• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

C. Kerangka Pikir

Dalam pembelajaran sejarah di sekolah yang kita perhatikan selama ini guru masih dominan menggunakan motede cermah dalam menyampaikan sebuah materi pembelajaran kepada siswa namun ada beberapa guru yang sudah menggunakan model pembelajaran yang bervariansi.

Model pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah ini membuat siswa merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran tersebut sehingga membuat pembelajaran tidak efektif. Berangkat dari permasalahan tersebut seorang guru perlu menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan kreaktif untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

Peranan guru dalam model pembelajaran ini hanyalah sebagai fasilator.

Snowball Throwing adalah model pembelajaran Cooperative Learning yang

diawali dengan pembentukan kelompok, yang diwakili oleh ketua kelompok untuk mendapatakan tugas dari guru yang kemudian masing-masing membuat pertanyaan yang dibentuk seperti (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke kelompok lain dan masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Melempar disini maksudnya adalah menukar kertas berisi soal yang telah dibuat siswa ke siswa lain untuk diselesaikan.

Pada dasarnya model pembelajaran dengan tipe Snowball Throwing ini dirancang untuk melibatkan dan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan, jika proses pembelajaran menjadi aktif, maka akan terciptanya pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

Dari penjelasan diatas, kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar I : Kerangka Pikir Masih dominan

menggunakan metode ceramah Pembelajaran

Sejarah

Pembelajaran kurang efektif

Perlunya

menggunakan model pembelajaran inovatif dan kreaktif Menumbuhkan

keaktifan, semangat dan

minat belajar sejarah.

Model Cooperative Learning tipe

Snowball Throwing

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif metode kepustakaan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian mislanya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan secara holisk dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 22 Adapun menurut Creswell (2009) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif berarti proses eksplorasi dan memahami makna perilaku individu dan kelompok, mengambarkan masalah sosial atau masalah kemanusian. Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang mendeskrpiskan segala hal yang akan diteliti berdasarkan alamiah atau natural yang terjadi. 23 Penelitian kualitatif memiliki dua tujuan utama, yaitu pertama mengambarkan dan mengungkapkan (to describe and explore) kedua mengambarkan dan menjelaskan (to describe and explain) 24 Sedangakan Metode Studi Pustaka ialah serangkaian kegiatan yang berkenan dengan

22 Lexi J. Moleong , Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung : PT Remaja Rosdkarya , 2006, hlm .6.

23 Sugiyono, Metode Penelitian Kebijakan pendekatan kuantitatif, kombinasi, R& D dan penelitian evaluasi, Bandung : Alfabeta , 2017 hlm 40.

24 M. Djuadi Ghony dan Fauzan Almansur, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Ar – Ruzz Media, 2014, hlm. 29.

36

metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. 25

B. Setting Penelitian

Penelitian Kepustkaan ini dilakukan dengan mencari sumber-sumber buku, jurnal dan skripsi yang diperoleh dari Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

C. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedahkan menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.

1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya.

Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Sumber yang sebagai acuan yaitu:

a. Silabus

b. Kurikulum 2013

2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder

25 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2004, hlm 3.

adalah literatur, artikel dan jurnal serta situs internet yang berkenan penelitian yang dilakukan. 26 Yang menjadi acuan dalam sumber data sekunder ini yaitu :

a. Buku ( Ilmiah)

1. Buku yang berjudul Seputar Pembelajaran Sejarah yang ditulis oleh Heri Susanto dicetak oleh Aswaja Pressindo dikeluarkan pada tahun 2014 di Yogyakarta. Dalam buku ini terbagi menjadi dua bagian, dimana dalam bagian pertama merupakan konseptual pendidikan sejarah dan bagian kedua berisi tiga bab yang cenderung teoritis berupa upaya penggalian tujuan filosofis pembelajaran sejarah.

2. Buku yang berjudul Literasi dalam Pembelajaran Sejarah yang ditulis oleh Hendra Kurniawan dicetak oleh penerbit Gava Media dikeluarkan pada tahun 2018 di kota Yogykarta. Dalam buku ini berisikan tentang pembelajaran sejarah dalam kurikulum 2013, gerakan literasi sekolah, ketrampilan literasi dalam pembelajaran sejarah, model pembelajaran sejarah berbasis literasi, sumber dan media pembelajaran sejarah berbasis literasi, penilaian pembelajaran sejarah berbasis literasi dan pengembangan RPP sejarah berbasis literasi.

3. Buku berjudul 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 yang ditulis oleh Aris Shoimin dicetak oleh penerbit Ar-

26 Sugiyono , Metode Penelitian Kuanitatif Kualitatif dan R&D , Bandung : Alfabeta , 2009, hlm. 137.

Ruzz Media dikeluarkan pada tahun 2014 di kota Yogyakarta . Dalam buku ini memuat tentang berbagai macam model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran disekolah yang dimana salah satu model pembelajaran yang dimuat yaitu Snowball Throwing.

4. Buku yang berjudul Model- model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru ditulis oleh Rusman dicetak oleh penerebit Rajawali Press dan dikeluarkan pada tahun 2011 di kota Jakarta.

Buku ini berisikan tentang berbagai macam model-model pembelajaran untuk mengembangkan profesi guru yang salah satunya ada model yang dimuat yaitu model kooperatif.

b. Jurnal / Artikel

1. Dalam Jurnal Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstuktivisme yang tulis oleh salah satu Dosen Universitas Sanata Dharma yang bernama Yohanes Rasul Subakti. Dalam ini jurnal ini bermuat tentang pembelajaran sejarah yang berbasis konstruktivisme.

c. Skripsi

1. Dalam skripsi yang ditulis oleh AG.Toto Marsanto Mahasiswa Pendidikan Sejarah, Universitas Sanata Dharma dengan judul Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah melalui model pembelajran Snowball Throwing. Dalam jurnal ini dikatakan bahwa prestasi belajar sejarah siswa meningkat dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing.

D. Fokus Penelitian

Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan ke Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam Pembelajaran Sejarah

di SMA Kelas X1( Sebuah Studi Literatur)

3.1 Menganalisis kerajaan maritim Indonesia pada masa Hinddu-Buddha dalam sistem pemerintahan, sosial ekonomi dan kebudayan serta pengaruhnya dalam kehidupan masyrakat Indonesia pada masa kini.

4.1 Menyajikan hasil analisis tentang kerajaan-kerajaan maritim di Indonesia pada masa Hinddu-Buddha dalam sistem pemerintahan sosial ekonomi dan kebudayan serta pengaruhnya dalam kehidupan masyrakat Indonesia pada masa kini dalam bentuk tulisan dan media lain.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Studi pustaka adalah suatu studi yang digunakan dalam mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakan seperti dokumen, buku, majalah kisah -kisah sejarah ( Mardalis:1999). Studi kepustakan juga dapat mempelajari berbagi buku referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang sejenis mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti ( Sarwono

: 2006).27 Studi kepustakaan juga berarti teknik pengumpulan data dengan melakukan penelaah terhadap buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan.

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dengan mencari sumber- sumber buku di perpustakaan Universitas Sanata Dharma buku yang dicari yaitu buku tentang Model Pembelajaran Kooperatif, Seputar pembelajaran sejarah dan 68 Model pembelajaran serta buku lain-lain yang berkaitan dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti. Peneliti juga mengambil kutipan-kutipan dari berbagai jurnal secara online. Setelah melakukan pengumpulan data dari buku tersebut. Peneliti kemudian membandingkan sumber-sumber dari buku tersebut dengan sumber yang lain yang berupa jurnal dan artikel online. Selanjutya peneliti merangkum sesuai dengan apa yang akan dituliskan oleh peneliti. Untuk instrumen penelitian Mirshad (2014) yang mengemukakan ada dua instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data :

a. Pengumpulan data dalam bentuk verbal simbolik, yaitu mengumpulkan naskah-naskah yang belum dianalisis. Dalam pengumpulan data ini peneliti bisa menggunakan alat rekam, seperti fotocopy dan lain sebagainya.

b. Kartu data yang berfungsi untuk mencatat hasil data yang telah didapat untuk lebih memudahkan peneliti dalam mengklarifikasi data yang telah didapat di dilapangan.28

27 https://media.neliti.com/media/publications/253525-studi-kepustakaan-mengenai-landasan-teor-c084d5fa.pdf 16/05/2020/15.00.

F. Analisis Data

Teknik analisis data adalah pengumpulan data secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain.29

Menurut Miles & Huberman dalam Sugiyono mengemukakan aktivitas dalam analisis kualitatif harus dilakukan secara terus-menerus sampai tuntas.

Untuk menyajikan data agar mudah dipahami, maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis Interactive model dari Miles

& Huberman, yang membagi langkah-langkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu pengumpulan data(data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data ( data display) dan penarikan kesimpulan atau verfikasi( conclutions).

a. Pengumpulan data, pada analisis model pertama dilakukan pengumpulan data hasil wawancara, hasil observasi, dan berbagai dokumen berdasarkan kategorisasi yang sesuai dengan masalah penelitian yang kemudian dikembangkan penajaman data melalui pencarian data selanjutya.30

b. Reduksi data merupakan komponen pertama dan analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanan, dan abstraksi dari semua jenis

28 https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/naturalscience20/07/20.08.

29 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabet , 2009 , hlm 334.

30 http://eprints.ums.ac.id/12946/4/BAB_III.pdf 21/07/2020/22.18.

informasi yang tertulis lengkap dalam catatan lapangan (fieldnote). Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian .

Pengumpulan data di lapangan, artinya reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan (meski mungkin tidak disadari sepenuhnya), melakukan pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian yang menekankan pada fokus tertentu, tentang kerangka kerja konseptual, dan bahkan juga waktu menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan karena teknik pengumpulan data tergantung pada jenis data yang akan digali, dan jenis data ini sudah terarah dan ditentukan oleh beragam pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah penelitianya.

c. Sajian Data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi lengkap yang untuk selanjutya memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan.

Sajian data ini disusun berdasarkan pokok-pokok yang terdapat dalam reduksi data, dan disajikan dengan menggunakan kalimat dan bahasa peneliti yang merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan bisa mudah dipahami.

d. Penarikan kesimpulan dan verfikasi

Simpulan perlu diverfikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan, oleh karena itu perlu dilakukan verfikasi yang merupakan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat pikiran kedua yang

melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan. 31

Secara skematis proses analisis data dengan menggunakan model analisis data Miles dan Huberman dapat dilihat pada bagan berikut :

Gambar II : Proses Analisis Data Interaktif

31 H. B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 2006, hlm 114 – 116.

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Verfikasi / Penarikan Kesimpulan Reduksi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Gagasan penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam Pembelajaran Sejarah di SMA.

a. Arti penting dalam Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam Pembelajaran Sejarah di SMA.

Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing ini dapat diterapkan dalam pembelajaran Sejarah di SMA. Dalam Model pembelajaran kooperatif ini dapat membuat para siswa untuk semangat dalam belajar mengenai materi sejarah yang diberikan oleh guru di sekolah, yang kita perhatikan selama ini para siswa kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran sejarah di sekolah. Dimana para siswa beranggapan bahwa mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang membosankan karena banyak menghafal tahun-tahun peristiwa yang telah terjadi ditambah lagi dalam menyampaikan pembelajaran tersebut sebagian guru masih ada yang menggunakan metode ceramah yang terkesan monoton sehingga membuat siswa merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Pembelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari bagi para siswa dan dalam pembelajaran tersebut terdapat nilai-nilai yang digunakan untuk masa depan para siswa. Berangkat dari permasalahan tersebut maka peneliti merancang pembelajaran sejarah dengan menggunakan model

45

pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing bagi para siswa.

Model pembelajaran Kooperatif adalah suatu proses pembelajaran berpusat pada peserta didik yang saling berinteraksi dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui sebuah media pembelajaran yang telah dirancang. 32 Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang bersifat kerja sama antar peseta didik untuk mendiskusikan atau membahaskan materi atau permasalahan yang diberikan oleh guru, dengan kemampuan siswa yang berbeda-beda akan membuat suasana belajar sangat menyenangkan bagi para siswa dalam berdiskusi mengenai apa yang ditugaskan oleh guru.

Dalam model pembelajaran Kooperatif ini juga terdapat berbagai macam tipe pembelajaran yaitu tipe Snowball Throwing. Snowball Throwing adalah merupakan pengembangan dari model pembelajaran

diskusi dan merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif.

Hanya saja, pada model ini, kegiatan belajar diatur sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan menyenangkan. 33 Dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran sejarah pada materi

mengenai Kerajaan-kerajaan maritim yang ada di Indonesia pada masa Hinddu- Buddha di Indonesia. Diharapkan dengan menggunakan model ini

32 Tita Hariyanti, Keunggulan Metode Kolaboratif dan Kooperatif dalam Pendidikan, Malang : UB Press, 2017 , hlm 28.

33 Aris Shoimin , 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta : Ar – Ruzz Media , 2014, hlm 174.

dapat membuat para siswa antusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran yang dibawakan oleh guru. Membantu para siswa untuk meningkatkan keberanian siswa dalam menyusun pertanyaan dan bertanya dengan tuntutan pertanyaan yang diberikan oleh teman ataupun guru .

Dengan menggunakan model ini membantu siswa untuk mengembangkan pemikiran siswa dan membuat siswa lebih berani mengemukkan pendapat .

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam Pembelajaran Sejarah di SMA.

1) Langkah Pertama : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Dalam langkah pertama ini guru menyampaikan seluruh tujuan dalam pembelajaran yang akan di sampaikan bagi para siswa-siswi maupun guru juga memberikan motivasi agar para siswa- siswa-siswi semangat dalam belajar dan mengikuti pembelajaran dengan baik.

2) Langkah Kedua : Menyajikan Informasi

Dalam langkah ini guru menyampaikan informasi atau materi kepada siswa-siswi yang mengikuti pembelajaran tersebut. Mislanya guru menyampaikan materi mengenai proses masuknya agama Hinddu-Buddha ke Indonesia yang dimana dalam materi tersebut terdapat point- point mengenai latar belakang masuknya agama tersebut, tujuan utama masuknya agama tersebut, dan dampak dengan

proses masuknya agama Hinddu -Buddha tersebut bagi Indonesia serta beberapa point lainya.

3) Langkah Ketiga : Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok bekerja dan belajar.

Dalam langkah ini ketiga ini setelah guru memberikan penyampaian informasi mengenai materi pembelajaran kepada para siswa-siswi, kemudian guru menyampaikan prosedur pelaksanaan pembelajaran dengan mengunakan Snowball Thowing. Setelah menyampaikan prosedur tersebut guru membagi para siswa-siswi dalam kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 4-7 orang siswa dalam satu kelompok tersebut.

4) Langkah Keempat : Membimbing Kelompok bekerja dan belajar Dalam langkah ini guru memanggil ketua kelompok dan menjelaskan materi serta pembagian tugas kelompok, setelah mendapat penjelasan dari guru setiap ketua kelompok kembali kelompok masing -masing untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru dengan anggota kelompoknya. Dan setelah para siswa siswi melakukan diskusi dalam kelompok mereka masing -masing, guru memberikan selembar kertas kepada setiap kelompok dan meminta kelompok tersebut menulis pertanyaan sesuai dengan materi yang dijelaskan oleh guru tersebut. Guru juga meminta setiap kelompok untuk menggulung dan melemparkan pertanyaan yang telah ditulis pada kertas kepada kelompok

lain. Guru meminta setiap kelompok menuliskan jawaban atas pertanyaan yang didapatkan dari kelompok lain pada kertas kerja.

5) Langkah Kelima : Evaluasi

Dalam langkah ini guru meminta setiap kelompok untuk membacakan jawaban atas pertanyaan yang diterima dari kelompok lain di depan kelas.

6) Langkah Keenam : Memberikan Penilaian / penghargaan

Dalam langkah yang terakhir ini guru memberikan penilaian terhandap hasil kerja siswa dan memberikan penghargaan atas keberhasilan dalam mengikuti pembelajaran tersebut. 34 Contoh guru memberikan penilaian dalam bentuk kuanitatif dan guru memberikan

Gambar III : Perencanaan Pembelajaran dengan menggunakan Snowball Throwing.

Tabel 4 : Pembagian Kelompok dengan menggunakan

1 2 3

4 5 6 Gambar IV : Proses belajar menggunakan Snowball Throwing Keterangan :

S.1 : Siswa 1 S.32 : Siswa 32 S.22 : Siswa 22 S.14 : Siswa 14 S. 4 : Siswa 4 S.27 : Siswa 27 S.18 : Siswa 18 S. 9 : Siswa 9 S. 33 : Siswa 33 S.30 : Siswa 30 S.12 : Siswa 12

S.35 : Siswa 35 S.20 : Siswa 20 S. 6 : Siswa 6 S.24 : Siswa 24 S.11 : Siswa 11 S. 5 : Siswa 5 S.19 : Siswa 19 S. 8 : Siswa 8 S. 26 : Siswa 26 S. 13 : Siswa 13 S. 31 : Siswa 32 S. 17 : Siswa 17 S. 3 : Siswa 3 S. 23 : Siswa 23 S. 7 : Siswa 7 S. 6 : Siswa 6 S.15 : Siswa 15 S. 10 : Siswa 10 S.25 : Siswa 29 S. 16 : Siswa 16

S.1 S.14 S. 18 S. 30 S. 35

S.6 S. 11 S. 19 S.26 S. 31

S.3 S.7 S.15 S.25 S.29 S.32

S.4 S.9 S.12 S.20 S.24

K

S.5 S.8 S.13 S.17 S.23

S.6 S.10 S.16 S.22 S.27 S.33

c. Mengidentifikasi kompetensi dasar dengan menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran sejarah.

Berdasarkan dengan hasil observasi dalam pembelajaran sejarah di SMA dari kelas X – XII yang terdiri dari 29 kompetensi dasar yang dimana di kelas X terdapat 11 kompetensi dasar, Kelas XI terdapat 12 kompetensi dasar dan kelas XII terdapat 6 kompetensi dasar.

Menunjukkan bahwa semua kompetensi dasar tersebut dapat diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing .

Sebab dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing ini dapat menciptakan proses pembelajaran

yang efektif dan membuat siswa untuk berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran, dikarenakan dalam model ini siswa dituntut untuk berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran tersebut.

Guru hanya sebagai fasilator sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran sejarah tersebut.

2. Rancangan pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Thorwing

Langkah-langkah pembelajaran ( Sintaks) harus mengintegrasikan aspek- aspek pembelajaran yang meliputi :

1) Penguatan Pendidikan Karakter ( PPK) ; karakter yang diperkuat terutama 5 karakter, yaitu religus, nasionalis, mandiri, gotong- royong dan integritas.

2) Literasi (GLS tahap ketiga yakni pembelajaran literasi)

3) Ketrampilan 4C ( Creative, Critical thinking, Communicative, dan Collborative)

4) Kemampuan berpikir tingkat tinggi ( HOTS) 35

Dalam hal ini pembelajaran dirancang agar siswa aktif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, memberi ruang yang cukup dan tumbuhnya prakarsa, kreaktivitas dan kemandiran sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Adapun tahap-tahap dalam rancangan pembelajaran tersebut adalah : a. Perencanaan

Dalam hal perencanaan ini guru menyiapkan rancangan pembelajaran yang akan dipakai dalam menyampaikan materi kepada para siswa. Langkah-langkah yang perlu dipersiapkan dalam rancangan adalah sebagai berikut:

1) Menentukan KD

Kompetensi dasar merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang terkait dengan muatan atau mata pelajaran.36

Para ahli, antara lain Resier dan Dick (1996), menyarankan bahwa dalam merumuskan indikator ketercapaian KD dengan memperhatihkan hal sebagai berikut :

(a) Rumuskan indikator dengan kata kerja (action verb) ataukata kerja operasional, yang terkait dengan ranah belajar/aspek sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

(b) Rumusan Indikator kompetensi dasar hanya memuat satu kemampuan, baik yang menyangkut kompetensi sikap, pengetahuan maupun ketrampilan. Rumusan indikator ini memuat dua aspek, yakni aspek kemampuan dan aspek apa

35 Hendra Kurniawan, Literasi Dalam Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Gafa Media, 2018, hlm.172-173.

36 T. G . Ratumanan, Imas Rosmiati, Perencanaan Pembelajaran, Depok : Rajawali Pers, 2019, hlm 245.

yang harus dikuasai /dipelajari(sikap, pengetahuan, dan ketrampilan). Rumusan indikator memuat dua kemampuan dengan tiga aspek, yakni aspek kemampuan, apa yang dipelajari, dan hasil yang diharapkan dari kemampuan yang ditunjukkan oleh peserta didik.

(c) Rumusan indikator kompetensi dasar sedapat mungkin harus diurutkan secara berjenjang, mislanya mulai dari yang mudah, sedang, kemudian sulit. Ini harus dilakukan mengingat dalam kurikulum berbasis kompetensi, perjenjangan kemampuan harus tampak. Selalin itu, perjenjangan dilakukan agar keragaman kemampuan peserta didik dapat tercermin dalam rumusan Indikator KD.

(d) Rumusan indikator harus mencakup ketiga kemampuan/

kompetensi di atas, yakni sikap,pengetahuan dan ketrampilan.37 Dalam hal ini peneliti mengambil KD yang ada dalam silabus mata pelajaran sejarah kelas XI. KD yang diambil yaitu KD 3.1 yang berbicara mengenai menganalisis kerajaan maritim Indonesia pada masa Hinddu-Buddha dalam sistem pemerintahan, sosial ekonomi dan kebudayan serta pengaruhnya dalam kehidupan bermasyrakat. Kompetensi dasar 3.1 lni lebih mengambarkan aspek pengetahuan. Pada kompetensi dasar 4.1 ini menyajikan hasil analisis tentang kerajaan - kerajaan maritim di Indonesia pada masa Hinddu- Buddha dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi dan kebudayan serta pengaruhnya dalam kehidupan masyrakat Indonesia pada masa kini dan bentuk tulisan dan media lain. Kompetensi dasar bagian ini lebih mengambarkan aspek ketrampilan.

37 Wachyu Sundayna, Telaah Kurikulum dan Perencanaan Pembelajaran, Jakarta : Erlangga, 2017, hlm 106 -107.

2) Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan kepada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. 38

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan kepada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. 38

Dokumen terkait