BAB V PENUTUP
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi PT. Pabrik Es Siantar.
Saran-saran strategi berikut ini dihasilkan melalui pemaparan yang ada pada Matriks SWOT.
1. Penulis menyarankan agar PT. Pabrik Es Siantar segera meluncurkan produk Cap Badak dalam kemasan botol plastik (PET), karena dampak pengadaan inovasi kemasan ini sangat berpengaruh bagi kemajuan perusahaan dalam mendukung Strategi Bertahan yang dipakai.
2. Promosi sebaiknya dilakukan ketika mesin-mesin sudah diregenerasi dan sudah memadai untuk memproduksi produk dengan jumlah yang lebih banyak, dan dengan promosi maka penjualan akan meningkat sehingga produk Cap Badak lebih dikenal seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kalangan. Namun untuk saat ini, mengingat bahwa PT. Pabrik Es Siantar belum melakukan promosi dikarenakan belum dilakukan regenerasi mesin dan bentuk perusahaan masih belum profesional, ada baiknya agar PT. Pabrik Es Siantar menggunakan sosial media untuk dimanfaatkan sebagai sarana promosi, karena sosial media adalah wadah promosi yang murah meriah di era ini.
3. Edukasi terhadap konsumen mengenai perlunya konsumen mengembalikan botol-botol secara tepat waktu juga disarankan agar produksi tidak terhambat.
4. PT. Pabrik Es juga sebaiknya melakukan purchase order botol lebih sering yaitu sebanyak 4 kali dalam setahun jika kendala yang dihadapi terdapat pada kurangnya botol.
5. PT. Pabrik Es Siantar sebaiknya mengubah sistem manajemen kekeluargaan menjadi manajemen yang lebih profesional jika ingin memanfaatkan peluang-peluang yang ada dengan lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari ukuran perusahaan yang dimiliki oleh PT. Pabrik Es Siantar terbilang perusahaan besar dan sudah menggunakan bentuk badan usaha perseroan terbatas (PT) namun pengimplementasian bentuk perusahaan perseroan terbatas ini tampak tidak sesuai dengan definisi dari perseroan terbatas (PT). Dengan tetap mengaplikasikan manajemen kekeluargaan untuk perusahaan, akan lebih banyak potensi masalah yang datang terkait dengan profesionalisme. Oleh karena itu, disarankan agar PT. Pabrik Es Siantar benar-benar menjalankan kriteria dari perusahaan perseroan terbatas (PT), yaitu dengan mencari modal yang lebih banyak melalui saham-saham yang dapat diperjual belikan, dimana perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk menyertakan modalnya ke perusahaan dengan cara membeli saham perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bagus, L. (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Boone, L. E., & Kurtz, D. L. (2007). Pengantar Bisnis Kontemporer Edisi 11.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2017). Metode Penelitian Bisnis, Edisi 12, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
David, F. R. (2009). Manajemen Strategis Konsep, Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
David, F. R., & David, F. R. (2017). Manajemen Strategik: Suatu Pendekatan Keunggulan Bersaing Edisi 15. Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, I. (2017). Manajemen Strategis, Teori dan Aplikasi. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Hartanto, H. A. (2016). Merajut Asa; Membangun Industri, Menuju Indonesia yang Sejahtera dan Berkelanjutan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jaspers, K. (1985). Filsafat Eksistensial. Jakarta: Gramedia.
Kaelan. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta:
Paradigma.
Kasmir. (2017). Kewirausahaan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2007). Manajemen Pemasaran Edisi 12. Jakarta: PT.
Indeks.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran Edisi 13, Jilid 2. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Kuncoro, M. (2006). Strategi, Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Mahardika, R. B. (2018). Mengenal Industri Makanan dan Minuman di Era Industri 4.0. Yogyakarta: Forbil Institute.
Moleong, L. J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nazir, M. (2011). Metode Penelitian, Cet. 7. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Pardede, P. M. (2011). Manajemen Strategik & Kebijakan Perusahaan. Jakarta:
Penerbit Mitra Wacana Media.
Rangkuti, F. (2015). Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Rivai, A., & Prawironegoro, D. (2015). Manajemen Strategis, Kajian Keputusan Manajerial Bisnis Berdasar Perubahan Lingkungan Bisnis, Ekonomi, Sosial dan Politik. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Robbins, S. P., & Coulter, M. (2016). Manajemen Jilid 1 Edisi 13. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Simamora, H. (2000). Manajemen Pemasaran Internasional, Jilid II. Jakarta:
Salemba Empat.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sugono, D. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Suliyanto. (2010). Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: Kencana.
Suyanto, B. (2005). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Tjiptono, F. (2008). Strategi Pemasaran Edisi 3. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Yunus, E. (2016). Manajemen Strategis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
SUMBER JURNAL
Afista, F. (2017). Strategi PT. BNI Syariah dalam Mempertahankan Eksistensi Produk iB Hasanah Card di Kota Cilacap. Purwokerto: Manajemen Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri.
Munandar, R. R. (2016). Strategi Mempertahankan Eksistensi Perusahaan Keramik Burat Kriasta di Kasihan Bantul dalam Menyiasati Persaingan Global. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Kriya Universitas Negeri Yogyakarta.
Nainggolan, I. A. (2018). Strategi Pengembangan Kuliner Khas Kota Medan dalam Pencapaian Laba Maksimal (Studi pada Soto Kesawan Kota Medan).
Medan: Administrasi Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Nugraha, O. P., & Sisilia, K. (2016, April). Formulasi Strategi Bisnis Pioncini di Industri Sepatu Cibaduyut Periode Tahun 2016-2017. e-Proceeding of Management, Vol. 3, No. 1.
Octavina. (2016). Formulasi Strategi Bisnis PT. Bukit Asam Tbk Dalam Rangka Meningkatkan Pangsa Pasar (Market Share). Profit Jurnal Administrasi Bisnis, 10, No. 2.
Permana, D. (2012, Januari). Analisis Lingkungan Industri dan Formulasi Strategi:
Studi Pengembangan Institusi Rumah Sakit. Jurnal Siasat Bisnis, 16, No. 1.
Salimukdin, J. (2016, Oktober). Analisis Formulasi Strategi dalam Menghadapi Persaingan Industri Doorsmeer (Kasus: Penerapan Analisis SWOT Pada Ritonga Doorsmeer Duri-Riau). JOM FISIP, Vol. 3, No. 2.
Sani, R. H. (2017). Formulasi Strategi Bersaing PT. Santoso Kencana Sakti.
AGORA, Vol. 5, No. 3.
Sihombing, J. P. (2015). Analisis SWOT Pada Industri Kerajinan Batik Griya Batik Mas Pekalongan. Semarang: Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Sutikno, T. D. (2017). Analisis SWOT Sebagai Alternatif Penentuan Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.
Taufli, E. S. (2014). Strategi Padang TV dalam Mempertahankan Eksistensinya sebagai Televisi Lokal. Padang: Ilmu Komunikasi Universitas Andalas.
SUMBER INTERNET
Badak, Legenda Sebotol Minuman – Regional Kompas. (2010). Diakses pada 20
Februari 2018 dari
https://regional.kompas.com/read/2010/05/26/10020648/Badak..Legenda.
Sebotol.Minuman
Industri Makanan dan Minuman Masih Jadi Andalan. (2017). Diakses pada 18 Januari 2019 dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia:
http://www.kemenperin.go.id/artikel/18465/Industri-Makanan-dan-Minuman-Masih-Jadi-Andalan
Kontribusi Sektoral terhadap PDB 2018 – Kata Data. (2018). Diakses pada 06 Mei 2019 dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/02/08/sektor-industri-berkontribusi-20-terhadap-perekonomian-nasional
Kota Pematangsiantar – Wikipedia Ensiklopedia Bebas. Diakses pada 14 Januari 2019 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Pematangsiantar
Sektor Industri yang Bakal Tumbuh Tinggi di 2019 – Liputan 6. (2019). Diakses
pada 06 Mei 2019 dari
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3866592/sektor-industri-yang-LAMPIRAN
L-01. LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA 1. Informan Kunci: Pimpinan PT. Pabrik Es Siantar
Nama Informan : Bapak Robinson Montesquieu Matondang Tanggal / Waktu Wawancara : 12 Maret 2019 / 11:10 WIB
Lokasi Wawancara : Kantor PT. Pabrik Es Siantar, Jl. Pematang No. 3 Isi Wawancara:
1) Apa strategi yang digunakan oleh PT. Pabrik Es Siantar untuk dapat mempertahankan eksistensinya sampai saat ini?
Jawab:
Pertama, strateginya adalah mutu. Mutu tetap dipertahankan—artinya, resep dari pendiri perusahaan berkebangsaan Swiss yang menciptakan minuman Cap Badak ini tetap dipertahankan, tidak diubah-ubah—mempertahankan gugus kendali mutu (GKN). Kedua, tetap melakukan investasi di bidang investasi botol. Ketiga, tetap melakukan perawatan mesin-mesin yang ada di PT. Pabrik Es Siantar, khususnya pembangkit listrik dan sumber mata airnya. Keempat, selalu meningkatkan sumber daya manusia, khususnya di bidang karyawan/pegawai.
2) Apa tujuan jangka pendek dan jangka panjang PT. Pabrik Es Siantar?
Jawab:
Tujuan jangka pendeknya adalah bahwa PT. Pabrik Es Siantar harus tetap mensuplai minuman ke pasar, khususnya yang berada di Sumatera, khususnya
Sumatera Utara. Sementara tujuan jangka panjangnya adalah memperluas jaringan pemasaran Cap Badak di luar Sumatera, yaitu Jawa, Kalimantan, Bali dan Papua.
3) Apa yang menjadi sasaran/goals PT. Pabrik Es Siantar dalam menjalankan bisnis baik jangka panjang maupun jangka pendek?
Jawab:
Kalau sasaran jangka panjangnya, sekarang kami akan membuat minuman Cap Badak dengan kemasan plastik (PET). Sementara untuk sasaran jangka pendeknya, yaitu menambah mesin produksi untuk minuman yang di kemasan kaca, agar pemasaran di daerah lokal tetap terjaga.
4) Bagaimana pengimplementasian strategi dalam mempertahankan strategi tadi di PT. Pabrik Es Siantar Siantar?
Jawab:
Itulah rencana untuk tetap melakukan investasi botol, karena botol adalah aset yang paling berharga agar minuman tetap bisa diproduksi untuk kemudian dipasarkan minuman Cap Badak ini. Jadi investasi botol itu dua kali setahun, yaitu pada Januari dan Juni setiap tahunnya.
5) Bagaimana bentuk investasi botol tersebut dan bagaimana caranya?
Jawab:
Investasi botol itu artinya kami tetap order dengan melakukan PO (Purchase Order) ke pabrik yang dahulu bernama PT. Iglas Surabaya untuk tetap mensuplai botol ke pabrik. Karena ancaman yang terbesar di perusahaan minuman botol ini adalah ketika botolnya hilang, pecah. Maka jika botolnya
semakin berkurang, maka botol untuk memproduksi minuman pun semakin berkurang.
6) Apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi PT. Pabrik Es Siantar dalam menjalankan strategi perusahaan?
Jawab:
Hambatan yang utama adalah mesin yang dipakai sekarang adalah mesin yang masih merupakan peninggalan pendiri awalnya yang berkebangsaan Swiss tersebut, artinya mesin masih belum modern, atau konvensional. Jadi diatasi atau diberi solusi dengan cara akan membuat mesin yang mempunyai kapasitas modern.
7) Apa strategi yang diterapkan PT. Pabrik Es Siantar sebelum strategi yang dipakai pada saat ini?
Jawab:
Strateginya di bagian pemasaran yang dahulu adalah hanya mampu memproduksi khusus untuk Sumatera Utara dan di tahun 80-an melakukan promosi baik di radio, media cetak, dan produksi melalui baliho/banner.
8) Bagaimana kinerja masa lalu PT. Pabrik Es Siantar hingga bisa berada di tahap sekarang ini?
Jawab:
Jadi, Cap Badak ini dahulunya merupakan raja minuman di tahun 60-an sejak dia berpindah dari kepemilikan orang Swiss ke pribumi. Kepemilikannya menjadi milik Bapak Julianus Hutabarat. Tahun 60-an sampai tahun 80-an, minuman Cap Badak ini adalah rajanya di pemasaran minuman. Namun sejak tahun 90-an, Coca-Cola melakukan promosi besar-besaran hingga tahun
2000-an y2000-ang mengakibatk2000-an omzet PT. Pabrik Es Si2000-antar ini menurun. Namun, di era tahun 2000-an hingga sekarang, kembali lagi minuman Cap Badak ini menjadi ‘raja di kolam kecil’, artinya, kenapa minuman ini bisa kembali menjadi raja—disebabkan sekarang ini prinsipnya adalah ‘kesehatan itu lebih penting dari segalanya’. Setelah ada beberapa masyarakat yang mulai mengerti mengenai kesehatan, melakukan penelitian-penelitian ke minuman Coca-Cola tadi, ditemui bahwa minuman Coca-Cola itu memiliki bahan-bahan yang persentase bahan kimianya lebih banyak dibandingkan dengan minuman Cap Badak. Jadi, lebih banyaklah isu-isu yang timbul yang menyebabkan penyakit oleh minuman Coca-Cola, dan diselidiki bahwa minuman Cap Badak tidak banyak mengandung risiko jika diminum, karena bahan bakunya banyak yang masih alami. Jadi masyarakatpun lebih percaya meminum Cap Badak ketimbang Coca-Cola sehingga pasarnyapun semakin meningkat lagi.
9) Berdasarkan sejarah, PT. Pabrik Es Siantar dahulu memiliki 8 varian rasa yang diproduksi untuk jenis minuman. Mengapa sekarang ini hanya ada 2 varian rasa saja?
Jawab:
Dahulu memang ada 8 varian. Penyebabnya adalah karena perkembangan zaman dan selera konsumen. Semua varian rasa itu tereliminasi karena perkembangan zaman. Jadi masyarakat lebih memilih ke Soda Water dan Sarsaparilla. Semua itu disebabkan oleh selera masyarakat yang memilih, dan inilah selera yang mereka pilih dalam perkembangan zaman.
10) Apakah rasa minuman Cap Badak ini merupakan rasa yang khas sejak dulu tanpa pernah diubah-ubah?
Jawab:
Ya. Tetap. Rasa tetap kita jaga dan pertahankan.
11) Mengapa produk es batangan yang diproduksi oleh PT. Pabrik Es Siantar tidak tersedia dalam bentuk es Kristal seperti yang sekarang sedang popular di pasaran?
Jawab:
Itu adalah keputusan dari manajemen, yaitu direktur/direksi. Memang kami sebagai pengurus perusahaan ini sudah pernah mengusulkan kepada pihak direktur agar dibuat produk es Kristal. Namun ternyata pihak manajemen melakukan perhitungan terhadap omzet dan melakukan perbandingan. Dan ditemui bahwa omzet dari es batangan ini lebih besar daripada es Kristal.
Operasional pembuatan es Kristal ini lebih besar dan untungnya sedikit. Jadi daripada mengurus ini, usulan itu ditiadakan untuk saat ini.
12) Mengapa PT. Pabrik Es Siantar tidak menciptakan minuman Cap Badak dalam kemasan kaleng maupun botol plastik?
Jawab:
Itu akan kami buat dalam tahun ini, karena sejak tahun 2012, semakin bangkitlah minuman Cap Badak ini, puncaknya di tahun 2018. Banyak yang di luar Sumatera, contohnya yang di Kalimantan, Jawa, Bali, dan Papua memesan minuman Cap Badak. Setelah ada pesanan dari luar daerah Sumatera, maka direktur/direksi memutuskan untuk membuat minuman PET terlebih dahulu.
Alasan belum dibuat minuman dalam kemasan PET pada tahun 2000-an yaitu karena memang pasar minuman Cap Badak ini masih khusus Sumatera saja, apalagi Sumatera Utara. Karena penjualan memuncak sekarang ini, direksi
memutuskan untuk merencanakan membuat minuman dengan kemasan plastik terlebih dahulu. Selanjutnya nanti akan dibuat dengan kemasan kaleng.
13) Apa hal-hal yang menjadi kekuatan PT. Pabrik Es Siantar?
Jawab:
Ini adalah visi dari pendiri perusahaan ini, Alm. Bapak Heinrich Surbeck. Dia tidak mau mendirikan pabrik ini apabila mata airnya tidak bersih. Disini airnya bisa langsung diminum tanpa menyebabkan sakit perut atau menyebabkan penyakit lain, dia tidak mau hal itu, haruslah minuman yang bersih. Kedua, punya sumber energi yang abadi, yaitu turbin, pembangkit listrik. Hal ini lah yang membuat dia mau bekerja sama dengan VOC. VOC menginginkan berdirinya pabrik disini disebabkan karena mereka ingin meminum Cap Badak.
Dibawalah bapak Heinrich Surbeck ini ke Sumatera. Beliau mulai menyelidiki dari Belawan. Disana airnya terasa kurang pas dan tidak bisa dipasang turbin untuk daerah Belawan. Sampai beliau ke Deli Serdang, airnya juga tidak bersih karena ketika diminum mengakibatkan sakit perut. Di Tebing juga seperti itu.
Hingga akhirnya beliau ke daerah Simalungun, lalu pergi ke daerah Pematang, disini banyak mata airnya, dan juga ada sungai besar yang cocok untuk memasang turbin. Dia juga menemukan mata air, dan ketika diminum, airnya tidak menimbulkan sakit perut, dan dia merasa lokasi ini bisa dijadikan tempat pembangunan pabrik. Jadi pabrik ini bisa terus bertahan karena mempunyai sumber mata air yang bersih, yang hidup terus menerus, kemudian mempunyai tenaga pembangkit listrik sendiri sebagai sumber energi listrik.
14) Apa hal-hal yang menjadi kelemahan PT. Pabrik Es Siantar?
Jawab:
Kelemahannya yaitu belum adanya niat dari pihak manajemen untuk meregenerasi mesin-mesin peninggalan dari pendiri semula, bapak Heinrich Surbeck.
15) Apa hal-hal yang menjadi peluang PT. Pabrik Es Siantar?
Jawab:
Peluangnya yaitu pabrik ini sangat besar sekali karena dari masyarakat-masyarakat dari luar Sumatera berdatangan ke PT. Pabrik Es Siantar ini meminta agar minuman Cap Badak ini dipasarkan di daerahnya, contohnya Kalimantan, Jawa dan Papua. Itulah peluang pemasarannya. Kalau kami bisa suplai ini, maka kami bukanlah perusahaan lokal lagi, tetapi sudah menjadi multinasional.
16) Apa hal-hal yang menjadi ancaman PT. Pabrik Es Siantar?
Jawab:
Perusahaan ini kan sebenarnya adalah perusahaan dengan manajemen keluarga.
Terkadang keluarga ini bisa saja tidak satu hati, terkadang bisa bentrok. Itulah ancaman terbesar yang saya lihat untuk saat ini. Kalau ancaman dari luar saya lihat sudah tidak ada lagi meskipun Coca-Cola memiliki promosi yang besar-besaran. Tapi masyarakat kan sudah bisa menilai mana yang lebih cocok untuk diminum.
17) Apa permasalahan terkini yang sedang dihadapi oleh PT. Pabrik Es Siantar?
Jawab:
Karena Cap Badak ini kemasannya botol kaca, dan kita pasarkan ke luar pulau Sumatera, banyak yang dari Jawa, Papua, maupun Bali mencaplok pasarnya disini. Contohnya dari Pematangsiantar atau Medan mengambil dari sini dan
mengatakan akan menjual ke Lampung, ke Bengkulu, atau ke Pekanbaru, ternyata dibawa ke Jawa. Sampai di Jawa, dijual dan botolnya tidak kembali.
Karena botolnya banyak di pulau Jawa dan tidak kembali, akhirnya kami jadi memproduksi sedikit. Kami juga bertanya kemana botol-botol tersebut, mengaku bahwa botolnya dibawa ke Jawa dan mengatakan akan segera mengembalikannya. Pengiriman dari Jawa ke Sumatera tersebut memakan waktu yang lama, sehingga menghambat dan membuat produksi menjadi sedikit.
18) Berdasarkan 3 produk yang diproduksi yaitu Sarsaparilla, Soda Water dan es batangan, manakah produk yang lebih diprioritaskan karena paling menguntungkan bagi perusahaan?
Jawab:
Sarsaparilla. Karena rasanya sangat enak sekali, dan Sarsaparilla yang menjadi nomor satu.
19) Mengapa PT. Pabrik Es Siantar tidak melakukan promosi sebagai salah satu kegiatan pemasaran yang dapat meningkatkan pangsa pasar?
Jawab:
Pada tahun 80-90an, Alm. Bapak Julianus Hutabarat telah melakukan promosi.
Ketika sudah berada di tangan direktur yang sekarang yaitu anak beliau sebagai penerus, tidak melanjutkan promosi lagi. Itu adalah suatu kebijakan dari pemilik untuk tidak melakukan promosi untuk saat ini.
20) Belakangan ini atau untuk saat ini, pernahkah ada ide untuk melakukan promosi?
Jawab:
Kami selaku staf atau pengurus selalu membujuk owner untuk melakukan promosi, namun owner mengatakan bahwa tanpa promosipun banyak orang yang datang kemari untuk memesan, apalagi kalau promosi, tentu nantinya akan banyak permintaan, sementara kapasitas mesin kami masih kapasitas yang lama, masih di bawah standar. Karena dulu kapasitas mesin-mesin ini diciptakan Alm. Bapak Heinrich Surbeck hanya untuk produksi skala Sumatera Utara saja. Namun sekarang, seluruh Sumatera sudah memesan kemari, ditambah lagi Jawa. Sudah tidak sanggup lagi. Bahkan kami buat dua shift tetap tidak sanggup lagi untuk melayaninya. Jadi tunggu saja jika mesinnya di recovery semua, ketika sudah besar, barulah kami akan melakukan promosi, begitu yang diungkapkan owner.
21) Bagaimana cara PT. Pabrik Es Siantar mempertahankan pangsa pasar yang ada pada saat ini?
Jawab:
Dalam sistem pemasarannya kan ada sistem distributor, ada sistem yang langsung ke outlet-outlet, grosir atau pembeli, jadi diciptakanlah sistem kekeluargaan kepada konsumen, itu berupa arah hubungan komunikasi via telepon, selalu mendekatkan diri kepada konsumen melalui salesman.
22) Perkembangan teknologi seperti informasi, komunikasi, bahkan transportasi pada saat ini cukup pesat. Apakah PT. Pabrik Es Siantar sudah memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut?
Jawab:
Sudah. Jadi kami sudah memakai internet oleh salesman sendiri untuk mengupayakan agar omzetnya naik. Mereka memasukkannya ke sosial media, internet dan aplikasi-aplikasi online lainnya.
23) Siapa sajakah yang menjadi pesaing dari PT. Pabrik Es Siantar?
Jawab:
Kami tetap menganggap pesaing kami adalah dari Coca-Cola dan Sosro. Karena tahun 80an, Sosro dan Coca-Cola belum ada. Namun sejak tahun 90an mereka muncul dengan melakukan promosi besar-besaran, sehingga pangsa pasar Cap Badak ini berkurang, diambil oleh mereka sebagian.
24) Bagaimana pertimbangan PT. Pabrik Es Siantar dalam menetapkan harga produk?
Jawab:
Pertama, pertimbangannya adalah minuman ini merupakan jenis minuman yang berasal dari Eropa, Swiss. Jadi agar bisa mempunyai minuman yang berkelas, maka harganya ditetapkan setara dengan Coca-Cola supaya minuman ini tetap berkelas.
25) Apakah penetapan harga produk tersebut didasari dengan memperhatikan biaya produksi atau dengan mengikuti harga pasar yang berlaku secara umum?
Jawab:
Pertama didasari oleh perkembangan harga pokok produksi. Apabila harga produksi naik, maka kami akan naikkan juga harganya. Ditambah dengan perkembangan pasar dan bagaimana harga produk dipasar.
26) Apakah PT. Pabrik Es Siantar melakukan pengawasan terhadap kinerja karyawan?
Jawab:
Pasti melakukan.
27) Bagaimana cara pengawasan yang dilakukan?
Jawab:
Pertama, kita buat pegawai yang menangani SDM, dari disiplinnya masuk kerja, kemudian memperhatikan apakah pegawai pulang atau keluar pada jam istirahat, kita perhatikan juga jam kerjanya. Kemudian, kami buat tenaga mandor produksi disitu untuk memperhatikan kinerja anak buahnya di bagian produksi. Jika ada yang bermain-main, kita akan lakukan warning. Namun jika ada yang berprestasi dan kinerjanya bagus, akan kita hargai dengan peningkatan gaji yang lebih tinggi daripada yang lainnya.
28) Apakah masyarakat setempat mendukung perusahaan atau pernah melakukan komplain terhadap PT. Pabrik Es Siantar?
Jawab:
Belum pernah komplain. Kalau kami lihat, masyarakat di Pematang ini mendukung.
29) Siapa saja yang menjadi pelanggan tetap produk Cap Badak?
Jawab:
Pertama dari konsumen di Pematang Siantar, Medan, dan seluruh Sumatera Utara. Termasuk yang sudah ada di Sumatera dan sekarang sudah ada juga di Jawa dan Bali.
30) Mengapa produk Cap Badak tidak dapat ditemukan di semua tempat, tidak tersedia di supermarket, minimarket, swalayan, namun justru ada di café-café, rumah makan tradisional Tionghoa dan Batak, dan di warung-warung?
Jawab:
Ada kebijakan dari mereka. Kami juga pernah mencoba lobby kesana. Kemasan botol itu kan agak ribet, rentan pecah, dan konsumen juga membawanya akan berat. Jadi itu sudah menjadi kebijakan mereka untuk menolak kemasan botol
Ada kebijakan dari mereka. Kami juga pernah mencoba lobby kesana. Kemasan botol itu kan agak ribet, rentan pecah, dan konsumen juga membawanya akan berat. Jadi itu sudah menjadi kebijakan mereka untuk menolak kemasan botol