• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

4. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar ini yang Cooperative, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainya.

Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukanya seorang diri.14

b. Konsep Pokok Pembelajaran Kooperatif

Manusia memiliki derajat, potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu, manusia dapat saling asah, dan asuh atau saling mencerdaskan. Pembelajaran Cooperative menciptakan interaksi yang asah sehingga terciptanya masyrakat belajar. Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa.

Pembelajaran Cooperative adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyrakat atau lingkungan sekitar.15

14 Rusman, Model -model Pembelajara, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011, hlm 202.

15 Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif , Surakarta : Yuma Pustaka ,2010, hlm 40.

c. Ciri- ciri pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Cooperative adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen pembelajaran Cooperative menurut Lie yang dikutip oleh Sugiyono adalah :

1) Saling ketergantungan positif

Hal ini dimaksudkan, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.

2) Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog itu tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. Ini juga mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya.

3) Akuntabilitas Individual

Maksudnya adalah pembelajaran Cooperative menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok yang memerlukan bantuan dapat saling memberikan bantuan.

4) Ketrampilan untuk menjalani hubungan antar pribadi

Elemen ini dimaksudkan setiap siswa harus memiliki ketrampilan sosial, seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan ide gagasan logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi yang diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.16

d. Prinsip-prinsip pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif ( cooperative learning), yaitu sebagai berikut : 1) Prinsip ketergantungan positif ( positive interdependence), yaitu dalam

pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok.

2) Tanggung jawab perseorangan ( individual accountbility), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

16 Ibid ., hlm. 40-42

3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5) Evaluasi proses kelompok yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.17 Selain lima unsur penting yang terdapat pada model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainya.

Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin adalah sebagai berikut :

1) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

2) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

17 Ibid, hlm 212.

3) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai. 18

e. Manfaat Penggunaan Pembelajaran Kooperatif

Ada banyak nilai pembelajaran kooperatif diantaranya:

1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawan sosial.

Dalam hal ini bermanfaat bagi siswa untuk lebih peka atau peduli terhadap suasana sekitar yang sedang mengalami suatu hal.

2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan-pandangan.

3) Bermanfaat bagi para siswa agar dapat belajar mengenai sikap sesama siswa lainya, belajar suatu keterampilan baru yang dimiliki oleh salah satu siswa serta mampu menerima berbagi pandangan atau pemikiran yang berkaitan dengan materi atau pelajaran tersebut dari antar siswa .

4) Memudahkan siswa untuk melakukan penyesuaian sosial.

Siswa dengan mudah dalam beradaptasi dengan siswa lain dalam mengikuti pembelajran di dalam kelas.

18 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009, hlm 61 – 62.

5) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen. Dengan mengunakan model ini sangat membawa keuntungan bagi siswa akan terbentuknya nilai-nilai yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.

6) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

Siswa dilatih dapat untuk lebih memperhatikan sesama dan tidak untuk lebih mementingkan atas dirinya sendiri.

7) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekan.

8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

Dalam hal ini siswa mampu dapat menumbuhkan rasa percaya kepada sesamanya .

9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

10) Meningkatkan ketersediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memadang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orentasi tugas. 19

19 Sugiyanto, Model – model Pembelajaran Inovatif, Surakarta : Yuma Pustaka, 2009, hlm 43-44.

Dokumen terkait