• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SUBSEKTOR PERTANIAN UNGGULAN PROVINSI BALI Abdillah Nurul Husnaa 1) , Masyhuri 1) , Dwidjono Hadidarwanto 1)

Kebijakan Pengembangan Agribisnis

ANALISIS SUBSEKTOR PERTANIAN UNGGULAN PROVINSI BALI Abdillah Nurul Husnaa 1) , Masyhuri 1) , Dwidjono Hadidarwanto 1)

1)

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) trend pertumbuhan subsektor pertanian, (2) subsektor pertanian unggulan, dan (3) mengetahui daya saing subsektor pertanian di Provinsi Bali. Sektor pertanian di Provinsi Bali mengalami pergeseran akibat berkembangnya sektor pariwisata. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali semakin meningkat namun kontribusinya semakin menurun. Adapun subsektor pertanian di Provinsi Bali adalah subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, dan perikanan. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah PDRB Provinsi Bali dan PDB Indonesia atas dasar harga konstan tahun 2000 dengan kurun waktu dari tahun 2000 sampai 2013. Metode analisis yang digunakan adalah trend linear, Location Quotient (LQ), dan Shift Share. Berdasarkan hasil analisis, seluruh subsektor pertanian di Provinsi Bali mengalami pertumbuhan dengan trend positif mengikuti trend linear. Subsektor perikanan merupakan satu-satunya subsektor yang memberikan kontribusi yang terus meningkat mengikuti trend linear. Subsektor unggulan berdasarkan analisis LQ adalah subsektor tanaman bahan makanan, peternakan dan hasil-hasilnya, dan perikanan. Analisis Shift Share menunjukkan bahwa seluruh subsektor pertanian di Provinsi Bali kecuali subsektor tanaman bahan makanan memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan dengan subsektor yang sama secara Nasional. Berdasarkan konsistensi hasil analisis, subsektor perikanan merupakan subsektor pertanian unggulan yang perlu dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Bali untuk mendukung pertumbuhan perekonomian Provinsi Bali.

kata kunci:trendpositif, sektor unggulan, daya saing, pertumbuhan ekonomi

1. PENDAHULUAN

Menurut Todaro dan Smith (2011), dalam pembangunan ekonomi secara tradisional, peranan pertanian hanya dianggap pasif dan sebagai unsur penunjang. Peran utama pertanian hanya sebagai penyedia tenaga kerja dan bahan- bahan pangan yang murah dalam jumlah yang cukup untuk ekonomi industri yang sedang berkembang, yang dinobatkan sebagai “sektor unggulan” dinamis dalam strategi pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Dewasa ini, kebanyakan ekonom pembangunan berpendapat bahwa sektor pertanian tidak lagi memainkan peranan pasif dan pendukung belaka dalam proses pembangunan ekonomi, justru perekonomian pedesaan pada umumnya dan sektor pertanian khususnya harus

memainkan peranan penting dalam strategi pembangunan ekonomi apapun, terutama bagi negara-negara berkembang berpen- dapatan rendah.

Menurut Sukirno (1981), suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan apabila tingkat kegiatan ekonomi adalah lebih tinggi daripada yang dicapai pada masa sebelumnya. Oleh sebab itu, untuk Meneg- tahui apakah suatu perekonomian Menag- lami pembangunan, perlu ditentukan peru- bahan yang sebenarnya berlaku dalam kegiatan perekonomian dari tahun ke tahun. Hal ini dilakukan dengan menghitung pendapatan nasional menurut harga tetap. Pendapatan nasional di sini mengacu pada nilai produk domestik bruto secara nasional,

atau nilai produk domestik regional bruto pada suatu daerah tertentu.

Perekonomian suatu daerah dibagi atas dua sektor utama, yaitu sektor unggulan dan sektor non unggulan. Sektor unggulan merupakan sektor utama yang menjadi tumpuan perekonomian daerah karena memiliki keunggulan kompetitif yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non unggulan adalah sektor- sektor lain yang kurang potensial namun tetap berfungsi sebagai penunjang sektor unggulan (Sjafrizal, 2008).

Menurut Tarigan (2007), kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki keunggulan dan kelemahan di wilayahnya menjadi semakin penting setelah adanya otonomi daerah. Adanya otonomi daerah membebaskan masing- masing daerah dalam menetapkan sektor/

komoditi yang diprioritaskan

pengembangannya. Sektor yang memiliki keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor- sektor lain untuk berkembang.

2. METODE PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut adalah data Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali atas dasar harga konstan 2000 berdasarkan lapangan usaha tahun 2000-2013 sebagai data daerah yang akan dianalisis. Penelitian ini juga menggunakan data Produk Domestik Bruto atas dasar

harga konstan 2000 berdasarkan lapangan usaha tahun 2000-2013 yang dijadikan sebagai data daerah acuan. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis trend, location quotient (LQ), dynamic location quotient (DLQ), dan shift share.

a. AnalisisTrend

Kontribusi suatu sektor terhadap pertumbuhan PDRB dapat diketahui dengan menggunakan analisis regresi, yaitu dengan melihat trend yang ditunjukkan dari hasil analisis regresi. Adapun persamaan regresi ditunjukkan pada persmaan berikut sesuai dengan teori menurut Supranto (2000). Y=α+βX

Keterangan:

Y = nilai yang diukur pada variabel tak bebas α = nilai Y apabila X bernilai 0

β = kemiringan garis regresi

X = nilai tertentu dari variabel bebas

b. Location Quotient (LQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ)

Location quotient atau disingkat LQ menurut Tarigan (2007) adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional.

Location quotient dirumuskan pada persamaan berikut:

LQ= xi/PDRB Xi/PNB Keterangan:

xi = PDRB sektor i di Provinsi Bali PDRB = PDRB Provinsi Bali

Xi = PDRB sektor i nasional

PNB = Produk Nasional Bruto atau PDB Hasil perhitungan nilai LQ dibagi kedalam tiga kriteria sebagai berikut ini: a. Apabila LQ > 1, artinya sektor tersebut

merupakan sektor unggulan.

b. Apabila LQ < 1, artinya sektor i tersebut merupakan sektor non unggulan.

c. Apabila LQ = 1, artinya peran sektor i di Provinsi Bali sama dengan sektor yang sama pada tingkat nasional.

Analisis dynamic location quotient (DLQ) digunakan untuk mengetahui apakah suatu sektor berpotensi menjadi sektor unggulan di masa yang akan datang (Widodo, 2006). Formula yang digunakan untuk menghitung DLQ ditunjukkan pada persamaan berikut sesuai dengan teori Muta’ali (2015).

DLQ=(1+gij) (1+gj) (1+Gi)/(1+G) Keterangan:

G = rata-rata laju pertumbuhan PDB Nasional

gj= rata-rata laju pertumbuhan PDRB di

Provinsi Bali

Gi= rata-rata laju pertumbuhan sektor i

Nasional

gij= rata-rata laju pertumbuhan sektor di

Provinsi Bali

c.AnalisisShift Share

Analisis shift share menurut Widodo (2006) adalah salah satu teknik kuantitatif yang biasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif.

a. Dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah Dij= Nij+ Mij+ Cijatau Dij= Eij*- Eij

b. Pengaruh Pertumbuhan ekonomi referensi (national growth effect)

Nij= Eijx rn

c. Pergeseran proporsional (proportional shift) atau pengaruh bauran industry Mij= Eij(rin– rn)

d. Pengaruh keunggulan kompetitif (differential shift)

Cij= Eij (rij– rin)

Keterangan:

Eij = PDRB sektor i di Provinsi Bali pada

tahun awal analisis

Ein= PDB Sektor i Nasional pada tahun awal

analisis

rij = laju pertumbuhan sektor i di daerah j

rin = laju pertumbuhan sektor i nasional

rn = laju pertumbuhan ekonomi nasional

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Subsektor perikanan Provinsi Bali merupakan satu-satunya subsektor yang mengalami pertumbuhan PDRB dan mengalami pertumbuhan kontribusi yang positif selama tahun 2000-2013. Selama periode pengamatan tahun 2000-2013, pertumbuhan PDRB subsektor perikanan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan PDRB subsektor perikanan cenderung stabil dan tidak mengalami fluktuasi. Subsektor perikanan merupakan subsektor ketiga setelah subsektor tanaman bahan makanan serta subsektor peternakan dan hasil-hasilnya yang berperan terhadap pertumbuhan PDRB sektor pertanian. Trend

pertumbuhan PDRB subsektor perikanan ditunjukkan oleh Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Pertumbuhan PDRB Subsektor Perikanan Provinsi Bali

Gambar 2.2 Kontribusi Subsektor Perikanan Provinsi Bali Kontribusi subsektor perikanan

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun selama periode pengamatan tahun 2000- 2013. Subsektor perikanan juga mengalami peningkatan kontribusi subsektor terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Bali. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja subsektor perikanan sangat baik karena peningkatan terjadi pada pertumbuhan nilai PDRB dan nilai kontribusi PDRB. Sektor pertanian didukung oleh lima subsektor yang turut berperan dalam perekonomian Provinsi Bali. Adapun subsektor pada sektor pertanian adalah subsektor tanaman bahan makanan,

subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan dan hasil-hasilnya, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Sub sekor pertanian unggulan yang dapat

dikembangkan untuk mendukung

pertumbuhan perekonomian Provinsi Bali dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Berdasarkan tabel 2.1 dapat diketahui bahwa terdapat tiga subsektor unggulan yang dapat dikembangkan. Adapun ketiga subsektor tersebut adalah subsektor tana- man bahan makanan, subsektor peternakan dan hasil-hasilnya, serta subsektor per- ikanan. Subsektor peternakan dan hasil-

y = 63.319x - 126063 R² = 0.9037 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 P D RB S u b se k to r P eri k an an P ro v in si Ba li (m il ia r ru p ia h ) Tahun PDRB Subsektor Perikanan Provinsi Bali Trend linear PDRB subsektor perikanan Provinsi Bali y = 0.559x - 1101.59 R² = 0.638 13.00 14.50 16.00 17.50 19.00 20.50 22.00 K o n tr ib u s i s u b s e k to r p e ri k a n a n (p e rs e n ) Tahun kontribusi subsektor perikanan terhadap PDRB sektor pertanian Trend linear kontribusi subsektor perikanan terhadap PDRB sektor pertanian

hasilnya merupakan sektor unggulan utama dengan nilai rerata LQ 1,96. Sektor kedua adalah sektor perikanan dengan nilai LQ 1,22 dan sektor ketiga adalah sektor tanaman bahan makanan dengan nilai LQ 1,03. Sedangkan subsektor tanaman

perkebunan dan kehutanan bukan merupakan subsektor unggulan. Rendahnya nilai produksi pada subsektor tanaman perkebunan dan kehutanan menyebabkan kontribusi yang rendah terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali.

Tabel 2.1 Hasil Analisis Subsektor Pertanian Unggulan Provinsi Bali

Subsektor LQ DLQ Analisis Gabungan

Tanaman Bahan Makanan 1,03* 0,994 unggulan, tidak prospektif

Tanaman Perkebunan 0,30 0,996 non unggulan, tidak prospektif

Peternakan dan Hasil-Hasilnya 1,96* 0,996 unggulan, tidak prospektif

Kehutanan 0,01 1,058* non unggulan, prospektif

Perikanan 1,22* 1,010* unggulan, prospektif

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2016

Hasil analisis shift share subsektor pertanian pada Tabel 2.2 menunjukkan nilai Nij yang positif pada seluruh subsektor artinya perubahan PDRB subsektor di Provinsi Bali disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi nasional. Nilai Mij yang positif pada subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan dan hasil-hasilnya, serta subsektor perikanan menunjukkan bahwa sektor tersebut mengalami pertumbuhan yang cepat. positif. Sesuai dengan analisis gabungan LQ.

Hampir seluruh subsektor pertanian di Provinsi Bali memiliki daya saing karena memiliki keunggulan kompetitif kecuali

subsektor tanaman bahan makanan. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai Cij pada subsektor tanaman bahan makanan bernilai negatif, sedangkan pada subsektor yang lain memiliki nilai Cij yang positif. Sesuai dengan analisis gabungan LQ dan DLQ bahwa subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang tidak prospektif sedangkan subsektor yang lain yaitu subsektor perkebunan, subsektor peternakan dan hasil-hasilnya, subsektor kehutanan, serta subsektor perikanan merupakan sektor yang prospektif karena memiliki keunggulan kompetitif.

Tabel 2.2 Hasil Analisis Daya Saing Subsektor Pertanian ProvinsiBali

Subsektor Nij Mij Cij Dij

Tanaman Bahan Makanan 1.182,09 -260,69 -91,68 829,72

Tanaman Perkebunan 97,07 19,78 0,83 117,69

Peternakan dan Hasil-Hasilnya 545,95 167,84 2,70 716,50

Kehutanan 0,65 -0,57 1,44 1,52

Perikanan 293,57 239,42 212,78 745,77

Berdasarkan konsistensi hasil analisis, subsektor perikanan merupakan subsektor unggulan yang layak dijadikan sebagai sektor utama dalam pembangunan ekonomi Provinsi Bali. Berdasarkan BPS Provinsi Balib (2015), Bali memiliki potensi sumberdaya besar pada wilayah pesisir dan laut. Bentang pantai yang panjang di Provinsi Bali sangat mendukung pengembangan sektor perikanan laut. Sebanyak 177 desa yang terdapat di Provinsi Bali berbatasan langsung dengan daerah pesisir pantai. Hal tersebut mendukung subsektor perikanan menjadi subsektor yang memiliki pola dan struktur perekonomian yang maju dan cepat tumbuh.

4. KESIMPULAN

a. Subsektor perikanan merupakan satu- satunya subsektor yang memberikan kontribusi yang terus meningkat mengikuti trend linear.

b. Subsektor unggulan berdasarkan analisis LQ adalah subsektor tanaman bahan makanan, peternakan dan hasil- hasilnya, dan perikanan.

c. Analisis Shift Share menunjukkan bahwa seluruh subsektor pertanian di Provinsi Bali kecuali subsektor tanaman bahan makanan memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan dengan subsektor yang sama secara Nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Muta’ali, Lutfi. 2015. Teknik Analisis Regional Untuk Perencanaan Wilayah,

Tata Ruang dan Lingkungan. Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan

Aplikasi. Baduose Media, Padang. Sukirno, Sadono. 1981. Ekonomi

Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan. Borta Gorat, Medan.

Supranto, J. 2000. Statistik: Teori dan Aplikasi. Erlangga, Jakarta.

Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi Aksara, Jakarta.

Todaro, Michael. P dan Stephen C. Smithb. 2011. Economic Development (Pembangunan Ekonomi, alih bahasa: Haris Munandar). Edisi Kesebelas, Jilid 2. Erlangga, Jakarta.

Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

PERAN STAKEHOLDER DAN INSENTIF JAMINAN PENDAPATAN PETANI DALAM