawab perseorangan ( individual accountbility), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

16 Ibid ., hlm. 40-42

3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5) Evaluasi proses kelompok yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.17 Selain lima unsur penting yang terdapat pada model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainya.

Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin adalah sebagai berikut :

1) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

2) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

17 Ibid, hlm 212.

3) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai. 18

e. Manfaat Penggunaan Pembelajaran Kooperatif

Ada banyak nilai pembelajaran kooperatif diantaranya:

1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawan sosial.

Dalam hal ini bermanfaat bagi siswa untuk lebih peka atau peduli terhadap suasana sekitar yang sedang mengalami suatu hal.

2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan-pandangan.

3) Bermanfaat bagi para siswa agar dapat belajar mengenai sikap sesama siswa lainya, belajar suatu keterampilan baru yang dimiliki oleh salah satu siswa serta mampu menerima berbagi pandangan atau pemikiran yang berkaitan dengan materi atau pelajaran tersebut dari antar siswa .

4) Memudahkan siswa untuk melakukan penyesuaian sosial.

Siswa dengan mudah dalam beradaptasi dengan siswa lain dalam mengikuti pembelajran di dalam kelas.

18 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009, hlm 61 – 62.

5) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen. Dengan mengunakan model ini sangat membawa keuntungan bagi siswa akan terbentuknya nilai-nilai yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.

6) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

Siswa dilatih dapat untuk lebih memperhatikan sesama dan tidak untuk lebih mementingkan atas dirinya sendiri.

7) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekan.

8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

Dalam hal ini siswa mampu dapat menumbuhkan rasa percaya kepada sesamanya .

9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

10) Meningkatkan ketersediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memadang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orentasi tugas. 19

19 Sugiyanto, Model – model Pembelajaran Inovatif, Surakarta : Yuma Pustaka, 2009, hlm 43-44.

5. Snowball Throwing

a. Pengertian Snowball Throwing

Snowball Throwing merupakan pengembangan dari model pembelajaran

diskusi serta merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. 20 Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dominan dengan menggunakan metode tanya jawab. Snowball artinya bola salju sedangkan Throwing artinya melempar. Snowball Throwing dapat diartikan sebagai

pembelajaran yang menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola. 21

b. Kelebihan dan Kekurangan Snowball Throwing Adapun kelebihanya sebagai berikut :

1) Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, dikarena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.

Membuat para siswa sangat aktif dan tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran tersebut.

2) Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan pada siswa lain. Sehingga dalam pembelajaran ini semua siswa dituntut harus berperan aktif dalam membuat soal yang sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru .

20 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogykarta : AR Ruzz Media, hlm 174.

21 Hendra Kurniawan, Literasi dalam Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta : Gava Media, 2018, hlm 82.

3) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

Dalam hal ini pembelajaran mengunakan Snowball Throwing membuat siswa berperan aktif secara langsung dalam pembelajaran dikarenkan dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk membuat sebuah pertanyaan yang akan dilempari pertanyaan tersebut ke siswa-siswa lainya yang mengikuti proses pembelajaran tersebut.

4) Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam praktik. Guru hanya menyediakan secarik kertas kecil yang akan diberikan kepada para siswa untuk menuliskan sebuah pertanyaan dalam hal ini siswa yang berperan penuh dalam mengunakan model pembelajaran ini.

5) Pembelajaran menjadi lebih efektif dimana dalam mengunakan model pembelajaran ini suasana kelas dalam penyampaian materi pembelajaran terjalin secara kondusif dan efektif, dikarenakan para siswa aktif dalam mendengarkan penyampain materi tersebut.

6) Ketiga aspek kognitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai.

B. Penelitian yang Relevan

Peneliti mengambil penelitian yang relevan guna mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam menentukan bagaimana kedepanya penelitian ini akan dilaksanakan.

Dalam hal ini peneliti mengambil penelitian yang relevan oleh :

1. AG. Toto Marsanto Mahasiswa Pendidikan Sejarah, Universitas Sanata Dharma dengan judul Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah melalui model pembelajaran Snowball Throwing pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kasihan . Dalam penelitian ini dikatakan bahwa prestasi

1. AG. Toto Marsanto Mahasiswa Pendidikan Sejarah, Universitas Sanata Dharma dengan judul Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah melalui model pembelajaran Snowball Throwing pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kasihan . Dalam penelitian ini dikatakan bahwa prestasi

Dokumen terkait