• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penghargaan akan sosok perempuan di Indonesia selalu mendapat tempat yang baik di tengah-tengah masyarakat. Meski pada kenyataannya diskriminasi terhadap perempuan masih tampak jelas terlihat. Budaya patriarki berupa dominasi kaum lelaki dimana perempuan selalu ditempatkan pada posisi kedua dalam tatanan masyarakat saat ini masih terlihat, misalnya dalam pemilihan pekerjaan, perempuan cenderung dinilai tidak mampu mengemban tugas yang lazim di lakoni oleh kaum lelaki seperti memimpin suatu daerah atau perusahaan, atau perempuan-perempuan yang bekerja di malam hari yang selalu mendapat nilai negatif dan sanksi sosial di masyarakat. Selain itu, hal adanya kesatuan paham yang terbangun dalam budaya patriarki akan dominasi perempuan akan pekerjaan rumah seolah terpatri dalam benak masyarakat bahkan telah menjadi budaya. Bahkan lebih ekstrim di era belakangan ini pembagian tugas diantara laki-laki dan perempuan dalam memenuhi kebutuhan yang dulunya menjadi peran kaum lelaki kini harus pula dilakoni oleh para perempuan, alhasil kebutuhan mereka sendiri sering kali terabaikan.

Mencari dan mendapatkan uang yang banyak merupakan tujuan utama di masyarakat pada umumnya. Pekerjaan yang berat dan penghasilan yang minim merupakan kendala terbesar bagi masyarakat sehingga kegiatan berwisata sebagai sarana melepas kepenatan masih sulit dilaksanakkan. Meskipun itu dapat dilaksanakan, tempat wisata yang ramai dikunjungi dengan biaya murah, atau berkunjung ke rumah sanak keluarga tujuan utama ketika saat berwisata ataupun berlibur. Tingkat ekonomi terbatas dan jiwa sosial yang masih melekat menjadikan masyarakat lebih memilih untuk selalu menyesuaikan pendapatan serta berusaha berada dekat dengan masyarakat atau keluarga.

4.1.4.4 an Iklan Ic nalisis Scene ce Cream M Dunia” 1 17 20 e 5 Magnum ver 100 Uang B Gambar rsi “Undian Belanja Sen 18 21 23 r 13 n Berhadia nilai Rp 20 j 8 3 ah di Lima juta di Jak Kota besar karta 19 22 r di

a. Analisis Leksia

Tampak perempuan memakai pakaian berwarna biru dengan menyandang sebuah tas di bahu kirinya, dibelakangnya terlihat eempat orang lelaki bergerak mengikutinya. Terlihat perempuan tersebut memegang sambil melihat sebuah benda yang kemudian memeberikannya kepada seorang lelaki yang ada dibelakangnya, perempuan tersebut selanjutnya tampak menuju kearah benda yang terpajang kemudian mengambil dan melihat benda tersebut. Bersamaan dengan adegan tersebut muncul simbol berbentuk tulisan diantaranya “100, Uang belanja dan Rp 20 juta”, serta suara atau MVO “dan seratus hadiah belanja dua puluh juta rupiah di jakarta”. Perlahan kemudian perempuan tersebut terlihat memegang sebuah benda berwarna kuning emas.

Table IV. 6 Storyboard scene 5

Visual Audio CUT: MLS, Perempuan sedang

memegang sebuah benda kemudian memberikannya kepada seorang lelaki, dan mengarah kesuatu benda yang kemudian mengambilnya. Bersamaan terlihat tulisan “100, Uang belanja, Rp 20 juta

MVO : dan seratus hadiah belanja dua puluh juta rupiah di jakarta

Musik CUT: MS, perempuan tersebut

kemudian terlihat memegang sebuah benda yang disebelah lengan kirinya terdapat tulisan “100, Uang Belanja, Rp 20 juta”

b. Kode Pembacaan 1. Kode Hermeneutika

Apakah yang dilakukan perempuan di scane ke lima? Bagaimanakah perempuan tersebut ditampilkan pada adegan ini? Bagaimanakah para lelaki ditampilkan pada adegan ini? Apakah benda-benda yang terlihat pada scane ini? 2. Kode Proairetik

Ekspresi perempuan pada adegan ini menunjukkan akan kekaguman serta keinginannya terhadap sesuatu. Bisa dilihat dari cara perempuan tersebut ketika melihat benda yang ia pegang, perempuan tersebut terlihat dengan mata terbuka lebar dan alis yang menaik, dan mulut yang terbuka lebar seperti terlihat pada

gambar ke 17 hingga gambar ke 22. Sementara itu, ekspresi kebahagiaan tampak menjadi penutup pada scene ke 5 seperti tampak pada gambar ke 23, seolah memberi kesan akan suatu keinginan yang telah terwujud ketika mendapatkan sesuatu yang diimpikan dan bernilai bagi setiap penggunanya.

Sosok perempuan angkuh, individualis serta memiliki otoritas lebih terhadap apa yang ia miliki dan inginkan menjadi kesan yang terpampang jelas pada diadegan ini. Bagaimana ia berjalan sendiri di depan ke empat para lelaki, sambil mengambil benda yang ia lihat kemudian memberikannya ke salah seorang lelaki dengan gerakan membelakangi, serta cara melihat benda yang ia pegang dimana mata perempuan melihat kebawah seolah matanya tertutup seperti terlihat pada gambar scene ke 5 ini, seakan memberi makna akan gambaran perempuan-perempuan yang memiliki kekuasaan sekaligus adanya bentuk edukasi akan perempuan masa kini yang mampu bertindak demi kepentingannya. Sementara para lelaki dengan pakaian berwarna hitam berpadu jas yang semestinya memberikan gambaran akan laki-laki rapi, berwibawa dan mapan seakan tidak terlihat. Mungkin lebih tepatnya gambaran akan pendamping, pembantu atau mungkin pengawal adalah sesuatu yang tercermin dari ke empat laki-laki tersebut, dimana hanya mengikuti perempuan itu sambil membawa barang-barang yang menumpuk ditangan serta terus menerima setiap barang yang diberikan dengan tersenyum.

Bentuk dominasi perempuan pada scene ini juga dapat dilihat dari pengambilan gambar menggunakan medium long shot, memperlihatkan setiap subjek/talent yang ada dalam adegan dan kegiatan yang terjadi dalam jarak yang cukup dekat dengan penonton sehingga menunjukkan bahasa tubuh subjek secara jelas, terlihat pada gambar ke 17, 18, 19 dan 20. Selain itu ada juga medium shot seperti tampak pada gambar ke 21, 22 dan 23, menampilkan detail gambar talent yang menunjukkan bagian tubuh dari pinggang keatas, hingga bisa menampakkan detil yang lebih jelas akan ekspresi dan tindakan yang dilakukannya. Sudut pandang kamera menggunakan frog eye menghasilkan kesan keanggunan, keangkuhan dan kekokohan perempuan pada adegan ini. Sementara cut menjadi format editing yang digunakan dalam scene ini. Cut yaitu perpindahan dari gambar satu ke gambar lainnya untuk mewujudkan sebuah bentuk

kesinambungan gambar seperti yang terlihat pada awal kemunculan gambar pada scene ke 5, serta perpindahan gambar ke 20 menuju ke 21.

3. Kode Simbolik

Pakaian berwarna biru yang dikenakan perempuan pada scane ini adalah gaun menyerupai pakaian-pakaian yang terdapat pada analisis scane sebelumnya. Namun efek warna biru pada gaun yang dipakainya memberikan sebuah pesan yang sangat dalam, seperti dikatakan oleh Molly E. Holzschlag, seorang pakar tentang warna, dalam tulisannya “Creating Colour Scheme” menyebutkan bahwa warna biru memiliki makna akan sesuatu yang bisa dipercaya, perlu untuk dilindungi, serta dapat menjadi gambaran akan sosok atau sesuatu yang bersih (Kusrianto, 2007: 47).

Benda-benda yang dipegang oleh perempuan tersebut adalah tas dan dompet. Tas pada adegan ini tidak berbeda dengan analisis tas pada scane sebelumnya, dimana tas pada adegan ini berbentuk persegi yang dibagian sisi atas nya terdapat tali berbentuk setengah lingkaran yang berfungsi untuk memegangdan menggandeng tas dan biasa melekat dibagian tangan atau lengan. Tas yang terlihat pada adegan ini juga mencerminkan akan tas yang biasa dikenali di tempat-tempat formil seperti pesta atau acara yang bersifat mewah. Sedangkan dompet dapat dilihat pada gambar ke 27, 28 dan 29, berbentuk persegi panjang berwarna kuning keemasan. Dompet kini tidak lagi dilihat sebatas untuk menyimpan uang atau surat-surat penting berukuran kecil ketika bepergian, melainkan kini dompet memiliki nilai tersendiri bagi yang memakainya. Biasanya dompet disimpan disaku atupun tempat yang aman ketika bepergian kini malah menjadi benda yang seakan harus diperlihatkan kebanyak orang. Ketika seseorang menggunakan dompet dengan merek atau brand ternama maka orang yang melihatnya akan memberikan nilai prestige akan status sosial kepada pemakainya. Pesan inilah yang hendak disampaikan kepada pemirsa bagaimana perempuan pada adegan tersebut memegang dan melihat dompet kemudian tersenyum seakan muncul sebuah kebahagiaan terhadap benda tersebut. Menggunakan warna kuning emas memberikan makna akan sebuah harapan serta keinginan dan kemewahan yang hendak ingin didapat oleh setiap perempuan. Namun disisi

lain menurut Molly E. Holzschlag, Kuning juga memiliki makna filosofi yang belum tentu memiliki nilai yang real (nyata), bahkan ketidakjujuran atau kecurangan dapat digambarkan dari warna kuning (Kusrianto, 2007: 47).

Kode simbol angka “100” menunjukkan akan jumlah pemberian yang ditujukan kepada setiap orang namun tidak menentukan akan siapa saja yang mendapatkannya, ukuran dan posisi simbol “100” yang berada diatas dan dibuat lebih besar dari simbol yang dibawahnya menggambarkan harapan besar yang hendak diberikan kesetiap orang meski sesungguhnya belum tentu memiliki harapan yang sama. kemudian “Uang belanja” adalah sebuah benda yang menuntun seseorang untuk berprilaku komsumtif guna mendapatkan sesuatu, dengan ukuran dibuat lebih kecil dan berada ditengah kedua simbol lainnya memberi kesan keinginan akan tujuan yang hendak didapat dengan usaha yang besar. Sementara “Rp 20 juta” adalah gambaran akan sebuah mata uang yang biasa digunakan di Negara Indonesia dan memiliki nilai yang digunakan sebagai alat atau benda ketika bertransaksi, dibuat dengan ukuran sedang serta berada pada posisi paling bawah memberi kesan akan tujuan awal yang akan dan harus didapatkan.

Susunan simbol yang dibuat berbaris kebawah memberi makna akan rentetan harapan, keinginan dan tujuan yang bisa didapatkan. Sedangkan peletakan simbol-simbol yang berada disudut kanan bawah atau didepan subjek/talent utama yakni perempuan, menjadikan simbol ini seakan menjadi penuntun atau gambaran akan perilaku yang akan diberikan kepada setiap orang yang menggantungkan harapannya pada simbol dan pesan yang ada pada setiap adegan ini. MVO atau suara laki-laki pada scane ini dengan menyebutkan ”dan seratus hadiah belanja dua puluh juta rupiah di jakarta” menjadi penegas akan simbol sekaligus menjadi tempat mendapatkan harapan dan keinginan yang terdapat pada simbol tersebut.

Namun jika diperhatikan, ketiadaan simbol bertuliskan “Jakarta” sebagaimana yang terdapat pada scene sebelumnya dan hanya terdapat pada pesan suara (voice) menimbulkan makna kedua yakni segala bentuk pesan dan simbol yang ada pada adegan ini bukanlah sesuatu yang bernilai atau berharga tinggi dan lebih bersifat biasa.

Dokumen terkait