BAB III METODE PENELITIAN
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Nazir (2011: 174), pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data.
Untuk memperoleh data yang valid, maka penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut:
a. Wawancara
Menurut Nazir (2011: 193), wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Menurut Cooper dan Schindler (2011: 180), berdasarkan tingkatan struktur, wawancara terdiri dari:
1) Wawancara terstruktur (structured interview): yaitu wawancara yang menggunakan panduan wawancara terperinci yang hampir sama dengan kuesioner yang digunakan untuk memandu urutan pertanyaan dan cara spesifik dalam memberikan pertanyaan namun secara umum pertanyaannya masih bersifat terbuka.
2) Wawancara semi terstruktur (semistructured interview): yaitu wawancara yang pada umumnya dimulai dengan beberapa pertanyaan spesifik dan kemudian mengalir mengikuti persoalan individu terkait apa yang mereka pikirkan dengan penyelidikan wawancara.
3) Wawancara tidak terstruktur (unstructured interview): yaitu wawancara yang tidak ada pertanyaan atau urutan topik tertentu untuk didiskusikan, dengan setiap wawancara disesuaikan dengan partisipan; umumnya dimulai dengan narasi dari partisipan.
Menurut Cooper dan Schindler (2017: 179), berdasarkan jumlah orang yang terlibat dalam wawancara berlangsung, wawancara terdiri dari Individual-depth
Interview (IDI) dan wawancara kelompok. Berikut adalah tabel perbandingan antara individual-depth interview dengan wawancara kelompok.
Tabel 3.2
Perbandingan Individual Depth Interview dan Wawancara Kelompok Wawancara Individu Wawancara Kelompok Tujuan Penelitian
a. Mengeksplorasi kehidupan indi-vidu secara mendalam
b. Membuat histori kasus melalui pengulangan wawancara dari waktu ke waktu
c. Menguji sebuah survei
Tujuan Penelitian
a. Mengarahkan peneliti ke dalam bidang pertanyaan dan bahasa dari bidang tersebut.
b. Mengeksplorasi tingkat dari sikap, opini, dan perilaku
c. Mengobservasi proses dari kon-sensus dan pertentangan
d. Menambahkan rincian kon-tekstual untuk temuan kuantitatif Topik Perhatian
a. Pengalaman, pilihan, serta bio-grafi dari seseorang secara terpe-rinci
b. Persoalan sensitif yang mungkin menimbulkan keresahan
Topik Perhatian
a. Persoalan dari kepentingan publik atau perhatian umum
b. Persoalan di mana hanya sebagian kecil yang diketahui atau persoalan sifat hipotesis
Partisipan
a. Partisipan yang memiliki waktu terbatas atau sulit untuk dida-patkan (partisipan yang terke-muka atau yang memiliki status tinggi)
b. Partisipan dengan kemampuan bahasa yang cukup (seperti, orang yang lebih tua dari yang berumur sama yang dapat menimbulkan konflik atau ketidaknyamanan b. Partisipan yang dapat
menge-mukakan pendapatnya dari ide-ide yang mereka miliki
c. Partisipan yang menawarkan ti-ngkat posisi persoalan
Sumber: Manajemen Strategik Edisi 15 (Fred R. David & Forest R. David, 2017) Berdasarkan pemaparan dari tabel diatas, wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara semiterstruktur (semistructrured interview). Menurut Sugiyono (2014: 413), jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori individual-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur (structured interview). Tujuan dari wawancara jenis ini
diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
b. Observasi
Menurut Kaelan (2012: 101), observasi adalah suatu pengamatan terhadap objek yang diteliti baik secara langsung maupun secara tidak langsung, untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Cooper dan Schindler (2017: 207) mengungkapkan bahwa observasi dapat dibedakan berdasarkan kelangsungannya, yaitu:
1) Observasi Langsung (direct observation): terjadi ketika secara fisik pengamat hadir dan secara personal memonitor suatu kejadian. Pendekatan ini sangat fleksibel karena memperbolehkan pengamat untuk memberikan reaksi dan melaporkan aspek yang tidak terlihat dari kejadian dan perilaku ketika hal tersebut berlangsung. Pengamat juga bebas untuk berpindah tempat, mengubah fokus observasi, atau memutuskan perhatian pada kejadian yang tidak direncanakan jika hal itu terjadi.
2) Observasi Tidak Langsung (indirect observation): terjadi ketika pencatatan dilakukan dengan metode mekanis, gambar, atau elektronik. Observasi ini kurang fleksibel bila dibandingkan dengan observasi langsung, tetapi observasi tidak langsung tidak bias dan lebih teratur dalam hal keakuratannya.
Sugiyono (2014: 403) mengklasifikasikan observasi menjadi tiga, yaitu:
1) Observasi partisipatif: peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh
sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
2) Observasi terus terang atau tersamar: peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentanf aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
3) Observasi tak berstruktur: penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur, karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu pasti apa yang akan diamati. Peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Berdasarkan penjelasan di atas, pengamatan (observasi) dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi jenis terus terang atau tersamar dan dilakukan dengan cara observasi langsung, dimana menurut Nazir (2011: 175), cara pengambilan data dalam observasi langsung dilakukan dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal, perilaku, pertumbuhan,
dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Selain itu, pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
c. Dokumen
Menurut Sugiyono (2014: 422), dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumen dalam bentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, dalam penelitian ini, dokumen diperlukan karena hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau disertai dengan dokumentasi. Sugiyono (2014: 422) mengungkapkan studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.