• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI

3. Jenis-Jenis Tindak Pidana

Hukum pidana diadakan bertujuan melindungi dan menghindari gangguan atau ancaman bahaya terhadap kepentingan hukum, baik kepentingan perseorangan, kepentingan masyarakat dan kepentingan negara. Tiap-tiap perbuatan yang memenuhi unsur-unsur delik sebagaimana yang dinyatakan secara tegas dalam peraturan perundang-undangan dapat memberikan gambaran kepentingan hukum apa yang

72 Teguh Prasetyo, Op.Cit., hlm. 50.

73 Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana, (Jakarta : Kencana, 2014), hlm. 39.

dilanggar. Oleh karena itu perbuatan-perbuatan yang memenuhi unsur-unsur delik dapat digolongkan menjadi berbagai jenis delik.74

Hukum pidana mengenal berbagai jenis delik yang dapat dibedakan menurut pembagian delik tertentu, diantaranya :75

1. Delik kejahatan (Misdrijiven) dan delik pelanggaran (Overtredingen)

Delik kejahatan secara doctrinal adalah perbuatan-perbuatan yang sudah dipandang seharusnya dipidana karena bertentangan dengan keadilan, meskipun perbuatan itu belum diatur dalam undang-undang. Delik kejahatan ini sering disebut mala per se atau delik hukum, artinya sudah dianggap sebagai kejahatan meskipun belum dirumuskan dalam undang-undang karena merupakan perbuatan tercela dan merugikan masyarakat atau bertentangan dengan keadilan, misalnya Pasal 362 KUHP tentang pencurian.

Sedangkan delik pelanggaran adalah perbuatan-perbuatan itu barulah diketahui sebagai delik setelah dirumuskan dalam undang-undang, delik pelanggaran ini sering disebut sebagai mala quia prohibia atau delik undang-undang, artinya perbuatan itu baru dianggap sebagai delik setelah dirumuskan dalam undang-undang, misalnya Pasal 550 KUHP tentang tanpa wewenang berjalan di tanah yang sudah ditaburi atau ditanami.

74 Roni Wiyanto, Op.Cit., hlm. 169.

75 Ibid., hlm. 169-177.

2. Delik Formil (Formeel Delict) dan Delik Materil (Materieel Delict)

Delik atau perbuatan pidana formil adalah perbuatan pidana yang perumusannya dititikberatkan pada perbuatan dilarang. Perbuatan pidana formil adalah perbuatan pidana yang dianggap selesai dengan telah dilakukannya perbuatan yang dilarang dalam undang-undang tanpa mempersoalkan akibatnya seperti yang tercantum dalam Pasal 362 KUHP tentang pencurian dan Pasal 160 KUHP tentang penghasutan.

Sedangkan perbuatan pidana materil adalah perbuatan pidana yang perumusannya dititikberatkan pada akibat yang dilarang. Perbuatan pidana ini baru dianggap telah terjadi atau dianggap telah selesai apabila akibat yang dilarang itu telah terjadi. Jadi jenis perbuatan ini mensyaratkan terjadinya akibat untuk selesainya perbuatan seperti dalam Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dan Pasal 378 KUHP tentang penipuan.

3. Delik Aduan ( Klacht Delicten ) dan Delik Umum ( Gewone Delicten )

Delik aduan adalah perbuatan pidana yang penuntutannya hanya dilakukan jika ada pengaduan dari pihak yang terkena atau yang dirugikan. Delik aduan dibedakan dalam dua jenis yaitu delik aduan absolut dan delik aduan relatif. Delik aduan absolut adalah delik yang mempersyaratkan secara absolut adanya pengaduan untuk penuntutannya, seperti pencemaran nama baik yang diatur di dalam Pasal 310

KUHP, dan delik aduan relatif adalah delik yang dilakukan dalam lingkungan keluarga, seperti pencurian dalam keluarga yang diatur dalam Pasal 367 KUHP.

Sedangkan delik biasa adalah delik yang tidak mempersyaratkan adanya pengaduan untuk penuntutannya, seperti pembunuhan, pencurian dan penggelapan.

4. Delik Kesengajaan ( Obzet ) dan Delik Kealpaan ( Culpa )

Delik kesengajaan adalah delik-delik yang oleh pembentuk undang-undang telah disyaratkan bahwa delik-delik tersebut harus dilakukan dengan sengaja, seperti Pasal 338 KUHP tentang sengaja menghilangkan nyawa orang lain. Sedangkan delik kealpaan yakni delik-delik yang oleh pembentuk undang-undang telah dinyatakan bahwa delik-delik tersebut cukup terjadi dengan tidak sengaja agar pelakunya dapat dihukum, seperti dalam Pasal 359 KUHP.

5. Delik Umum ( Delicta Communia ) dan Delik Khusus ( Delicta Propria )

Delik umum adalah suatu delik yang dapat dilakukan oleh setiap orang, delik umum sering disebut gemene delicten atau algemene delicten. Contohnya Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, Pasal 245 KUHP tentang pemalsuan mata uang, Pasal 362 tentang pencurian. Sedangkan delik khusus adalah suatu delik yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kualitas atau sifat-sifat tertentu, misalnya Pegawai Negeri atau Militer. Contohnya delik-delik yang terdapat dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Perbankan dan sebagainya.

6. Delik Komisi, Delik Omisi dan Delik Komisi Per Omisi

Delik komisi adalah delik-delik berupa pelanggaran terhadap larangan-larangan di dalam undang-undang, seperti yang terdapat di dalam Pasal 362 KUHP tentang larangan mencuri. Delik omisi adalah berupa pelanggaran terhadap keharusan-keharusan menurut undang-undang, seperti yang terdapat dalam Pasal 522 KUHP tentang kewajiban melaksanakan menjadi saksi. Sedangkan delik komisi per omisi adalah delik yang dapat diwujudkan, baik berbuat sesuatu ataupun tidak berbuat sesuatu, contohnya Pasal 194 yaitu tidak menarik suatu wesel kereta api.

7. Delik Berdiri Sendiri dan Delik Berlanjut

Delik berdiri sendiri adalah delik yang mempunyai ciri bahwa keadaan yang terlarang itu tidak berlangsung secara terus menerus seperti pencurian dan pembunuhan. Sedangkan delik berlanjut adalah perbuatan pidana yang mempunyai ciri bahwa perbuatan yang dilarang itu berlangsung terus menerus, misalnya delik merampas kemerdekaan orang dalam Pasal 333 KUHP. Dalam delik ini, selama orang yang dirampas kemerdekaannya itu belum dilepas, maka selama itu pula delik itu masih berlangsung terus.

8. Delik Politik Murni dan Delik Politik Campuran

Delik politik murni adalah delik-delik yang dilakukan untuk kepentingan politik, misalnya Pasal 104 KUHP tentang makar. Sedangkan delik politik campuran adalah delik-delik yang mempunyai sifat setengah politik dan setengah umum,

dengan perkataan lain bahwa delik ini seolah-olah nampak sebagai delik umum, tetapi sebenarnya delik itu merupakan tujuan politik atau sebaliknya. Misalnya pencurian terhadap dokumen negara yang bersifat rahasia atau pembunuhan kepala negara yang sebenarnya si pelaku mempunyai dendam pribadi.

9. Delik Biasa dan Delik Berkualifikasi

Delik biasa adalah semua delik yang berbentuk pokok atau sederhana tanpa dengan pemberatan ancaman pidananya, contoh: Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan biasa, Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan. Sedangkan delik berkualifikasi adalah delik yang berbentuk khusus karena adanya keadaan-keadaan tertentu yang dapat memperberat atau mengurangi ancaman pidananya.