• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama pada zaman ini manusia dituntut terus berjuang untuk bisa mengenyam pendidikan. Melalui Pendidikan akan memudahkan manusia untuk mendapatkan pekerjaan. Maka dari itu manusia terus berjuang untuk memperoleh pendidikan.

Pendidikan memiliki arti yang sangat luas, meliputi pendidikan formal dan pendidikan informal. Dalam pendidikan formal pada dasarnya merupakan suatu aktivitas insitusional, seragam dan berorentasi pada mata pelajaran , waktu belajarnya penuh, mengarah pada perolehan ijasah dan gelar sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak terstruktur dan berjenjang.

Dalam hal ini peneliti, ingin memfokuskan pada pendidikan formal.1

Di dalam pendidikan formal membutuhkan namanya sekolah, pendidikan di sekolah sudah tentu akan terjadi proses belajar dari pembelajaran antara guru dan peserta didik. Dimana dalam proses pembelajaran ini terdapat materi atau pelajaran yang akan disampaikan guru kepada para peserta didik. Dan sesuai dengan kurikulum yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh Kementerian yaitu Kurikulum 2013.

Dalam implementasi kurikulum 2013 yang berbasis kompetensis ini mencakup 3 aspek yaitu sikap, pengetahuan dan ketrampilan sekaligus berbasis

1 Sugihartono dkk, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : UNY Press, 2007, hlm 3-4.

1

karakter, dengan pendekatan tematik dan konteksual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuanya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. 2 Kurikulum 2013 juga menekan pendidikan karakter dapat dintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum, materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari hal ini juga sesuai dengan pembelajaran sejarah yang mempelajari tentang kehidupan manusia, sosial budaya serta beragam peristiwa penting yang diharapkan bisa di ambil nilai-nilainya dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sejarah merupakan mata pelajaran yang mempelajari serangkaian kejadian pada masa lampau yang disusun berdasarkan peninggalan berbagai peristiwa yang terjadi di masa lampau dan didalamnya juga terkandung nilai-nilai untuk pembentukan karakter para peserta didik. Adapun tujuan dari pembelajaran sejarah yaitu membangkitkan dan mengembangkan serta memelihara semangat kebangsaan, membangkitkan hasrat mewujudhkan cita-cita kebangsaan dalam segala hal serta mempelajari sejarah kebangsaan dan sebagian dari sejarah dunia.3 Berdasarkan dari pengertian dan tujuan pembelajaran sejarah tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa pembelajaran ini sangat penting bagi peserta didik maka dari itu pembelajaran sejarah di sekolah

2 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013, hlm 7.

3 Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah, Yogykarta : Aswaja Pressindo, 2014, hlm 57.

harus dioptimalkan secara baik kepada para peserta didik agar dapat tertarik dalam mengikuti pembelajaran sejarah yang disampaikan guru.

Proses pembelajaran sejarah di sekolah sudah berjalan dengan baik dan kondusif. Namun masih ada sebagian guru dalam penyampaian materi kepada siswa dengan mengunakan sistem pembelajaran yang bersifat monoton yaitu dengan metode ceramah, hal ini mengakibatkan kurang menarik bagi peserta didik sehingga membuat membuat para siswa tidak aktif mendengarkan penyampaian materi oleh guru. Selain metode ceramah ini guru juga sudah ada yang menggunakan metode diskusi untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa namun mereka kurang serius dan tidak semua siswa berperan pada saat kegiatan diskusi. Kondisi ini dilihat dari suasana siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas, siswa mengabaikan pembelajaran sejarah tersebut ketika dalam proses belajar mengajar tersebut mereka lebih asyik mengoborol bersama teman-temanya, bermain gadget bahkan ada yang tidur karena mereka merasa jenuh dan bosan terhandap pembelajaran tersebut.

Dalam hal ini seorang guru harus kreaktif dalam mengembangkan model pembelajaran agar siswa dapat serius dan aktif dalam menyimak pembelajaran. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan model pembelajaran kreaktif dan inovatif sesuai dengan materi yang diajarkan serta didukung sarana dan prasarana sebagai penunjang pembelajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merancangkan serta melaksanakan aktivitas pembelajaran.4 Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa, salah satu model pembelajaran itu adalah Cooperative Learning .

Cooperative Learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada

penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam Cooperative Learning terdapat berbagai tipe yang mendukung dalam model pembelajaran tersebut, salah satu tipe model pembelajaran adalah tipe Snowbal Throwing.

Dalam mengatasi permasalahan pada mata pelajaran sejarah, peneliti menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning dengan menggunakan tipe Snowball Throwing yang dapat menumbuhkan semangat dan keaktifan serta minat para peserta didik dalam belajar sejarah.

Snowball Throwing adalah suatu tipe pembelajaran yang diawali dengan

pembentukan kelompok, yang diwakili oleh ketua kelompok untuk mendapatkan tugas dari guru yang kemudian masing-masing kelompok membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke kelompok lain dan masing-masing kelompok bekerja sama untuk menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh dari kelompok lain. Melempar disini maksudnya adalah menukar kertas berisi soal yang telah dibuat siswa ke siswa lain untuk diselesaikan

4 Sugiyanto, Model - model Pembelajaran Inovatif, Surakarta : Yuma Pustaka, 2009, hlm 2-3.

Melalui penerapan model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing diharapkan siswa dapat lebih aktif serta minat dalam mengikuti proses pembelajaran dan diharapkan juga siswa tidak hanya mampu memahami apa yang telah didiskusikan dengan anggota kelompoknya, tetapi juga mampu memahami informasi yang didapat melalui bola soal yang dilempar atau ditukarkan dari kelompok lain. Selain itu model pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk saling menghormati teman atau anggota kelompok apabila terjadi perbedaan pendapat diantara mereka ketika melakukan diskusi.

Berdasarkan manfaat dan kelebihan yang dapat diperoleh dari model pembelajaran tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan berjudul Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran Sejarah di SMA ( Studi Literatur).

Dokumen terkait