• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK

B. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana

5. Perlindungan Anak Dalam Proses Peradilan

Perlindungan hak-hak anak dalam proses persidangan dimulai dari penentuan hakim yang ditetapkan untuk menangani peradilan anak yang dimaksud. Berdasarkan Pasal 43 ayat (2) UU No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak telah diatur syarat untuk ditetapkan sebagai hakim dalam perkara anak adalah :

1. Telah berpengalaman sebagai hakim dalam lingkungan peradilan umum ; 2. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah anak; dan 3. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak ;166

Proses peradilan pidana adalah merupakan proses yuridis, dimana hukum ditegakkan dengan tidak mengesampingkan kebebasan mengeluarkan pendapat dan pembelaan dimana keputusannya diambil dengan mempunyai motivasi tertentu. Hak-hak yang kiranya perlu diperhatikan dan diperjuangkan adalah :

165 Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

166 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

1. Hak diberlakukan sebagai yang belum terbukti bersalah ;

2. Hak-hak mendapat perlindungan dari tindakan-tindakan yang merugikan, menimbulkan penderitaan mental, fisik, dan sosial ;

3. Hak mendapat pendampingan dari penasihat hukum ;

4. Hak mendapat fasilitas transport serta penyuluhan dalam ikut serta memperlancar pemeriksaan ;

5. Hak untuk menyatakan pendapat ;

6. Hak akan persidangan tertutup demi kepentingannya ;

7. Hak untuk mendapat pembinaan yang manusiawi sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan ide pemasyarakatan ;

8. Peradilan sedapat mungkin tidak ditangguhkan, konsekuensinya persiapan yang matang sebelum sidang dimulai ;

9. Hak untuk dapat berhubungan dengan orang tua dan keluarganya.167 6. Perlindungan Anak Di Lembaga Pemasyarakatan

Anak yang telah dijatuhi sanksi pidana dan ditempatkan dalam lembaga pemasyarakatan disebut sebagai anak didik pemasyarakatan. Anak didik pemasyarakatan adalah :168

1. Anak pidana yaitu merupakan anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di LAPAS anak, paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun;

2. Anak negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di LAPAS anak, paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun ;

3. Anak sipil yaitu anak yang diatas permintaan orang tua atau walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di LAPAS anak, paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.

Pasal 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan mengatur secara khusus hak narapidana yaitu :169

1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan ; 2. Mendapat perawatan baik jasmani maupun rohani ;

167 Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, (Bandung : Refika Aditama, 2006), hlm. 71.

168 Pasal 1 butir 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

169 Pasal 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran ;

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak ; 5. Menyampaikan keluhan ;

6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak terlarang ;

7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan ;

8. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya ; 9. Mendapat pengurangan masa menjalani pidana (remisi) ;

10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga ; 11. Mendapatkan pembebasan bersyarat ;

12. Mendapatkan cuti menjelang bebas ;

13. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Dinyatakan Tidak Terbukti Bersalah Di Pengadilan

1. Ganti Kerugian

Ganti kerugian adalah hak seorang untuk mendapat pemenuhan atas tuntutannya yang berupa imbalan sejumlah uang karena ditangkap, ditahan, dituntut, ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.170

Seseorang mengajukan ganti kerugian karena beberapa alasan, diantaranya :

a. Adanya penangkapan yang tidak sah ; b. Penahanan yang tidak sah ;

c. Adanya tindakan lain tanpa alasan undang-undang yang sah ;

170 Pasal 1 butir 22 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

d. Adanya penghentian penyidikan atau penuntutan ;171

Tuntutan ganti kerugian yang perkara pidananya belum diajukan ke pengadilan negeri, pemeriksaannya dilakukan dan diputus oleh hakim/sidang paraperadilan. Sedangkan tuntutan ganti kerugian yang perkara pidananya sudah diputus oleh hakim pengadilan negeri, pengadilan tinggi dan mahkamah agung pemeriksaannya mengikuti acara praperadilan.172

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 BAB IV menetapkan besarnya jumlah ganti kerugian berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 huruf b dan Pasal 95 KUHAP serendah-rendahnya Rp. 5000.00,- (lima ribu rupiah) dan setinggi-tingginya Rp. 1000.000.- (satu juta rupiah). Dan apabila tindakan yang dimaksud mengakibatkan yang bersangkutan menderita sakit atau cacat sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan atau mati, maka besarnya ganti kerugian setinggi-tingginya berjumlah Rp. 3000.000.- (tiga juta rupiah).173

2. Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah hak seorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun

171 Ridwan Eko Prasetyo, Hukum Acara Pidana, (Bandung : Pustaka Setia, 2015), hlm. 87.

172 HMA. Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, (Malang : UMM Press, 2008), hlm. 281.

173

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara-cara yang diatur dalam undang-undang ini.174

Ansorie Sabuan dkk menambahkan pendapatnya tentang rehabilitasi yang diatur dalam Pasal 97 KUHAP yakni sebagai berikut :

1. Seorang berhak memperoleh rehabilitasi apabila oleh pengadilan diputus bebas atau diputus lepas dari segala tuntutan hukum yang putusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

2. Rehabilitasi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Dalam hal putusannya, hakim secara ex officio mencantumkan bahwa terdakwa berhak memperoleh rehabilitasi, dengan tidak perlu diperinci bentuk rehabilitasi yang bagaimana, kecuali apabila hakim berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang cukup, dapat mencantumkannya.

3. Permintaan rehabilitasi oleh tersangka atau penangkapan atau penahanan tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1), yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri diputus oleh hakim praperadilan yang dimaksud dalam Pasal 77.175

174 Pasal butir 23 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

175 Ansorie Sabuan dkk, Hukum Acara Pidana, (Bandung : Angkasa, 1990), hlm 165.

PEKANBARU NOMOR 01/PID.SUS/ANAK/2014/PT.PBR A. Putusan Pengadilan Negeri Siak Nomor 05/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Siak.

1. Kasus Posisi a. Dakwaan

Terdakwa dihadapkan ke persidangan oleh Penuntut Umum dengan dakwaan sebagai berikut :

Kesatu :

Bahwa terdakwa DICKY PRANATA Bin AMRAN (masih berusia 16 (enam belas) tahun, berdasarkan kartu keluarga No. 1408041701110015 tanggal 17 Januari 2011. Ditandatangani oleh Kepala Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil, H.

WAN BUKHARI, MSi, terdakwa lahir pada tanggal 04 Agustus 1997) pada hari Jum‟at tanggal 18 Juli 2014 sekira pukul 15.00 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain masih dalam bulan Juli 2014 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain masih dalam tahun 2014, bertempat di Jalan Sungai Kencong, Desa Pinang Sebatang Timur, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura,

“Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta

melakukan perbuatan, dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18(delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana”, perbuatan tersebut dilakukan oleh terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut :

Bermula pada hari Jumat tanggal 18 Juli 2014 saksi Supiyan (berkas perkara terpisah) dengan mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor Honda Revo warna hitam menemui saksi Muhammad Delfi (berkas perkara terpisah), kemudian saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi pergi ke kampung batak dengan tujuan untuk menghilangkan nyawa anak agar saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi memperoleh kesaktian. Sesampainya di kampung batak, saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi bertemu dengan 3 (tiga) orang anak laki-laki, kemudian saksi Muhammad Delfi merayu ketiga anak laki-laki tersebut agar mau memancing di sungai kencong.

Saksi Supiyan dengan mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor Honda Revo menemui terdakwa di rumahnya yang terletak di Bunut, Jalan Karet, Desa Pinang Sebatang Timur, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak. Sedangkan Saksi Muhammad Delfi bersama dengan 2 (dua) orang anak laki-laki yang masing-masing bernama Sdr.

Mawar dan Sdr. Femasili Maideva berada di tempat pemancingan, kemudian sesampainya saksi Supiyan di rumah terdakwa, saksi Supiyan mengajak terdakwa untuk memancing dan meminta agar terdakwa membawa sebilah parang.

Terdakwa dan saksi Supiyan kemudian berangkat ke tempat pemancingan dengan berboncengan menggunakan 1 (satu) unit Honda Revo sambil membawa sebilah parang, setibanya di tempat pemancingan terdakwa melihat Mawar dan Femasili Maideva sedang bersama saksi Muhammad Delfi, lalu saksi Supiyan meminta agar terdakwa menunggu di tempat pemancingan bersama dengan Mawar, sedangkan Femasili Maideva dibawa oleh saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi dengan menggunakan 1 (satu) unit sepeda motor Honda Revo ke hutan ekaliptus di dekat sungai kencong tersebut. Setelah sampai di hutan ekaliptus saksi Supiyan membuka seluruh pakaian Femasili Maideva dan mencari akar ekaliptus, sedangkan saksi Muhammad Delfi dengan posisi jongkok memainkan alat kelamin Femasili Maideva dengan posisi bersandar di pohon dan mengajarkan Femasili Maideva untuk memainkan alat kelaminnya sendiri sampai alat kelamin Femasili Maideva berdiri, lalu saksi Muhammad Delfi berkata “pas”.

Saksi Supiyan ketika mendengar kata “pas” kemudian mencekik leher Femasili Maideva dengan menarik akar kayu ekaliptus dari belakang sampai Sdr.

Femasili Maideva tidak bernapas, lalu Femasili Maideva jatuh ke tanah dengan posisi tertelungkup, kemudian saksi Supiyan membalikkan tubuh Sdr. Femasili Maideva sehingga posisi Femasili Maideva menjadi terlentang.

Saksi Supiyan selanjutnya mengambil sebilah parang yang berada didekatnya dan langsung memotong leher Femasili Maideva, kemudian saksi Supiyan berjalan menuju sepeda motor lalu mengambil sebilah cutter dan plastik warna putih, kemudian saksi Supiyan berjalan ke jasad Femasili Maideva, setelah itu dengan

menggunakan 1 (satu) unit cutter saksi Supiyan membelah dada Femasili Maideva sampai ke pusat, membelah bagian paha kanan dan paha kiri hingga lutut, lalu membelah dari lutut hingga pergelangan kaki, membelah dari siku tangan kiri dan tangan kanan sampai pundak, setelah itu saksi Supiyan menguliti seluruh bagian tubuh Femasili Maideva yang sudah dibelahnya, lalu saksi Supiyan memotong daging organ tubuh Femasili Maideva, selanjutnya memotong jantung dan alat kelamin Femasili Maideva, setelah itu daging, jantung, dan alat kelamin yang telah dipotong dimasukkan oleh saksi Supiyan ke dalam plastik. Sedangkan Saksi Muhammad Delfi membuka plastik dan setelah daging, jantung, dan alat kelamin dimasukkan saksi Muhammad Delfi mengikat plastik tersebut, kemudian saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi menemui terdakwa di tempat pemancingan, namun terdakwa dan Mawar tidak ada di lokasi tersebut, setelah melakukan pencarian, saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi menemukan terdakwa di kebun sawit namun Mawar sudah pulang.

Saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi kemudian mengajak terdakwa untuk pergi ke hutan kayu ekaliptus, setelah sampai di hutan ekaliptus terdakwa melihat Femasili Maideva sudah meninggal dunia dalam keadaan telanjang dan leher berlubang dan mengeluarkan darah, setelah itu terdakwa yang seharusnya melaporkan peristiwa tersebut ke pihak yang berwajib tetap berada di lokasi tersebut dan melihat saksi Supiyan dengan menggunakan 1 (satu) unit cutter memotong daging Femasili Maideva bagian paha sebelah kanan, sebelah kiri, betis kanan, betis kiri dan tangan kanan Femasili Maideva, kemudian saksi Muhammad Delfi meminta agar terdakwa

membuka plastik dan membukanya sehingga saksi Muhammad Delfi dapat memasukkan daging Femasili Maideva ke dalam plastik dengan tujuan agar daging Femasili Maideva dapat dimasukkan ke dalam plastik.

Terdakwa kemudian mengikat 1 (satu) kantong plastik yang terakhir setelah sebelumnya saksi Muhammad Delfi dan saksi Supiyan mengikat 6 (enam) plastik yang berisi daging Sdr. Femasili Maideva, kemudian saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi menutup mayat Sdr. Femasili Maideva dengan daun kering, lalu saksi Supiyan membuang pisau cutter. Selanjutnya saksi Supiyan, saksi Muhammad Delfi, dan terdakwa meninggalkan lokasi kejadian dengan berbonceng 3 (tiga) menggunakan 1 (satu) unit sepeda motor Honda Revo yang mana saksi Supiyan membawa 7 (tujuh) plastik berisi daging, jantung dan alat kelamin Sdr. Femasili Maideva di dalam jaketnya, setelah peristiwa tersebut terdakwa tidak pernah melaporkannya kepada pihak berwajib atau orang tua terdakwa sendiri ;

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 KUHP Juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Juncto Pasal 1 ke-3 UU. RI. No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak ;

ATAU Kedua

Bahwa terdakwa DICKY PRANATA Bin AMRAN (masih berusia 16 (enam belas) tahun, berdasarkan kartu keluarga No. 1408041701110015 tanggal 17 Januari 2011. Ditandatangani oleh Kepala Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil, H.

WAN BUKHARI, MSi, terdakwa lahir pada tanggal 04 Agustus 1997) pada hari

Jum‟at tanggal 18 Juli 2014 sekira pukul 15.00 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain masih dalam bulan Juli 2014 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain masih dalam tahun 2014, bertempat di Jalan Sungai Kencong, Desa Pinang Sebatang Timur, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Siak Sri Indrapura,

“Mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan, dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana ”, perbuatan tersebut dilakukan oleh terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut :

Bermula pada hari Jumat tanggal 18 Juli 2014 saksi Supiyan (berkas perkara terpisah) dengan mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor Honda Revo warna hitam menemui saksi Muhammad Delfi (berkas perkara terpisah), kemudian saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi pergi ke kampung batak dengan tujuan untuk menghilangkan nyawa anak agar saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi memperoleh kesaktian. Sesampainya di kampung batak, saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi bertemu dengan 3 (tiga) orang anak laki-laki, kemudian saksi Muhammad Delfi merayu ketiga anak laki-laki tersebut agar mau memancing di sungai kencong.

Saksi Supiyan dengan mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor Honda Revo menemui terdakwa di rumahnya yang terletak di Bunut, Jalan Karet, Desa Pinang

Sebatang Timur, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak. Sedangkan Saksi Muhammad Delfi bersama dengan 2 (dua) orang anak laki-laki yang masing-masing bernama Sdr.

Mawar dan Sdr. Femasili Maideva berada di tempat pemancingan, kemudian sesampainya saksi Supiyan di rumah terdakwa, saksi Supiyan mengajak terdakwa untuk memancing dan meminta agar terdakwa membawa sebilah parang.

Terdakwa dan saksi Supiyan kemudian berangkat ke tempat pemancingan dengan berboncengan menggunakan 1 (satu) unit Honda Revo sambil membawa sebilah parang, setibanya di tempat pemancingan terdakwa melihat Mawar dan Femasili Maideva sedang bersama saksi Muhammad Delfi, lalu saksi Supiyan meminta agar terdakwa menunggu di tempat pemancingan bersama dengan Mawar, sedangkan Femasili Maideva dibawa oleh saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi dengan menggunakan 1 (satu) unit sepeda motor Honda Revo ke hutan ekaliptus di dekat sungai kencong tersebut. Setelah sampai di hutan ekaliptus saksi Supiyan membuka seluruh pakaian Femasili Maideva dan mencari akar ekaliptus, sedangkan saksi Muhammad Delfi dengan posisi jongkok memainkan alat kelamin Femasili Maideva dengan posisi bersandar di pohon dan mengajarkan Femasili Maideva untuk memainkan alat kelaminnya sendiri sampai alat kelamin Femasili Maideva berdiri, lalu saksi Muhammad Delfi berkata “pas”.

Saksi Supiyan ketika mendengar kata “pas” kemudian mencekik leher Femasili Maideva dengan menarik akar kayu ekaliptus dari belakang sampai Sdr.

Femasili Maideva tidak bernapas, lalu Femasili Maideva jatuh ke tanah dengan posisi

tertelungkup, kemudian saksi Supiyan membalikkan tubuh Sdr. Femasili Maideva sehingga posisi Femasili Maideva menjadi terlentang.

Saksi Supiyan selanjutnya mengambil sebilah parang yang berada didekatnya dan langsung memotong leher Femasili Maideva, kemudian saksi Supiyan berjalan menuju sepeda motor lalu mengambil sebilah cutter dan plastik warna putih, kemudian saksi Supiyan berjalan ke jasad Femasili Maideva, setelah itu dengan menggunakan 1 (satu) unit cutter saksi Supiyan membelah dada Femasili Maideva sampai ke pusat, membelah bagian paha kanan dan paha kiri hingga lutut, lalu membelah dari lutut hingga pergelangan kaki, membelah dari siku tangan kiri dan tangan kanan sampai pundak, setelah itu saksi Supiyan menguliti seluruh bagian tubuh Femasili Maideva yang sudah dibelahnya, lalu saksi Supiyan memotong daging organ tubuh Femasili Maideva, selanjutnya memotong jantung dan alat kelamin Femasili Maideva, setelah itu daging, jantung, dan alat kelamin yang telah dipotong dimasukkan oleh saksi Supiyan ke dalam plastik. Sedangkan Saksi Muhammad Delfi membuka plastik dan setelah daging, jantung, dan alat kelamin dimasukkan saksi Muhammad Delfi mengikat plastik tersebut, kemudian saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi menemui terdakwa di tempat pemancingan, namun terdakwa dan Mawar tidak ada di lokasi tersebut, setelah melakukan pencarian, saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi menemukan terdakwa di kebun sawit namun Mawar sudah pulang.

Saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi kemudian mengajak terdakwa untuk pergi ke hutan kayu ekaliptus, setelah sampai di hutan ekaliptus terdakwa

melihat Femasili Maideva sudah meninggal dunia dalam keadaan telanjang dan leher berlubang dan mengeluarkan darah, setelah itu terdakwa yang seharusnya melaporkan peristiwa tersebut ke pihak yang berwajib tetap berada di lokasi tersebut dan meilhat saksi Supiyan dengan menggunakan 1 (satu) unit cutter memotong daging Femasili Maideva bagian paha sebelah kanan, sebelah kiri, betis kanan, betis kiri dan tangan kanan Femasili Maideva, kemudian saksi Muhammad Delfi meminta agar terdakwa membuka plastik dan membukanya sehingga saksi Muhammad Delfi dapat memasukkan daging Femasili Maideva ke dalam plastik dengan tujuan agar daging Femasili Maideva dapat dimasukkan ke dalam plastik.

Terdakwa kemudian mengikat 1 (satu) kantong plastik yang terakhir setelah sebelumnya saksi Muhammad Delfi dan saksi Supiyan mengikat 6 (enam) plastik yang berisi daging Sdr. Femasili Maideva, kemudian saksi Supiyan dan saksi Muhammad Delfi menutup mayat Sdr. Femasili Maideva dengan daun kering, lalu saksi Supiyan membuang pisau cutter. Selanjutnya saksi Supiyan, saksi Muhammad Delfi, dan terdakwa meninggalkan lokasi kejadian dengan berbonceng 3 (tiga) menggunakan 1 (satu) unit sepeda motor Honda Revo yang mana saksi Supiyan membawa 7 (tujuh) plastik berisi daging, jantung dan alat kelamin Sdr. Femasili Maideva di dalam jaketnya, setelah peristiwa tersebut terdakwa tidak pernah melaporkannya kepada pihak berwajib atau orang tua terdakwa sendiri ;

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 KUHP Juncto Pasal 56 ke-1 KUHP Juncto Pasal 1 ke-3 UU. RI. No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak ;

b. Tuntutan

Penuntut Umum mengajukan tuntutan berdasarkan pembacaan tuntutan pidana yang pada pokoknya menuntut supaya Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara atas nama terdakwa agar memutuskan :

1. Menyatakan terdakwa DICKY PRANATA Bin AMRAN bersalah telah melakukan tindak pidana “pembantuan pembunuhan berencana” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan kedua Pasal 340 KUHP Junto Pasal 56 ke-1 KUHP Junto Pasal 1 ke-3 UU RI. No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak ;

2. Menjatuhkan pidana terhadap DICKY PRANATA Bin AMRAN dengan pidana penjara selama 9 (Sembilan) tahun dikurangi selama terdakwa menjalani masa penahanan di Rutan Siak dengan perintah tetap ditahan ; 3. Menyatakan barang bukti berupa :

 1 (satu) unit sepeda motor Honda Revo warna hitam ;

 1 (satu) helai baju warna cokelat ;

 1 (satu) helai celana pendek warna biru ;

 1 (satu) pasang sandal ;

 1 (satu) bilah parang dan sarungnya berwarna hitam ;

 Kantung plastik warna putih bening ;

Dipergunakan dalam perkara lain atas nama SUPIYAN Als PIAN Bin HERMAN ADE ;

c. Pertimbangan Hakim

 Unsur Setiap Orang

Menimbang yang dimaksud barang siapa adalah setiap orang atau siapa saja selaku subjek hukum, pendukung hak serta kewajiban, serta dapat dikenakan pertanggungjawaban pidana. Menimbang berdasarkan fakta hukum di persidangan, terdakwa DICKY PRANATA Bin AMRAN telah membenarkan identitas sebagaimana tercantum dalam surat dakwaan sehingga dalam hal ini tidak terjadi error in persona. Dengan demikian unsur ini telah terpenuhi menurut hukum dan keyakinan.

 Unsur Dengan Sengaja

Menimbang bahwa yang dimaksud dengan sengaja adalah menyangkut sikap batin seseorang yang tidak tampak dari luar, melainkan hanya dapat disimpulkan dari sikap dan perbuatan lahir seseorang sebagai wujud nyata dari kesengajaan tersebut.

Unsur sengaja dapat diartikan sebagai “menghendaki” dan “mengetahui”

Menghendaki artinya ada akibat yang diharapakan atau diinginkan dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan itu, sedangkan mengetahui artinya bahwa pelaku sebelum melakukan suatu perbuatan tersebut telah menyadari bahwa perbuatannya itu apabila dilaksanakan akan sebagaimana yang diharapkan dan dia mengetahui pula bahwa perbuatan yang hendak dilakukannya adalah melawan hukum.

Menimbang bahwa untuk membuktikan unsur ini harus dibuktikan bahwa unsur pokok dalam pasal yang didakwakan haruslah dilakukan dengan sengaja, dalam hal ini ada kesengajaan dalam menghilangkan nyawa orang lain. Karena dalam hal ini terdakwa didakwa dengan pasal tentang membantu suatu kejahatan, sehingga harus dibuktikan bahwa pelaku utama yang mewujudkan delik melakukan kejahatan

Menimbang bahwa untuk membuktikan unsur ini harus dibuktikan bahwa unsur pokok dalam pasal yang didakwakan haruslah dilakukan dengan sengaja, dalam hal ini ada kesengajaan dalam menghilangkan nyawa orang lain. Karena dalam hal ini terdakwa didakwa dengan pasal tentang membantu suatu kejahatan, sehingga harus dibuktikan bahwa pelaku utama yang mewujudkan delik melakukan kejahatan