• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Putusan Pengadilan Negeri Siak Nomor 05/Pid. Sus. Anak/ 2014/

BAB IV: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI

C. Perbandingan Putusan Pengadilan Negeri Siak Nomor 05/Pid. Sus. Anak/ 2014/

2014/ PN. Siak Dengan Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru Nomor 01/

Pid. Sus/ Anak/ PT. PBR.

Putusan Pengadilan Negeri Siak Nomor 05/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Siak menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan pembantuan pembunuhan berencana sebagaimana di dalam dakwaan alternatif kedua Jaksa Penuntut Umum, dan menjatuhkan pidana penjara kepada terdakwa selama 10 (sepuluh) tahun.

Hakim Pengadilan Negeri Siak berpendapat bahwa perbuatan terdakwa yang tidak melaporkan suatu peristiwa pidana yang dilihatnya kepada pihak yang berwajib merupakan suatu bentuk persekongkolan dengan saksi Muhammad Delfi dan saksi Supiyan, oleh karena itu hakim berpendapat bahwa perbuatan tidak melaporkan suatu peristiwa pidana itu merupakan unsur dari pembantuan pada saat kejahatan itu dilakukan.

Hakim Pengadilan Negeri Siak telah mengabaikan fakta yang terungkap di persidangan bahwa terdakwa berada di tempat kejadian setelah korban meninggal dunia, dan terdakwa tidak terbukti melakukan bantuan pada saat kejahatan dilakukan (membunuh korban). Oleh sebab itu perbuatan terdakwa tidak memenuhi unsur Pasal 56 ke-1 sebagaimana dimaksud dalam dakwaan kedua penuntut umum.

Hakim juga tidak mempertimbangkan bahwa terdakwa dalam membantu saksi Muhammad Delfi dan saksi Supiyan (pelaku pembunuhan berencana) membuka kantong plastik berada dibawah ancaman, dan pada saat itu terdakwa dipaksa sehingga terdakwa berada dalam keadaan tertekan. Suatu perbuatan sekalipun telah memenuhi rumusan pidana tidak dapat dipidana oleh karena perbuatan itu dilakukan karena daya paksa.

Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan Negeri Siak kepada terdakwa secara nyata merupakan suatu kekeliruan dalam menafsirkan dan menerapkan hukum, yaitu dengan tidak menempatkan unsur-unsur pasal yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum kepada terdakwa sesuai dengan apa yang dirumuskan oleh rumusan pasal yang terkait, sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum yang berakibat terdakwa dipidana meskipun menurut ketentuan undang-undang perbuatan terdakwa tidak dapat dipersalahkan/dipidana.

Putusan Pengadilan Negeri Siak ini tentunya telah menyimpang dari apa yang dimaksud dalam teori tujuan hukum, bahwa hukum bertujuan untuk kepastian,

keadilan, dan kemanfaatan. Hakim dalam membuktikan suatu perbuatan pidana yang diduga dilakukan oleh terdakwa hanya berdasar keyakinan melulu tanpa mempertimbangkan alat-alat bukti yang dihadirkan di persidangan, sehingga hukum tidak diterapkan dengan pasti yang mengakibatkan putusan tersebut tidak adil bagi terdakwa.

Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru Nomor 01/Pid.Sus/Anak/2014/PT.PBR bertolak belakang dengan Putusan Hakim Pengadilan Negeri Siak, Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru menyatakan terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana baik dalam dakwaan pertama dan dakwaan kedua Jaksa Penuntut Umum, oleh karena itu terdakwa dibebaskan dan dipulihkan hak-hak dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya.

Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru di dalam membuktikan perbuatan terdakwa berpendapat bahwa tidak terdapat unsur kesengajaan dalam diri terdakwa untuk mengilangkan nyawa orang lain, serta tidak ada keterlibatan terdakwa dalam merencanakan perbuatan menghilangkan nyawa orang lain. Mengenai hal terdakwa tidak melaporkan peristiwa pidana kepada pihak yang berwajib, menurut hakim bukanlah suatu bentuk pembantuan menghilangkan nyawa orang lain.

Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru telah mencerminkan prinsip keadilan dengan membuktikan unsur-unsur pasal di dalam dakwaan alternatif Jaksa Penuntut Umum terhadap perbuatan terdakwa secara arif

dan bijaksana. Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru menilai bahwa perbuatan terdakwa tidak memenuhi unsur-unsur pasal yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum kepada terdakwa, melainkan menurut Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru bahwa Hakim Pengadilan Negeri Siak telah salah menerapkan hukum bahkan tidak mempertimbangkan ketentuan Pasal 48 KUHP yang menyatakan bahwa suatu perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana.

Perbuatan tidak melaporkan suatu peristiwa pidana memang merupakan suatu tindak pidana yang diatur di dalam Pasal 165 KUHP, oleh karena itu perbuatan tidak melaporkan suatu peristiwa pidana bukan merupakan bagian dari unsur Pasal 56 ke-1 KUHP sebagaimana dimaksud dalam dakwaan alternatif kedua Penuntut Umum.

Perbuatan terdakwa tidak melaporkan suatu peristiwa pidana yang dilihatnya tidak serta merta dapat dipidana, mengingat terdakwa merupakan anak dibawah umur yang berkonflik dengan hukum tentu saja keadaan mentalnya tidak sama dengan orang dewasa.

Prinsip kepentingan terbaik bagi anak menegaskan bahwa apa yang menurut orang dewasa baik belum tentu baik untuk anak, oleh karena itu pidana yang dijatuhkan terhadap terdakwa sebagai anak di bawah umur akibat terdakwa tidak melaporkan suatu peristiwa pidana yang dilihatnya bukan merupakan prinsip kepentingan terbaik bagi anak mengingat bahwa pemidanaan merupakan suatu upaya terakhir. Pidana yang dijatuhkan terhadap terdakwa belum tentu menjadikan anak

hidup lebih baik, tetapi justru merampas kemerdekaan anak dan menghambat perkembangan anak.

Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru telah memenuhi teori due process of law di dalam sistem peradilan pidana, yang benar-benar menjamin, melindungi dan menegakkan hak asasi manusia. Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru telah bekerja sesuai dengan gagasan-gagasan atau sifat yang ada di dalam aturan hukum. Jika menurut hukum perbuatan terdakwa telah terbukti maka hakim menjatuhkan putusan, dan jika perbuatan terdakwa tidak terbukti memenuhi unsur pasal dakwaan penuntut umum maka hakim membebaskan terdakwa, dengan demikian tidak ada hak-hak orang yang dikorbankan akibat ketidakkonsistenan hakim dalam menerapkan hukum.

Terdakwa yang merupakan anak dibawah umur yang berkonflik dengan hukum tidak diposisikan sejajar dengan orang-orang dewasa yang melakukan perbuatan pidana. Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru tetap memperhatikan kepentingan terbaik bagi terdakwa sebagai anak dibawah umur yang berkonflik dengan hukum. Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru telah secara korektif menilai dan mempertimbangkan Putusan Hakim Pengadilan Negeri Siak untuk menghindari kekeliruan yang dapat merugikan anak, yang tentunya akan berdampak terhadap masa depan anak.

Putusan Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru telah mewujudkan tujuan hukum, yaitu tercapainya keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Hukum bersifat adil

ketika Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru merumuskan ketentuan undang-undang dengan pasti, yaitu dengan membuktikan bahwa apakah perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur pasal di dalam dakwaan Penuntut Umum atau tidak, dan Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru dengan tegas menyatakan bahwa Putusan Hakim Pengadilan Negeri Siak telah salah menerapkan hukum.

Aturan hukum yang penerapannya keliru tentu akan menjadikan suatu aturan hukum itu menjadi bias, suatu peraturan hukum yang tidak diterapkan secara pasti akan menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lain, dan akibatnya hukum tidak memberikan manfaat bagi terdakwa dan masyarakat.

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan dan penelitian terhadap permasalahan yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini, maka sampailah pada suatu kesimpulan dari pembahasan dan penelitian yang dilakukan, akan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut ;

1. Pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai orang yang membantu tindak pidana pembunuhan berencana dapat dilihat dari terbukti atau tidaknya unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa, dalam kasus ini ancaman hukuman terhadap tindak pidana pembunuhan berencana sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 340 KUHP adalah pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun. Pertanggungjawaban pidana terhadap orang yang membantu melakukan tindak pidana menurut Pasal 57 ayat (1) KUHP dikurangi sepertiga dari maksimum pidana pokok terhadap kejahatan. Perampasan kemerdekaan atau pidana penjara terhadap anak yang berkonflik dengan hukum hanya dapat dilakukan terhadap tindak pidana yang ancaman hukumannya tujuh tahun atau lebih. Menurut ketentuan Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak bahwa pidana penjara dapat dijatuhkan kepada anak paling lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa, dan ayat (6) menyatakan bahwa jika tindak pidana yang dilakukan anak merupakan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, pidana yang dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun.

2. Perlindungan hukum terhadap anak pelaku tindak pidana dan terhadap anak yang dinyatakan tidak terbukti bersalah di pengadilan diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan KUHAP. Ketika anak berkonflik dengan hukum yang disebut juga sebagai pelaku tindak pidana, hak-hak anak dilindungi pada tahap anak menjalani proses penyidikan, proses penuntutan, proses persidangan dan saat anak di lembaga pemasyarakatan, meskipun masih terdapat kekurangan-kekurangan di dalam mekanisme pelaksanaan undang-undang yang dimaksud. Dan Perlindungan hukum terhadap anak yang dinyatakan tidak bersalah di pengadilan dapat dilihat dengan adanya pengaturan tentang ganti kerugian dan rehabilitasi di dalam KUHAP.

3. Pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai orang yang membantu melakukan tindak pidana pembunuhan berencana dalam Putusan Nomor 5/

Pid. Sus. Anak/ 2014/ PN. Siak dan Putusan Nomor 01/ Pid. Sus / Anak/

2014/ PT. PBR memiliki perbedaan yang bertolak belakang. Hakim Pengadilan Negeri Siak menyatakan bahwa terdakwa terbukti secara sah dan

meyakinkan melakukan pembantuan pembunuhan berencana dan menjatuhkan pidana penjara terhadap anak sebagai terdakwa selama 10 (sepuluh) tahun, sedangkan Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru mengatakan bahwa terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh penuntut umum dalam dakwaan alternatif, dan membebaskan terdakwa.

B. Saran

1. Saran bagi penyidik, penuntut umum, dan hakim yang menangani perkara anak yang berkonflik dengan hukum agar tetap mengupayakan kepentingan terbaik bagi anak, menjadikan perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir.

2. Saran bagi pemerintah untuk menjamin setiap hak-hak anak serta meminimalisir hambatan yang mungkin terjadi dalam pemenuhan hak-hak anak, baik ketika dalam keadaan berkonflik dengan hukum, menjalani sanksi atau hukuman, maupun saat setelah menjalani sanksi atau hukuman, atau ketika dinyatakan tidak terbukti bersalah di pengadilan.

3. Saran bagi hakim dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara anak agar tidak mengabaikan fakta-fakta persidangan, dan di dalam menerapkan hukum harus berlandaskan suatu kebenaran fakta yang terungkap sesuai dengan ketentuan yang dirumuskan oleh undang-undang, sehingga putusan yang dijatuhkan oleh hakim merupakan putusan yang adil.

(Judicialprudence), Jakarta: Kencana Prenada Group, 2009.

Asyhadie, H. Zaeni dan Rahman Arief, Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2016.

Atmasasmita, Romli, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Azis, Aminah, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Medan : USU Press, 1998.

Ali, Mahrus, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta : Sinar Grafika, 2012.

Anwar, Mochhamad, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), Bandung : Alumni, 1986.

Ariman, HM Rasyid dan Raghib, Fahmi, Hukum Pidana, Malang : Setara Press, 2016.

Cazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana, Jakarta : Raja Grafindo, 2016.

Cazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2010.

Djamil, M. Nasir, Anak Bukan Untuk Dihukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2015.

Ekaputra, Mohammad dan Khair, Abul, Percobaan Dan Penyertaan, Medan : USU Press, 2009.

Gultom, Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, Bandung : Refika Aditama, 2010.

Gunadi, Ismu dan Efendi, Jonaedi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana, Jakarta : Kencana, 2014.

Gosita, Arif, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta : Akademi Persindo, 1989.

Haryanto, M, Tuntutan Bebas Dalam Perkara Pidana, Yogyakarta : Genta Publishing, 2017.

HS, Salim dan Nurbani, Erlies Septiana, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

HS, Salim dan Nurbani, Erlies Septiana, Buku Kedua, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014.

Harahap, M. Yahya, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan Penuntutan, Edisi Kedua, Jakarta : Sinar Grafika, 2006.

Harahap, M. Yahya, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHP Dalam Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika, 2002.

Huda, Chairul, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006.

Hamzah, Andi, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : Rineka Cipta, 1994.

Hamzah, Andi, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1987.

Joni, Muhammad dan Tanamas, Zilchaina Z, Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam Perspektif Konvensi Hak Anak, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999.

Kuffal, HMA, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, Malang : UMM Press, 2008.

Kansil, C.S.T dan Kansil, Christine S.T, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Jakarta : Pradnya Paramita, 2004.

Lamintang dan Theo, Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, Jakarta: Sinar Grafika, 2012

Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997.

Manullang, Herlina, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, Medan: UHN Press, 2010.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2005.

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : Rineka Cipta, 2009.

Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2002.

Marpaung, Leden, Tindak Pidana Terhadap Nyawa Dan Tubuh, Jakarta : Sinar Grafika, 2000.

Muhammad Rusli, Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 2011.

Nainggolan, Ojak, Pengantar Ilmu Hukum, Medan: UHN Press, 2005.

Prinst, Darwan, Hukum Anak Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997.

Pawennei, Mulyati dan Tomalili, Rahmanuddin, Hukum Pidana, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015.

Prodjodikoro, Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Bandung : Refika Aditama, 2003.

Prasetyo, Ridwan Eko, Hukum Acara Pidana, Bandung ; Pustaka Setia, 2015.

Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana, Edisi Revisi, Depok : Raja Grafindo Persada, 2017.

Poernomo, Bambang, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1992.

Prodjohamidjojo, Martiman, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Jakarta:

Pradnya Paramita, 1994.

Raharjo Satjipto, Teori Hukum, Yogyakarta: Genta Publishing, 2013.

Raharjo Satjipto, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000.

Sofyan, Andi dan Asis, Abdul, Hukum Acara Pidana, Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.

Supeno, Hadi, Kriminalisasi Anak Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak Tanpa Pemidanaan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Simatupang, Nursariani dan Faisal, Hukum Perlindungan Anak, Medan : Pustaka Prima, 2018.

Soesilo, R, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bogor : Politea, 1998.

Schaffmeister, dkk, Hukum Pidana, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2011.

Soemitro, Irma Setyowati, Aspek Hukum Perlindungan Anak,Jakarta : Bumi Aksara, 1990.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2012.

Sambas, Nandang, Pembaruan sistem Pidana Anak Di Indonesia, Jogjakarta, Graha Ilmu, 2010.

Saleh, Roeslan, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana,Dua Pengertian Dasar Dalam Hukum Pidana, Cetakan Ketiga, Jakarta : Aksara Baru, 1983.

Syaripin, Pipin, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung : Pustaka Setia, 1999.

SP, Wasis, Pengantar Ilmu Hukum, Malang : UMM Press, 2002.

Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Sofyan, Andi dan Aziza Nur, Hukum Pidana, Makassar : Pustaka Pena Press, 2016.

Soetodjo, Wigiati, Hukum Pidana Anak, Bandung : Refika Aditama, 2006.

Sughandi, KUHP dan Penjelasannya, Surabaya : Usaha Nasional, 1980.

Triatmodjo, Sudibjo, Pelaksanaan Penahanan dan Kemungkinan Yang Ada Dalam KUHAP, Bandung : Alumni, 1982.

Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan, Malang : UMM Press, 2008.

Usfa, A. Fuad dan Tongat, Pengantar Hukum Pidana, Malang : UMM Press, 2004.

Wiyanto Roni, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Mandar Maju Press, 2012.

Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak, Bandung : Mandar Maju, 2009.

Wahyudi Setya, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, Yogyakarta : Genta Publishing, 2011.

Wadong, Hassan Maulana, Advokasi Dan Hukum Perlindungan Anak, Jakarta : Gramedia.

Wojowasito, Kamus Umum Belanda Indonesia, Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001.

Zulfa Eva Achjani, Pergeseran Paradigma Pemidanaan, Bandung : Lubuk Agung, 2011

Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014 tanggal 8 April 2015.

Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.

Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak.

Internet

Htpps://www.Tesishukum.com›pengertian-asas-kepastianhukum, diakses pada tanggal 17 Februari 2019, Pukul 09.00 wib.

https.Seputarpengertian.blogspot.com›2017/09. Diakses pada tanggal 13 Februari 2019, pukul 22.00 wib.

https://www.saplaw.top›, pendekatan perundang-undangan. Diakses pada tanggal 14 Februari 2019, pukul 12.25 wib.

Repository.unpas.ac.id. diakses pada tanggal 18 Juni 2019 Pukul 20.00 Wib.

Htpps :// core.ac.uk˒pdf. diakses pada tanggal 19 Juni 2019 Pukul 20.00 Wib.