• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Analisis Potensi Interaksi Obat

Analisis interaksi obat dilakukan dengan penelusuran pada bank data Drugs.com yang mana data interaksi obat potensial pada pasien PGK di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes akan dikelompokan berdasarkan tingkat keparahannya yaitu minor, sedang/moderate dan mayor. Potensi interaksi obat yang ditemukan pada pengobatan pasien dengan PGK di RSUD Prof.

Dr. W. Z. Johannes sebanyak 72 pasien (85,7%), sementara pada 12 pasien (14,3%) tidak ditemukan adanya kejadian interaksi obat. (Dapat dilihat pada lampiran), berikut adalah gambaran mengenai pasien yang memiliki interaksi obat.

14,3

57,1

22,6

4,8 1,2

1-4 OBAT 5-8 OBAT 9-12 OBAT 16-20 OBAT 25 OBAT Jumlah Obat Yang Di Konsumsi Pasien PGK Selama Rawat Inap

PERSENTASE

Gambar 4.11 Gambaran Kejadian Interaksi Obat Pada Pasien PGK

Sebanyak 40 pasien (55,6%) dalam penelitian ini mengalami 1-3 interaksi obat, 13 pasien (18,06%) mengalami 4-6 interaksi obat, 8 pasien (11,11%) mengalami 7-9 interaksi obat, 6 pasien (8,33%) mengalami 10-12 interaksi obat, 1 pasien (1,39%) mengalami 13 interaksi obat serta 4 pasien (5,56%) mengalami >16 kejadian interaksi obat seperti tertera pada gambar 4.13 dibawa ini.

Gambar 4.12 Distribusi Interaksi Obat Pada Pasien PGK

Sebagai mana telah disebutkan pada penelitian Schmidt et al., (2019) bahwa rata-rata obat yang dikonsumsi oleh pasien PGK lebih dari 5 obat atau disebut dengan polifarmasi begitu pula dengan yang di kemukakan oleh Olumuyiwa et al,. (2018) bahwa prevalensi polifarmasi tinggi pada pasien

85,7%

14,3%

terjadi interaksi obat tidak terjadi interaksi obat Gambaran Kejadian Interaksi Obat Pada Pasien PGK

PERSENTASE

55,56%

18,06%

11,11% 8,33%

1,39% 5,56%

Distribusi Interaksi Obat Pada Pasien PGK

PGK sebesar 85,37% dan prevalensi kejadian interaksi obat sebesar 70,54%.

Temuan ini semakin memperkuat bahwa semakin banyak obat yang dikonsumsi maka semakin besar pula potensi terjadinya interaksi obat dalam terapi yang diterima pasien. namun dalam penelitian ini tidak ditemukan korelasi linear antara banyak nya obat yang diresepkan dan potensi interaksi obat yang ditemukan pada terapi pasien hal ini dapat dilihat pada tabel berikut (sisanya dapat dilihat pada lampiran1).

Tabel 4.3 Jumlah Pemberian Obat Dengan Potensi Interaksi Obat Nama pasien Jumlah pemberian obat Jumlah potensi interaksi

obat

Ny 21 9 3

Ny 99 7 3

NY 215 8 3

Ny 219 7 5

Tn 57 5 4

Interaksi obat yang terjadi pada pasien kemudian dikelompokan berdasarkan tingkat keparahannya dan diperoleh interaksi minor sebesar (26%), interaksi sedang/moderate sebesar (68%), dan interaksi mayor sebesar (5%) seperti pada gambar 4.14 dibawa ini.

Gambar 4.13 Distribusi Interaksi Obat Berdasarkan Tingkat Keparahannya Pada Pasien PGK

26%

5%

68%

minor mayor moderate

Distribusi Interaksi Obat Berdasarkan Tingkat Keparahannya Pada Pasien PGK

PERSENTASE

Berdasarkan data yang diperoleh ditemukan bahwa interaksi obat terbanyak adalah interaksi obat dengan tingkat keparahan sedang/moderate sebesar 68% interaksi obat sedang/moderate adalah interaksi obat yang membutuhkan pengaturan dosis atau pemantauan dari praktisi kesehatan terhadap pasien. Interaksi obat terbanyak kedua selanjutnya adalah interaksi obat minor sebesar 26% interaksi obat minor yaitu interaksi obat yang mungkin mengganggu atau tidak disadari (interaksi obat diduga terjadi) tetapi tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap efek obat yang di inginkan interaksi minor biasanya memiliki mekanisme yang masih belum dipahami sehingga masih harus dilakukan penelitian lebih mendalam untuk mengetahui mekanismenya (Tatro., 2009). Interaksi mayor menduduki posisi ketiga dengan persentase sebesar 5% dengan pasangan obat yang berinteraksi yaitu sebanyak 21 pasang obat. Interaksi dengan tingkat keparahan mayor merupakan interaksi yang diutamakan untuk dicegah karena memiliki efek potensial yang membahayakan jiwa atau menyebabkan kerusakan permanen (Tatro., 2009). Dalam penelitian ini juga ditemukan obat-obatan yang paling sering berinteraksi yaitu interaksi antara obat-obatan kardiovaskuler dengan sesama obat-obatan kardiovaskuler sebesar 30% , obat kardiovaskuler dengan suplemen sebesar 20%, dan obat-obatan saluran cerna dengan obat-obatan kardiovaskuler sebesar 15% seperti pada gambar dibawah ini

Gambar 4.14 Jenis Obat Yang Paling Sering Berinteraksi Pada Pasien PGK

Keterangan: OSC=Obat saluran cerna, CV DAN HT= Cardiovaskuler dan hipertensi, AAI=Analgesik-anti inflamasi, OSN= Obat saluran napas.

Interaksi yang paling sering terjadi dalam penelitian ini yaitu antara sesama obat cardiovaskuler yang berjumlah 24 pasang obat yang berinteraksi (dapat dilihat pada lampiran 4), interaksi selanjutnya yang paling sering terjadi dalam penelitian ini yaitu antara obat kardiovaskuler dengan suplemen dengan total 10 pasang obat yang berinteraksi (dapat dilihat pada lampiran 5) dan Interaksi antara obat cardiovaskuler dengan obat-obatan saluran cerna dengan total 6 pasang obat yang berinteraksi (dapat dilihat dalam lampiran 6)

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Olumuyiwa et al., (2017), yang mana potensi interaksi obat pada pasien PGK dengan tingkat keparahan sedang/moderate merupakan interaksi terbanyak dengan persentase sebesar 62,7% , interaksi minor menempati urutan kedua sebesar 34,5% dan interaksi mayor sebesar 2,7%, temuan dalam penelitian ini juga menunjukan bahwa interaksi obat dengan tingkat keparahan mayor dapat mengancam jiwa. Berdasarkan analisis dari

15%

20%

30%

4% 6%

5%

1%

6% 4% 3% 3% 2%

Jenis Obat Yang Paling Sering Berinteraksi Pada Pasien PGK

efek-efek yang dihasilkan oleh obat-obatan yang berinteraksi efek-efek yang berpengaruh pada kondisi pasien PGK di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes yaitu pengurangan efek farmakologi obat-obatan anti hipertensi oleh suplemen kalsium, hal ini dapat terlihat dari data klinis berupa tekanan darah pasien yang rata-rata tidak mencapai target terapi (hipertensi resisten) pasien PGK dengan kondisi hipertensi yaitu <140/90 mmHg (Bell et al., 2015).

Berdasarkan pemaparan ini maka masih banyak pasien di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes yang berpotensi menglami interaksi obat. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus terhadap penggunaan obat-obatan pada pasien PGK di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes apoteker perlu melakukan penilaian interaksi obat sebagai langkah penting dalam melakukan pemantauan terapi obat sebab salah satu faktor penting keberhasilan terapi adalah dengan memantau terapi yang efektif dan tidak menimbulkan Drug Related Problem (DRP). Hal ini diharapkan dapat menimbulkan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien serta mencapai hasil terapi yang optimal, farmasis juga bertanggung jawab dalam pemilihan terapi yang optimal serta meminimalisir kejadian yang berhubungan dengan DRP (Cipoole et al., 2012).

72 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis DRP interaksi obat potensial pada pasien PGK di instalasi rawat inap RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes dapat disimpulkan bahwa:

1. Pasien PGK yang memiliki komorbid akan menerima terapi lebih dari lima obat, dengan jumlah obat terbanyak yang dikonsumsi pasien dalam penelitian ini yaitu 5-8 obat (57,1%) dengan obat terbanyak yang diberikan kepada pasien adalah obat-obatan kardiovaskuler dan antihipertensi sebesar (44%), suplemen sebesar (24%), obat-obatan gastrointestinal sebesar (14%), antibiotik sebesar (5%) dan analgesik anti inflamasi sebesar (4%).

2 sebanyak 72 pasien PGK (85,7%) di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes memiliki potensi interaksi obat dengan jumlah interaksi obat terbanyak yaitu 1-3 interaksi obat yang terjadi pada 40 pasien (55,6%), obat yang berinteraksi dengan tingkat keparahan sedang/moderate sebesar (68%), tingkat keparahan minor sebesar (26%) dan tingkat keparahan mayor sebesar (5%) dengan kejadian interaksi obat yang diduga telah terjadi pada pasien PGK di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes adalah antara obat-obatan kardiovaskuler dan antihipertensi dengan suplemen kalsium berupa pengurangan efek farmakologi amlodipine oleh suplemen kalsium hal ini dapat terlihat dari data klinis berupa tekanan darah pasien yang rata-rata tidak mencapai target terapi (hipertensi resisten) pasien PGK dengan kondisi hipertensi yaitu <140/90 mmHg

5.2 Saran

Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode prospektif agar dapat melihat secara langsung perkembangan terapi pasien dan monitoring efek samping obat. penelitian ini dapat dijadikan gambaran profil dan terapi yang diberikan kepada pasien PGK untuk selanjutnya dapat dijadikan sebagai referensi pada penelitian terkait interaksi obat pada pasien PGK.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed BS & Ramehs S. Sex hormones in women with kidney disease. 2016.

Nephrol Dial Transplant (2016) 31: 1787–1795

Ahmed BS. Menopause And Chronic Kidney Disease. Seminars Innephrology, 2017 Vol 37 No 4 July 2017 Pp 404–411

Arora P, Vasa P, Brenner D, et al. Prevalence Estimates of Chronic Kidney Disease in Canada: results of a nationally representative survey, CMAJ, 2013; 185(9):E417-23.

Baxter K. Stockley’s Drug Interactions. Eighth edition. London: Pharmaceutical Press.2010.

Bell K, Twings J, Ollin RB. Hypertension : The Silent Killer. Alabama Pharmacy Association. 2015.

Cavanaugh LK. Diabetes Management issue for Patients with Chronic Kidney Disease.Clinical Diabetes. 2007;25(3):90-97.

Cipolle JR, Strand ML, Morley CP. Pharmaceutical Care Practice: The patient Centered Approach to Medication Management Services. USA:

MCGraw Hill. 2012.

Dharma, PS. Penyakit Ginjal Deteksi Dini dan Pencegahan. Yogyakarta: CV Solusi Distribusi. 2014.

Dipiro TJ, Talbert LR, Yee CG. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach.

Edisi VII. USA : Mc-Graw Hills Companies. 2009.

Fina S et al., Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronik di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta.2011

Fraenkel RJ, Wallen EN, Hyun HH. How to evaluate Research in education eight edition.USA : Mc-Graw Hills Companies. 2011.

Goldberg I & Krause I. The Role Of Gender In Chronic Kidney Disease.

European Medical Journal.April 2016;1[2]:58-64.

Himmelfar BJ, Sayegh HM. Chronic Kidney Disease, Dialysis, and Transplantation. USA: Saunders Elservier. 2010.

Hidayat R, Amzi S, dan Pertiwi D. Hubungan Kejadian Anemia dengan Penyakit Ginjal Kronik pada Pasien yang Dirawat di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP dr M Djamil Padang Tahun 2010.. Jurnal Kesehatan Andalas.

2016; 5(3)

Hill NR, Fatoba ST, Oke JL, et al. Global Prevalence of Chronic Kidney Disease - A Systematic Review and Meta-Analysis. PLoS One. 2016;11(7):e0158765.

Published 2016 Jul 6.doi:10.1371/journal.pone.0158765

Indonesia renal Registry. 10th Annual Report of Indonesian Renal Registry. 2017.

Izatti W & Anissa F. Faktor-Faktor Yangberhubungan Dengan Kepatuhan Pasien Yang Menjalani Hemodialisis Di Ruang Hemodialisa Di Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015. 2016. Afiyah. Vol. 3, No. I, Bulan Januari, Tahun 2016.

Joel JJ, Mhustafa M, Shastry CS. A Study on Drug Related Problems and Pharmacist Intervention in patients Undergoing Haemodialysis in A Tertiary Care Hospital.International Research Journal.2013;3(5): 263 Junaidi I. Pedoman Praktis Obat Indonesia (O.I.). Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

2012.

Gormer B. Hypertension-Pharmacological Management. Hospital Pharmacist Vol.14. Brighton: Royal Sussex Country Hospital. 2007.

Kadri H. Hemoprotein dalam tubuh manusia. Jurnal kesehatan andalas.2012; 1(1):

22-30

Katzung B G, Master B.S, Trevor J.A BSIC & Clinical Pharmacology 12 th edition.Mc-grawn Hill.2012.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan nasional Riskesdas 2018.

Jakarta: Kemenkes RI. 2018.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Riskesdas 2013. Jakarta:

Kemenkes RI. 2013.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No.4 tahun 2018 tentang kewajiban Rumah Sakit dan kewajiban pasien. Jakarta: Kemenkes RI. 2018.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No.72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Kemenkes RI. 2016.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No.269 tahun 2008 tentang Rekam Medis. Jakarta: Kemenkes RI. 2008.

KDIGO. Clinical Practice guide for the evaluation and management of chronic kidney disease oficial journal of the international society of nephrology.

2013. Suplements 3 issue 1.

Lauster DC and Sirvastava BS. Fundamental Skills for Patient Care In Pharmacy Practice. USA:Jones and Barlett Learning. 2014.

Levey SA, Coresh J, et al.Clinical practice Guidelines for Chronic Kidney Disease : Evaluation, Classification adn Stratification. New York : National Kidney Foundation. 2002.

Levey SA, Stevens AL, Schmid HC, et al. A New Equation to estimate Glomerular Filtration Rate. USA : NIH Public Access. 2009;150(9):

604–612.

Maulidah S N. Studi Penggunaan Albumin pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) Penelitian di Instalasi Rawat Inap Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga 2015.

Macdougal IC, Walker R, Provenzano R, Alvaro F, Locay HR, Nader PC, et al.

Corrects anemia in patients with chronic kidney disease not on dialysis:

results of randomized clinical trial. Clin J Am Soc Nephrol. 2008;3:337-47.

Muttaqin, A & Sari K.. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan, Jakarta: Salemba Medika. (2011).

Olumuyiwa JF, Akinwumi AA, Ademola OA, Oluwole BA, Ibiene EO.

Prevalence and pattern of potential drug-drug interactions among chronic kidney disease patients in south-western Nigeria. Niger Postgrad Med J 2017;24:88-92

Olumuyiwa JF, Akhideno EP, Oluwatosin BIF, Ayodeji AI. The Burden of Polypharmacy and Pattern of Comorbidities among Chronic Kidney Disease Patients in Clinical Practice. Archives of Medicine and Health Sciences.

2018;6:40-47

Pasangka T I, Tjitrosantoso H, Lolo AW. Identifikasi Potensi Interaksi Obat Pada Pasien Gagal Ginjal Rawat Inap Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Pharmacon Jurnal Ilmiah farmasi UNSRAD. 2017;6(4).

Peterson C, Gustafsson M. Characterisation of Drug-Related Problems and Associated Factors at a Clinical Pharmacist Service-Naïve Hospital in Northern Sweden. Drugs Real World Outcomes. 2017;4(2):97–107.

doi:10.1007/s40801-017-0108-7

PCNE. PCNE Classification for Drug Related Problems. V5.01. revised 01-05-06 Pharmaceutical Care Network Europe Foundation. 2006.

Palamidas, Anastasios S., Gennimata, Sofia A., Karakontaki, F., Kaltsakas, G., Papantoniou, I., Koutsoukou, A., Emili,J.M., Vlahakos, D.V., Koulouris, N.G. 2014. Impact of Hemodyalisis on Dyspnea and Lung Function in End Stage Kidney Disease Patients. Biomed Research International vol.2014

Parshall, M.B., Schwwartzstein, R.M., Adams, Lewis., Banzett, R.B., Manning, H.L., Bourbeau, J., Calverley, P.M., Gift, A.G., Harver, Andrew., Lareau, S.C., Mahler, D.A.,Meek, P.M., O‟donnell, D.E. 2012. An Official American Thoracic Society Statement: Update on the Mechanism, Assesment, and Management of Dyspnea. Am J Respir Crit Care Made Vol.185 pp.432-452.

Projosudjadi W. Incidence, Prevalence, Treatment And Cost Of End-Stage Renal Disease In Indonesia.Ethnicity & Disease, Volume 16, Spring 2006.

Putra M,& Karani Y. Terapi Denervasi Ginjal pada Pasien Hipertensi Resisten Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 2)

Salerno RF et al., Why Is Your Patient Still Short of Breath? Understanding the Complex Pathophysiology of Dyspnea in Chronic Kidney Disease.

Seminars In Dialysis. 2016. Department of Medicine and Medical Biophysics, Schulich School of Medicine and Dentistry

Santika AI. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dan Umur Terhadap Daya Tahan Umum (Kardiovaskuler) Mahasiswa Putra Semester II Kelas A Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan IKIP PGRI Bali. 2015;(1):

42 – 47

Schmidt MI, Hubner S, Nadal J, et al., Patterns of medication use and the burden of polypharmacy in patients with chronic kidney disease: the German Chronic Kidney Disease study. Clinical Kidney Journal. 2019:1-10

Skorecky, K., Green, J., Brenner, B.M. Chronic Renal Failure. In: Kasper, et al.

Harrison’s Principle of Internal Medicines Vol II, 19 th Edition. New York: Mc Graw Hill Companies Inc. 2015.

Siregar CP., dan Lia A. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Cetakan 2015. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2015.

Sugiono. Metode penelitian administrasi cetakan ke 24 oktober 2017. Bandung:

Alfabeta. 2017.

Suhartono, Ahtiya U, Utami W. Analisis Hubungan Profesionalisme Apoteker dengan Praktek Asuhan Kefarmasian: Studi pada Kasus Terapi Diabetes di Apotek Wilayah Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Ilmiah Kefarmasian Indonesia.2015;(13):166-173

Tatro SD. Drug Interaction Facts. USA: Wolters Kluwer Health Inc. 2009.

Tierney ML. Current medical diagnosis and treatment. Ed 39th. Toronto: Hill companies; 2009.

Lampiran 1 Rekapitulasi data pasien Penyakit Ginajal Kronik RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes tahun 2018 No Nama L/P Umur Masuk Keluar LOS Jumlah

Obat

Jumlah Penyakit Penyerta

Keterangan Jumlah Kejadian Io

1 NY 01 P 63 23/3/18 28/3/18 5 11 6 Tanpa

keterangan

5

2 NY 05 P 69 26/11/18 30/11/18 4 7 1 Tanpa

keterangan

3

3 NY 09 P 46 15/10/18 19/10/18 4 9 4 Tanpa

keterangan

2

4 TN 13 L 55 1/8/18 7/8/18 6 5 3 Sembuh 1

5 TN 17 L 67 20/3/18 7/4/18 18 6 6 Tanpa

keterangan

2

6 TN 21 L 52 11/12/18 16/12/18 5 10 2 Sembuh 7

7 TN 25 L 56 28/7/18 1/8/18 4 5 8 Membaik 3

8 TN 29 L 61 3/3/18 10/3/18 7 7 2 Tanpa

keterangan

3

9 NY 33 P 48 16/5/18 25/5/18 9 5 1 Sembuh 2

10 NY 37 P 49 25/6/18 28/6/18 3 2 Tanpa

keterangan

Membaik 0

11 NY 41 P 48 2/11/18 5/11/18 5 8 2 Sembuh 1

12 NY 45 P 65 28/11/18 11/11/18 10 3 2 Membaik 0

13 TN 49 L 56 4/5/18 7/5/18 3 10 4 Membaik 7

14 NY 53 P 47 4/1/18 7/1/18 3 12 Tanpa

keterangan

Membaik 12

15 NY57 P 54 21/8/18 22/8/18 1 12 3 Membaik 8

16 NY61 P 69 3/11/18 6/11/18 3 8 7 Membaik 3

17 TN65 L 54 23/8/18 25/8/18 2 7 4 Membaik 5

18 TN 69 L 55 6/8/18 14/8/18 8 17 2 Membaik 25

19 TN 73 L 64 6/8/18 11/8/18 5 9 3 Membaik 20

20 TN 77 L 56 3/11/18 8/11/18 5 11 2 Sembuh 10

21 NY 81 P 54 8/4/18 13/4/18 5 6 2 Membaik 0

22 NY 85 P 49 9/8/18 11/8/18 2 7 2 Membaik 1

23 TN89 L 64 5/11/18 8/11/18 3 5 3 Meninggal 4

24 TN93 L 70 10/3/18 13/3/18 3 6 6 Membaik 0

25 NY97 P 54 17/8/18 21/8/18 4 15 3 Sembuh 5

26 TN101 L 48 25/4/18 27/4/18 2 4 6 Membaik 1

27 NY105 P 69 11/5/18 15/5/18 5 16 2 Membaik 3

28 NY109 P 46 7/8/18 9/8/18 2 3 3 Membaik 5

29 TN113 L 52 2/7/18 3/7/18 1 5 6 Membaik 7

30 TN117 L 48 4/6/18 9/6/18 5 3 2 Sembuh 0

31 TN131 L 47 28/2/18 1/3/18 4 5 2 Membaik 0

32 TN135 L 49 12/7/18 13/7/18 1 5 2 Membaik 0

33 TN139 L 52 21/8/18 22/8/18 1 5 2 Membaik 1

34 NY143 P 47 14/6/18 23/6/18 19 5 4 Tanpa

keterangan

3

35 NY147 P 54 26/4/18 29/4/18 3 3 2 Sembuh 4

36 TN151 L 55 23/11/18 26/11/18 3 7 3 Sembuh 2

37 NY155 L 53 24/8/18 28/8/18 4 12 6 Membaik 3

38 NY159 P 53 26/11/18 11/12/18 15 12 2 Tanpa

keterangan

3

39 NY163 P 54 29/10/18 7/11/18 9 9 1 Sembuh 9

40 NY167 P 53 30/11/18 30/12/18 30 7 5 Membaik 2

41 NY171 P 53 18/4/18 27/4/18 9 3 4 Tanpa keterangan

1

42 NY175 P 54 8/5/18 17/5/18 9 8 3 Tanpa

keterangan

3

43 NY179 P 54 22/5/18 1/2/18 9 5 3 Membaik 0

44 NY183 P 53 27/11/18 7/12/18 10 6 6 Tanpa

keterangan

6

45 NY187 P 56 23/3/18 28/3/18 5 8 6 Tanpa

keterangan

2

46 TN191 L 55 26/11/18 30/11/18 4 7 3 Membaik 2

47 NY195 P 50 15/10/18 21/10/18 6 8 2 Sembuh 2

48 NY199 P 68 1/8/18 5/8/18 4 8 6 Membaik 0

49 NY203 P 50 1/7/18 5/7/18 4 7 6 Membaik 2

50 TN207 L 49 3/5/18 14/5/18 11 7 4 Membaik 6

51 TN211 L 53 22/1/18 25/1/18 3 7 5 Membaik 5

52 NY215 P 54 5/3/18 10/3/18 5 5 5 Membaik 6

53 TN219 L 55 15/11/18 19/11/18 4 11 5 Membaik 10

54 TN223 L 54 25/8/18 2/9/18 7 7 3 Membaik 2

55 NY227 P 55 16/8/18 18/8/18 2 7 1 Membaik 1

56 NY231 P 69 28/7/18 1/9/18 3 5 3 Membaik 3

57 NY235 P 50 29/9/18 2/10/18 3 2 2 Membaik 0

58 TN239 L 57 9/6/18 21/6/18 12 8 2 Membaik 11

59 NY243 P 46 2/11/18 6/11/18 4 5 2 Membaik 13

60 TN247 L 52 2/4/18 6/4/18 4 3 3 Membaik 0

61 TN251 L 54 12/7/18 16/7/18 4 8 6 Membaik 8

62 NY255 P 47 20/3/18 25/3/18 5 12 4 Tanpa

keterangan

8

63 NY259 P 64 26/5/18 1/6/18 5 9 2 Membaik 1

64 NY263 P 54 8/1/18 13/1/18 5 7 2 Membaik 6

65 NY267 P 63 20/8/18 26/8/18 6 9 4 Sembuh 6

66 NY271 P 46 24/7/18 3/8/18 9 5 2 Membaik 7

67 TN275 L 51 1/2/18 20/2/18 20 11 3 Tanpa

keterangan

11

68 TN279 L 48 1/8/18 2/8/18 1 12 2 Tanpa

keterangan

4

69 NY283 P 63 7/5/18 8/5/18 5 5 1 Tanpa

keterangan

4

70 NY287 P 53 26/6/18 29/6/18 3 16 3 Tanpa

keterangan

12

71 NY291 P 57 13/4/18 17/4/18 4 3 Tanpa

keterangan

Tanpa keterangan

6

72 NY294 P 48 8/3/18 12/3/18 4 9 1 Tanpa

keterangan

10

73 TN297 L 77 10/9/18 17/9/18 7 7 4 Tanpa keterangan

12

74 TN301 L 50 8/1/18 11/1/18 3 3 1 Sembuh 4

75 NY305 P 53 16/9/19 19/9/18 4 7 1 Membaik 6

76 NY309 P 60 22/1/18 3/2/18 11 5 1 Tanpa

keterangan

1

77 NY313 P 46 27/2/18 8/3/18 8 5 2 Membaik 5

78 NY317 P 50 13/3/18 16/3/18 3 6 4 Membaik 0

79 TN321 L 50 16/4/18 18/4/18 2 8 1 Sembuh 9

80 TN325 L 59 18/8/18 19/8/18 1 9 4 Membaik 6

81 TN329 L 56 29/6/18 2/7/18 3 11 1 Tanpa

keterangan

5

82 TN333 L 75 3/2/28 7/2/28 4 7 3 Tanpa

keterangan

4

83 TN337 L 58 8/11/18 12/11/18 4 7 1 Sembuh 10

84 TN341 P 46 1/10/18 5/10/18 4 7 1 Membaik 6

Lampiran 2 Contoh Lembar Pengumpulan Data Pasien PGK RSUD Johannes Nama/Jenis kelamin : 313/P Umur/BB :46/-

Tanggal MRS :26/4/18 Tanggal KRS :3/5/18 Lama Rawat Inap : 8 Hari Keterangan KRS :

Diagnosis : CKD St V On HD +Hipertensi emergency + Anemia Renal Data Laboratorium

Data Lab 26/04 27/04 28/04 29/04 30/04 1/05 2/05 3/05

TD 190/100 200/110 160/90 150/100 160/100 140/90 150/90 160/100

BUN 94,0 3,1 59,0 42,0

Creatinin 19,47 12,84 12,54

Albumin 3,1 3,0

HB 5,7 9,7

J. eosinofil 2,24 3,87

Hematokrit 18,1 29,8

GDS 108

Na 137

K 4,9

Cl 108

Ca 1,050

Data Penggunaan Obat Tanggal mulai

terapi

Nama obat Dosis Rute

pemberian 26/4/18 -Inj omeprazole

-Amlodipine

27/4/18 - Injomeprazole -Amlodipine

28/4/18 - Injomeprazole -Amlodipine

29/4/18 - Injomeprazole -Amlodipine

30/4/18 - Injomeprazole -Amlodipine

2x80 mg 1x10 mg

IV PO

-Micardis

1/5/18 - Injomeprazole -Amlodipine

2/5/18 Injomeprazole -Amlodipine

3/5/18 Injomeprazole -Amlodipine

Lampiran 3. Distribusi Interaksi Obat Cardiovakuler Dan Antihipertensi

Pasangan Obat Jumlah Pasien Keparahan Efek Interaksi Anti Hipertensi Kerja

Sentral (Clonidine) +

Beta Blocker (Bisoprolol)

4 Mayor Efek Penurunan Tekanan Darah

Secara Sinergis Sehingga Menyebabkan Detak Jantung Lambat, Sakit Kepala, Pusing Dan Pingsan

CCB (Amlodipine) +

Beta Blocker (Bisoprolol)

5 Sedang/Moderate Efek Penurunan Tekanan Darah Secara Sinergis Sehingga Menyebabkan Detak Jantung Lambat, Penurunan Tekanan Darah, Pusing , Pingsan Serta Perubahan Denyut Nadi

ACEI (Captopril, Lisinopril)

+

CCB (Amlodipine, Diltiazem)

37 Minor Efek Dan Mekanisme Tidak

Diketahui

CCB (Amlodipine) +

Statin (Simvastatin)

6 Mayor Amlodipine Meningkatkan Kadar Simvastatin Dalam Darah Sehingga Meningkatkan Efek Samping Berupa Kerusakan Hati Dan Rhabdomiolisis

24 Sedang/Moderate Efek Aditif Dalam Penurunan Tekanan Darah

Vasodilator (ISDN) +

ACEI (Captopril, Lisinopril)

16 Sedang/Moderate Efek Penurunan Tekanan Darah Dan Perlambatan Detak Jantung, Sakit Kepala Yang Berdenyut-Denyut, Sulit Atau Lambat Bernapas, Pusing, Pingsan, Dan Detak Jantung Tidak Teratur.

Nitroglyserin +

CCB (Amlodipine)

2 Sedang/Moderate Efek Penurunan Tekanan Darah, Sakit Kepala Yang Berdenyut-Denyut, Sulit Atau Lambat Bernapas, Pingsan, Dan Detak Jantung Tidak Teratur

Nitroglyserin + ACEI (Captopril,

Lisinopril)

1 Sedang/Moderate Efek Penurunan Tekanan Darah, Sakit Kepala Yang Berdenyut-Denyut, Sulit Atau Lambat Bernapas, Pingsan, Dan Detak

Jantung Tidak Teratur Antagonis Aldosteron

(Spironolactone) + ACEI (Ramipril)

1 Mayor Menggunakan Ramipril Bersama

Dengan Spironolactone Dapat Meningkatkan Kadar Kalium Dalam Darah Anda (Hiperkalemia), Terutama Jika Anda Mengalami Dehidrasi Atau Memiliki Penyakit Ginjal, Diabetes, Gagal Jantung, Atau Jika Anda Seorang Lansia.

Hiperkalemia Dapat Menyebabkan Gejala Seperti

Lemah, Bingung, Mati Rasa Atau Kesemutan, Dan Detak Jantung Tidak Teratur

Inotropik + (Digoksin)

+ ACEI (Ramipril)

1 Sedang/Moderate Ramipril Dapat Meningkatkan Kadar Dan Efek Digoxin Dalam Darah Sehingga Menimbulkan Efek Mual, Muntah, Diare, Kehilangan Nafsu Makan, Gangguan Penglihatan (Penglihatan Kabur; Lingkaran

Cahaya Di Sekitar Objek;

Penglihatan Hijau Atau Kuning), Atau Detak Jantung Yang Cepat Atau Lambat Atau Tidak Teratur Inotropik +

(Digoksin) +

Antagonis Aldosteron (Spironolactone)

1 Minor Efek Dan Mekanisme Tidak

Diketahui

Diuretik Thiazide (HCT)

+

CCB (Amlodipine)

3 Minor Efek Dan Mekanisme Tidak

Diketahui

ARB (Candesartan) +

ACEI (Lisinopril)

1 Mayor Menggunakan Lisinopril

Bersamaan Dengan Candesartan Dapat Meningkatkan Risiko Efek Samping Seperti Tekanan Darah Rendah, Gangguan Fungsi Ginjal, Dan Kondisi Yang Disebut Hiperkalemia (Kalium Darah Tinggi). Pada Kasus Yang Parah,

Hiperkalemia Dapat Menyebabkan Gagal Ginjal,

Kelumpuhan Otot, Irama Jantung Yang Tidak Teratur, Dan Henti Jantung

CCB (Amlodipine) +

CCB (Diltazem)

1 Sedang/Moderate Efek Aditif Dalam Penurunan Tekanan Darah

Diuretik Loop (Furosemide)

+ Diuretik Thiazide

(HCT)

2 Sedang/Moderate Kombinasi Ini Dapat Menurunkan Kadar Mineral Tertentu Dalam Tubuh Anda Seperti Kalium, Magnesium, Dan Natrium. Anda Harus Menghubungi Dokter Anda Jika Anda Memiliki Gejala Seperti Pusing, Mulut Kering, Haus, Perasaan Lelah, Kram Otot, Detak Jantung Yang Cepat, Buang Air Kecil Yang Kurang Dari Biasanya, Atau Perasaan Seperti Mau Pingsan. Tekanan Darah Dan Fungsi Ginjal Harus Dimonitor Secara Teratur.

Lampiran 4. Distribusi Interaksi Obat Cardiovakuler Dengan suplemen

Pasangan Obat Jumlah Pasien Keparahan Efek Interaksi Beta Blocker

(Bisoprolol) +

Calcium (Calcium Acetate)

4 Sedang/Moderate Calcium Acetate Mengurangi Efek Bisoprolol

CCB (Amlodipine, Diltiazem)

+ Calcium (Callos, Lenal Ace, Calcium

Gluconas, Caco3)

56 Sedang/Moderate Menggunakan Amlodipine

Bersama Dengan Callos, Lenal Ace, Calcium Gluconas, Dan Caco3 Dapat Mengurangi Efek Amlodipine

ACEI (Captopril, Lisinopril, Ramipril)

+ Calcium (Callos, Lenal Ace, Calcium

Gluconas, Caco3)

9 Minor Efek Dan Mekanisme Tidak

Diketahui

Diuretik Thiazide (HCT)

+ Calcium Acetate

2 Sedang/Moderate Menggunakan HCT Bersama Dengan Calcium Acetate Dapat Meningkatkan Kadar Kalsium Di Dalam Darah Sehinga Menimbulkan Efek Pusing, Kantuk, Lemah, Lesu, Sakit Kepala, Mual, Muntah, Dan Kejang.

Inotropik + (Digoksin)

+ Calcium Carbonate

1 Minor Efek Dan Mekanisme Tidak

Diketahui

Lampiran 5. Interaksi Obat Cardiovakuler Dengan Obat Saluran Cerna

Pasangan Obat Jumlah Pasien Keparahan Efek Interaksi Diuretik Loop

24 Sedang/Moderate Penggunaan PPI Bersama Furosemide Meningkatkan Hipomagnesemia (Kadar Magnesium Darah Yang

Rendah) Sehingga Menimbulkan Efek Irama

Jantung Yang Tidak Teratur, Palpitasi, Kejang Otot, Tremor, Dan Kejang. Pada Anak-Anak, Irama Jantung Yang Tidak Normal Dapat Menyebabkan Kelelahan, Sakit Perut Dan Pusing.

6 Sedang/Moderate PPI Dapat Meningkatkan Kadar Dan Efek Simvastatin Dalam Darah. Yang Akan Menyebabkan Risiko Efek Samping Seperti Kerusakan Hati Dan Kondisi Langka Namun Serius Yang Disebut Rhabdomyolysis Yang Melibatkan Kerusakan Jaringan

Otot Rangka. Dalam Beberapa Kasus, Rhabdomyolysis Dapat Menyebabkan Kerusakan Ginjal Dan Bahkan Kematian.

Nitroglyserin

1 Minor Efek Dan Mekanisme Tidak

Diketahui

13 Minor Efek Dan Mekanisme Tidak

Diketahui

Anti Hipertensi Kerja Sentral (Clonidine)

+

Antagonis Dopamin (Metoclopramide)

4 Minor Efek Dan Mekanisme Tidak

Diketahui

ACEI (Captopril, Lisinopril, Ramipril)

+ Antasida

2 Minor Efek Dan Mekanisme Tidak

Diketahui

Lampiran 6 Hasil Analisis Interaksi Obat dengan Drugs.com

Lampiran 6 Hasil Analisis Interaksi Obat dengan Drugs.com