• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI

2. Analisis Putusan Pengadilan Negeri Siak Nomor 05/Pid.Sus

2014/ PN. Siak. Berkaitan Dengan Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Anak Sebagai Orang Yang Membantu Melakukan Pembunuhan Berencana

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura Nomor 05/Pid. Sus.

Anak/2014/PN. Siak menjatuhkan hukuman pidana penjara kepada terdakwa selama 10 (sepuluh) tahun berdasarkan dakwaan alternatif Jaksa Penuntut Umum. Pasal yang diterapkan oleh hakim dalam mengambil keputusan adalah dakwaan alternatif kedua yaitu ketentuan Pasal 340 junto Pasal 56 ke-1 KUHP junto Pasal 1 ke-3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, terkait pembantuan pembunuhan berencana yang dilakukan oleh anak.

Untuk menganalisis Putusan Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura Nomor 05/Pid. Sus. Anak/2014/PN. Siak yang berkaitan dengan pertanggungjawaban pidana anak sebagai terdakwa, maka harus di lihat dari terpenuhi atau tidaknya unsur-unsur dari pasal yang didakwakan oleh penuntut umum kepada terdakwa, apabila perbuatan pidana yang dilakukan oleh terdakwa telah mencocoki unsur-unsur pasal yang didakwakan terhadap terdakwa maka terdakwa patut dimintai pertanggungjawaban, tetapi apabila unsur-unsur yang dimaksud tidak dapat dibuktikan, maka terdakwa harus dibebaskan.

Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana merumuskan “Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun”. Artinya untuk dapat dipersalahkan maka terdakwa harus mempunyai keterlibatan dengan pelaku lain dalam merencanakan suatu pembunuhan, dan di dalam perencanaan itu harus ada jangka waktu untuk berpikir dengan tenang merencakan pembunuhan itu.

Unsur –unsur Pasal 340 sebagaimana dimaksud dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Unsur subjektif a. Dengan sengaja

b. Direncanakan terlbih dahulu 2. Unsur objektif

a. Menghilangkan b. Nyawa

c. Orang lain

Fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan membuktikan bahwa terdakwa yang sedang tidur dirumahnya dijemput oleh saksi Supiyan dengan alasan untuk pergi memancing dan saksi Supiyan meminta terdakwa membawa sebilah

parang yang akan dipergunakan untuk mencari cacing (umpan memancing) dikutip sebagai berikut “Bahwa benar saksi Supiyan mengajak terdakwa untuk memancing dan meminta agar terdakwa membawa parang karena akan digunakan untuk mencari cacing”. Fakta-fakta tersebut di atas membuktikan bahwa tidak adanya keterlibatan terdakwa dalam merencanakan suatu pembunuhan, melainkan yang terdakwa ketahui bahwa terdakwa diajak oleh saksi Supiyan adalah untuk pergi memancing.

Terdakwa sebenarnya tidak mengetahui bahwa saksi Muhammad Delfi dan saksi Supiyan telah merencanakan pembunuhan, hal ini dapat dibuktikan di dalam fakta-fakta hukum yang dikutip sebagai berikut “ Bahwa benar terdakwa tidak pernah mengetahui rencana dari saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi untuk mencari anak laki-laki dan membunuhnya”.176 Oleh karena terdakwa tidak mengetahui maksud dan tujuan dari saksi Muhammad Delfi dan saksi Supiyan, maka unsur-unsur perbuatan terdakwa merencanakan suatu pembunuhan dalam Pasal 340 KUHP menurut penulis tidak terbukti.

Penuntut Umum menggunakan ketentuan Pasal 55 ayat (1) KUHP di dalam dakwaan kesatu yang rumusannya sebagai berikut “Dipidana sebagai pembuat tindak pidana mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan”. Artinya, untuk melihat keterlibatan terdakwa harus dilihat keterkaitan hubungannya dengan pelaku yang lain.

176 Lihat Fakta-Fakta Hukum Dalam Putusan Pengadilan Negeri Siak Nomor 05/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Siak. hlm. 27.

Penyertaan (deelneming) adalah pengertian yang meliputi semua bentuk turut serta/terlibatnya orang atau orang-orang baik secara psikis maupun fisik dengan melakukan masing-masing perbuatan sehingga melahirkan suatu tindak pidana.

Orang-orang yang terlibat dalam kerja sama yang mewujudkan tindak pidana, perbuatan masing-masing mereka berbeda satu dengan yang lain, demikian juga bisa tidak sama apa yang ada dalam sikap batin mereka terhadap tindak pidana maupun terhadap peserta yang lain.177

Perbuatan seseorang dianggap terlibat bersama peserta lainnya dalam mewujudkan tindak pidana disyaratkan sebagai berikut :

1. Dari sudut subjektif ada dua syaratnya ialah :

a. Adanya hubungan batin (kesengajaan) dengan tindak pidana yang hendak diwujudkan, artinya kesengajaan dalam berbuat diarahkan pada terwujudnya tindak pidana. Disini, sedikit atau banyak ada kepentingan untuk terwujudnya tindak pidana ;

b. Adanya hubungan batin (kesengajaan, seperti mengetahui) antara dirinya dengan peserta lainnya, dan bahkan dengan apa yang diperbuat oleh peserta lainnya ;

2. Dari sudut objektif ialah bahwa perbuatan orang itu ada hubungan dengan terwujudnya tindak pidana, atau dengan kata lain wujud perbuatan itu secara

177 Adami Cazawi, Pelajaran Hukum Pidana, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2016), hlm.

73.

objektif ada perannya/pengaruh positif baik besar atau kecil, terhadap terwujudnya tindak pidana.178

Fakta-fakta yang terungkap di persidangan membuktikan bahwa terdakwa tidak mempunyai hubungan batin (kesengajaan) dengan saksi Muhammad Delfi dan saksi Supiyan dalam hal mewujudkan suatu tindak pidana pembunuhan yang sebelumnya direncanakan oleh saksi Muhammad Delfi dan saksi Supiyan, bahkan sampai pada terwujudnya tindak pidana yang direncanakan oleh saksi Muhammad Delfi dan Saksi Supiyan (maeninggalnya korban) ternyata tidak ada keturutsertaan terdakwa, oleh karena itu Pasal 55 ayat (1) tidak menurut penulis tidak terbukti.

Pasal 56 ke-1 KUHP sebagaimana di dalam dakwaan kedua Penuntut Umum merumuskan sebagai berikut “ Dipidana sebagai pembantu kejahatan mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan “. Artinya terdakwa dapat dikatakan dengan sengaja memberi bantuan pada waktu tindak pidana dilakukan harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi bilamana seseorang dapat dianggap dengan sengaja memberi bantuan atau pertolongan pada waktu tindak pidana dilakukan sebagai berikut :

a. Seseorang itu harus diliputi unsur kesengajaan (obzet), yaitu sengaja untuk memberi bantuan adanya tindak pidana.

178 Ibid.

b. Bantuan yang diberikan itu harus dilakukan pada waktu tindak pidana dilakukan oleh orang lain.

c. Bentuk bantuan yang diberikan dapat berupa apapun, baik bantuan yang bersifat materiil maupun idiil.179

Membantu melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ke-1 KUHP mensyaratkan bahwa bantuan itu berupa bantuan dalam bentuk apapun yang dilakukan pada saat kejahatan dilakukan, sedangkan bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ke-2 KUHP mensyaratkan bahwa bantuan itu dilakukan pada saat sebelum kejahatan dilakukan, dan bentuk dari bantuan yang dimaksud berupa bantuan memberi kesempatan, sarana, dan keterangan.

Fakta yang terungkap di persidangan membuktikan bahwa terdakwa berada di tempat kejadian setelah korban yang bernama Femasili Maideva meninggal dunia karena dibunuh oleh saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi, artinya bahwa terdakwa tidak terbukti memberikan bantuan pada saat kejahatan dilakukan (membantu membunuh korban). Oleh sebab itu perbuatan terdakwa tidak memenuhi unsur Pasal 56 ke-1 KUHP sebagaimana dimaksud dalam dakwaan kedua penuntut umum.

Terdakwa yang membantu membuka kantong plastik atas permintaan saksi Muhammad Delfi agar saksi Muhammad Delfi dapat memasukkan daging korban

179 Roni Wiyanto, Op.Cit., hlm. 272.

yang sudah dipotong-potong adalah perbuatan yang dilakukan terdakwa dalam keadaan terpaksa dan tertekan, hal ini dapat dibuktikan berdasarkan fakta-fakta persidangan yaitu keterangan saksi Supiyan yang dikutip sebagai berikut “Bahwa setiba di hutan ekaliptus terdakwa melihat korban sudah meninggal lalu terdakwa berkata kepada saksi “tega kalian”. Kemudian saksi mengancam “kau mau seperti ini”, lalu menggunakan pisau cutter saksi kembali daging tubuh korban bagian paha, betis kiri dan tangan tangan, kemudian saksi Muhammad Delfi meminta terdakwa membuka plastik dan membukanya lalu saksi Muhammad Delfi memasukkan daging korban ke dalam plastik dan terdakwa mengikat 1 (satu) kantong plastik”.180

Terdakwa juga menerangkan di persidangan bahwa terdakwa diancam oleh saksi Supiyan sehingga terdakwa dalam keadaan perasaan takut dan terpaksa membuka plastik, sehingga saksi Muhammad Delfi dapat memasukkan potongan daging korban ke dalam plastik tersebut. Keterangan terdakwa sebagaimana dimaksud dikutip sebagai berikut “Bahwa kemudian terdakwa melihat saksi Supiyan dengan menggunakan pisau cutter memotong daging Femasili Maideva bagian paha sebelah kanan, sebelah kiri, betis kanan, betis kiri dan tangan kanan, lalu saksi Supiyan berkata kepada terdakwa “kau mau kaya gini?”.181

Pasal 48 KUHP menyatakan bahwa “Barangsiapa melakukan perbuatan pidana karena daya paksa tidak dipidana”. Artinya bahwa perbuatan terdakwa dalam

180Lihat Keterangan saksi Dalam Putusan Pengadilan Negeri Siak Nomor 05/Pid.Sus.

Anak/2014/PN. Siak. Hlm. 22.

181 Lihat Keterangan Terdakwa Dalam Putusan Pengadilan Negeri Siak Nomor 05/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Siak. hlm 25.

keadaan tertekan tidak dapat dimintai pertanggungjwaban pidana. Keterangan saksi Supiyan dan keterangan terdakwa yang saling bersesuaian yang kebenarannya tidak dapat diragukan lagi menyatakan bahwa keadaan terdakwa sebagai anak dibawah umur pada saat terjadinya peristiwa pidana dalam keadaan terpaksa dan diliputi oleh perasaan takut serta keadaan batin yang sangat terguncang, sehingga tidak ada pilihan lain selain melakukan perbuatan tersebut.

Putusan Pengadilan Negeri Siak Nomor 05/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Siak berdasarkan analisis di atas ternyata terdakwa tidak dapat dimintai pertanggungjawaban pidana, karena jika dilihat perbuatan terdakwa tidak memenuhi unsur-unsur tindak pidana sebagaimana yang dirumuskan dalam rumusan pasal-pasal dakwaan alternatif Penuntut Umum baik dalam dakwaan pertama ataupun dalam dakwaan kedua.

Hakim Pengadilan Negeri Siak juga telah mengesampingkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan yaitu keterangan saksi dan keterangan terdakwa yang memiliki persesuaian yang tidak diragukan lagi kebenarannya dan dikenal sebagai alat bukti yang sah di dalam KUHAP. Sehingga dapat dikatakan bahwa penjatuhan pidana penjara tehadap terdakwa oleh hakim merupakan suatu kesalahan dalam menelaah dan menerapkan hukum.

B. Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru Nomor 01/Pid.Sus/Anak/2014/PT.PBR