• Tidak ada hasil yang ditemukan

PASAR INTERNAL

EFISIENSI EKONOMI USAHA SAPI PERAH RAKYAT DI KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLAL

3. HASIL DAN PEMBAHASAN a Identitas Responden

Responden diambil untuk penelitian keseluruhan berjumlah 60 peternak yang merupakan anggota kelompok petani ternak di 6 desa terpilih di kecamatan Cepogo, yaitu Cepogo, Gubug, Sukabumi, Genting, Paras dan Sumbung.

Berdasarkan umur responden, sebagian besar berumur 25–65 tahun merupakan usia masih produktif, dan umur > 65 tahun merupakan usia non

produktif yang mempengaruhi

kemampuan hasil kerja diakibatkan keterbatasan kekuatan fisik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hernanto (1989) bahwa umur, pendidikan, keterampilan, faktor alam dan pengalaman dalam melakukan usaha.

Jumlah responden yang tamat SD adalah sebanyak 38 orang (63,33%), tamat SMP sebanyak 17 orang (28,33%), tamat SMA sebanyak 5 orang (8,33%). Berdasarkan komposisi diatas menunjukan tingkat pendidikan yang masih rendah, dan rendahnya pendidikan tersebut mempengaruhi cara berfikir dan dalam kerja meningkatkan usahanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hernanto (1989) yang menatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh pada cara pikir dan daya

serap petani atau peternak terhadap inovasi dan teknologi pertanian. Pengalaman beternak responden sebagian besar antara 11–15 tahun yaitu sebanyak 24 orang (40%), untuk pengalaman antara 1–5 tahun sebanyak 5 orang (8,33%), pengalaman 6 – 10 tahun sebanyak 15 orang (25%) dan yang memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun sebanyak 16 orang (26,67%). Pengalaman beternak ini dapat

memberikan pengetahuan dan

keterampilan dalam mengelola usahanya selain yang diperoleh dari media komunikasi dan penyuluhan. Mata pencaharian utama responden sebanyak 43 orang (71,67%) adalah sebagai petani, wiraswasta sebanyak 9 orang (15,00%), buruh sebanyak 5 orang (8,33%) dan sebagai PNS sebanyak 3 orang (5,00%).

Sedangkan jumlah anggota keluarga responden sebagian besar antara 2 orang sampai 5 orang sebanyak 51 orang (85%), dan yang memiliki anggota keluarga 6-10 orang sebanyak 9 orang (15%). Jumlah anggota keluarga sangat membantu dalam pemeliharaan ternak dan seringkali tidak terhitung peranannya dan nominal uang untuk pembayaran upah kerjanya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi susu

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali tercantum pada

Tabel 1. Hasil analisis menunjukan nilai koefisien determinasi (R2) =0,976, berarti perubahan produksi susu pada usaha sapi perah kelompok tani ternak di Kecamatan Cepogo dijelaskan oleh faktor pakan hijauan, pakan, curahan tenaga kerja, jumlah sapi laktasi dan non laktasi sebesar 97,6%, sedangkan 2,4% dijelaskan faktor lain yang tidak termasuk dalam persamaan regresi.

Tabel 1 Hasil Analisis Regresi Linier

Variabel Koef.

Regresi Sig

Pakan Hijauan (X1) 0,068 0,048*

Pakan Konsentrat (X2) 0,096 0,004*

Curahan Tenaga Kerja (X3) 0,137 0,020*

Jumlah Sapi Laktasi (X4) 0,907 0,000*

Jumlah Sapi Non Laktasi (X5) -0,040 0,196ns

F hitung 440,567 0,000*

R2 0,976

Pengaruh variabel independen secara serempak berpengaruh sangat nyata dengan F hitung sebesar 440,567 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,01).

Berdasarkan Tabel 1, nilai koefisien untuk pakan hijauan adalah 0,068 artinya setiap kenaikan 1% pakan hijauan akan menambah produksi susu sebesar 0,068%, sedangkan signifikansi 0,048 yang menunjukkan pengaruh signifikan terhadap variabel produksi susu (p<0,05).

Nilai koefisien regresi pakan konsentrat adalah 0,096 artinya setiap kenaikan 1% pakan konsentrat akan menambah produksi susu sebesar 0,096%. Nilai signifikansi 0,004 hal ini

menunjukkan pengaruh signifikan terhadap variabel produksi susu (p<0,05).

Nilai koefisien regresi variabel curahan tenaga kerja adalah 0,137 artinya setiap kenaikan 1% curahan tenaga kerja akan menambah produksi susu sebesar 0,137%. Sedangkan nilai signifikansi 0.021 hal ini menunjukkan pengaruh signifikan terhadap produksi susu (p<0,05). Nilai koefisien regresi jumlah sapi perah laktasi adalah 0,907 artinya setiap kenaikan 1% jumlah sapi perah laktasi akan menambah produksi susu sebesar 0,907%. Nilai signifikansi 0.000 hal ini menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi susu (p<0,05). Adanya pengaruh tersebut dikarenakan karena semakin besar jumlah sapi perah laktasi maka produksi susu akan semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan produksi susu rata-rata yang dihasilkan adalah 6368,98 liter/peternak/ tahun atau 2939,53 liter/ekor/tahun atau 9,64 liter/ekor/hari. Mukson et al. (2009) menyatakan bahwa rata-rata produksi susu sapi laktasi jenis PFH di Indonesia mencapai 3.600 liter/ekor/tahun. Hal tersebut dikarenakan rata-rata umur sapi yang dipelihara oleh peternak pada puncak produksi susu.

Nilai koefisien regresi untuk variabel jumlah sapi non laktasi adalah (-0,040) artinya setiap kenaikan 1% jumlah sapi non laktasi, akan mengurangi produksi susu sebesar 0,040%. Nilai signifikansi 0,197 menunjukkan tidak ada pengaruh

jumlah sapi non laktasi terhadap produksi susu (p>0,05).

c. Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Pengujian efisiensi ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan faktor-faktor produksi bila ditinjau dari segi ekonomi sudah mencapai efisien atau belum. Adopsi teknologi berkaitan terutama dengan perilaku petani sebagai pengelola usaha, yaitu faktor internal dan eksternal berupa kondisi sosial, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah anggota keluarga, faktor ekonomi, tingkat pendapatan, dan faktor kelembagaan status pengusahaan lahan.

Meskipun faktor produksi secara teknis telah efisien, tetapi belum tentu akan efisien secara ekonomi, karena ada keterlibatan faktor lain yaitu harga, baik input (faktor produksi) maupun output (produksi). Proses dikatakan efisien secara ekonomis jika memberikan keuntungan pada derajat optimal, yaitu saat nilai produksi marginal sama dengan harga faktor produksi yang digunakan (Soekartawi, 2003). Tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi diketahui dari perhitungan besar PFM (Produk Fisik Marginal), NPM (Nilai Produk Marginal), BKM (Biaya Korbanan Marginal), dan Harga Produk Rata-rata (Py) serta besarnya Produksi Rata-Rata (Y). Produksi Susu Rata-Rata (Y) selama sebulan sebesar 530,75, liter dan Harga

Susu Rata-rata (Py) Rp 3.400, PFM, BKM, NPM, dan hasil perhitungan efisiensi ekonomis.

PFM dari pakan hijauan sebesar 0,03, BKM sebesar 439,96, yang merupakan harga rata-rata pakan hijauan per kgBK. Nilai NPM pakan hijauan lebih kecil daripada BKM pakan hijauan (97,51 <439,96), sehingga diperoleh efisiensi ekonomis 0,222 ini berarti penggunaan faktor produksi pakan hijauan secara ekonomis tidak efisien. Semakin bertambahnya jumlah pakan hijauan yang diberikan maka penggunaan faktor produksi tersebut semakin tidak efisien. Produksi susu setiap peternak rata-rata perbulan (Y) sebanyak 530,75 liter dengan harga susu rata-rata (Py) Rp 3.400 perliter pada biaya pakan hijauan Rp 439,96 per kgBK peternak seharusnya menerapkan salah satu alternatif, perlakuan dan solusi sebagai berikut; 1) mengurangi pemberian pakan dari 1105,15 kgBK menjadi 210,4358 kgBK saja, 2) mengurangi harga hijauan menjadi Rp 104,74 per kgBK tanpa mengurangi pemberian hijauan, 3) mengurangi penggunaan faktor produksi pakan hijauan karena diduga jumlah pemberian masih berlebih, dan 4) kombinasi antar semua alternatif sebagai pilihan.

PFM dari pakan konsentrat sebesar 0,1497, BKM sebesar 3.289,31, yang merupakan harga rata-rata pakan per kilogram. Nilai NPM untuk pakan konsentrat lebih kecil daripada BKM

pakan konsentrat (447,08 < 3.289,31), sehingga efisiensi ekonomis dari hasil perhitungan diperoleh 0,136 ini berarti penggunaan faktor produksi pakan konsentrat secara ekonomi tidak efisien. Biaya pakan konsentrat Rp 3.289,31 per kgBK peternak seharusnya menerapkan salah satu alternatif, perlakuan dan solusi sebagai berikut; 1) mengurangi pemberian pakan dari 340,28 kgBK konsentrat menjadi 37,068 kgBK saja, 2) mengurangi biaya pakan konsentrat menjadi Rp 480,83 per kgBK tanpa mengubah jumlah pemberian pakan konsentrat, atau 3) mengubah komposisi ransum bahan konsentrat yang dinilai terlalu mahal dibandingkan hasil produksi susu yang didapat, 4) kombinasi antar semua alternatif sebagai pilihan.

PFM curahan tenaga kerja sebesar 6,19. Nilai NPM lebih kecil dibandingkan BKM; (18.476,90 >15.475,00), biaya korbanan marjinal sebesar Rp 15.475,- merupakan upah yang berlaku didaerah penelitian, sehingga diperoleh efisiensi ekonomis 1,194 ini berarti penggunaan faktor produksi curahan tenaga kerja secara ekonomi belum efisien. Biaya tenaga kerja Rp 15.475,- per HKP peternak seharusnya menerapkan salah satu alternatif, perlakuan dan solusi sebagai berikut; 1) menambah tenaga kerja dari 11,76 pekerja menjadi 15,28 atau mengurangi 3,52 pekerja luar dengan pekerja dari keluarga sesuai dengan hari kerja setara pria (HKSP) dalam satu bulan, 2) menaikan biaya

tenaga kerja menjadi Rp 19.846,02 tanpa merubah jumlah curahan tenaga kerja.

PFM jumlah sapi laktasi 227,07. BKM sebesar 11.382.500, yang merupakan harga sapi di daerah penelitian. Nilai NPM untuk jumlah sapi laktasi lebih kecil dibanding BKM; (677.981,40 < 11.382.500), sehingga efisiensi ekonomis 0,059 ini berarti penggunaan faktor produksi jumlah sapi laktasi secara ekonomi tidak efisien. Secara ekonomis penggunaan faktor produksi jumlah sapi laktasi sebanyak 2,12 UT, ternyata tidak mempengaruhi harga susu (Rp 3.400/liter).

PFM dari jumlah pemilikan sapi non laktasi sebesar (-9,69). BKM sebesar 11.382.500, merupakan harga sapi di daerah penelitian. Nilai NPM untuk jumlah sapi non laktasi lebih kecil dibanding BKM; {(-28.932,11) < 11.382.500}, sehingga efisiensi ekonomis (-0,0025) artinya penggunaan faktor produksi jumlah sapi non laktasi secara ekonomi tidak efisien. Peternak seharusnya mengurangi pemeliharaan jumlah ternak non laktasi dari 2,19 UT menjadi 0,00427 UT. Hasil perhitungan efisiensi ekonomi tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Perhitungan Efisiensi Ekonomi Var iab el PFM NPM BKM Efisiensi Ekonomis X1 0,03 97,51 439,96 0,222 X2 0,14 447,08 3289,31 0,136 X3 6,19 18476,90 15475,00 1,194 X4 227,07 677981,60 11382500,00 0,059 X5 (-9,69) (-28932,11) 11382500,00 (-0,0025) Keterangan : PFM (produk fisik marginal),

NPM (nilai produk marginal) BKM (biaya korbanan marginal)

4. KESIMPULAN

1. Pakan hijauan, pakan konsentrat, curahan tenaga kerja dan jumlah sapi laktasi berpengaruh terhadap produksi susu, sedangkan jumlah sapi non laktasi tidak berpengaruh terhadap produksi susu.

2. Penggunaan faktor-faktor produksi pada anggota Kelompok Tani Ternak di Kecamatan Cepogo menunjukan faktor produksi pakan hijauan, pakan konsentrat, jumlah sapi laktasi dan jumlah sapi non laktasi tidak efisien terhadap produksi susu sapi perah, sedangkan curahan tenaga kerja belum efisien.

5. DAFTAR PUSTAKA

Setianti, T. Ekowati dan A. Setiadi. 2015. Efisiensi ekonomi usaha sapi perah di Kawasan Usaha Peternakan (Kunak) Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Jurnal Agromedia. Vol. 33. No. 2.

Ghozali, M. 2005. Aplikasi Multivariat Dengan Proram SPSS. Badan Penerbit UNDIP; Semarang.

Hernanto, F. 1989. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya; Jakarta.

Mukson, T. Ekowati, M. Handayani, dan D. W. Harjanti. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha ternak sapi perah rakyat di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Magister Ilmu Ternak. Semarang 20 Mei 2009. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Hal: 25-37.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb Douglass. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Susanto. E Prasetyo dan W. Roessali.

Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Ternak Sapi Perah Di Daerah Pantai Utara Jawa Tengah. Jurnal Sosial Ekonomi Peternakan Vol. 2 No. 1, Januari 2006.

ANALISIS DAYA SAING DAN SENSITIVITAS USAHATANI KEDELAI