• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

3.3 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menggambarkan kondisi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Donggala yang meliputi aspek produksi, pemasaran, pengolahan, dan kelembagaan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor strategis dan pengaruhnya terhadap usaha pengembangan hutan rakyat, selain itu untuk mengetahui peran pemerintah dalam usaha tersebut di atas yang meliputi keempat aspek tesebut di atas

Melalui analisis ini dapat diserap informasi mengenai pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap pengembangan hutan rakyat, peran serta masyarakat, pemerintah dan lembaga lainnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan serta pengendalian usaha pengembangan hutan rakyat. Selanjutnya analisis kuantitatif digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel yang meliputi aspek produksi dan pemasaran. Pada aspek produksi, analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui struktur tegakan dan potensi tegakan. Analisis struktur tegakan dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang dikembangkan oleh Davis et al. (2001), yaitu:

Keterangan :

= Rata-rata pohon dalam kelas diameter ke- i : 1, 2, 3, 4

N = Total pohon

∑ = Jumlah

Selanjutnya analisis potensi tegakan, menggunakan pendekatan yang dikembangkan oleh Jariyah et al. (2001), yaitu:

Pada aspek pemasaran, dilakukan analisis kuantitatif untuk mengetahui margin pemasaran dan margin keuntungan. Menurut Mubyarto dalam Setianingsih (2007) bahwa terdapat beberapa instrumen yang lazim digunakan untuk mengukur efisiensi suatu tata niaga, yaitu: margin pemasaran (marketing margin) dan margin keuntungan (profit margin). Analisis margin pemasaran dilakukan untuk mengetahui selisih harga produk di tingkat konsumen dengan harga produk di tingkat petani hutan rakyat atau penjumlahan biaya pada tiap lembaga pemasaran dengan keuntungan masing-masing dengan menggunakan pendekatan yang dikembangkan oleh Tomeck dan Robinson (1990), yaitu:

MP = Pr – Pf atau MP = ∑ bi + ∑ ki

Keterangan:

MP : Margin pemasarn

Pr : Harga di tingkat konsumen Pf : Harga di tingkat produsen

bi : Biaya pada tiap lembaga pemasaran ki : Keuntungan pada tiap lembaga pemasaran

Selanjutnya analisis margin keuntungan merupakan selisih harga yang dibayarkan konsumen (rata-rata) dengan biaya pemasaran. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang dikembangkan oleh (Sudiyono 2001; Setyaningsih 2007), yaitu:

MKi = Harga jual – (∑ harga beli + biaya)

Keterangan:

Mki : Margin keuntungan

Pada aspek produksi variabel-variabel yang dianalisis terdiri dari struktur tegakan, potensi produksi, dan upaya pengembangan hutan rakyat jati di Kabupaten Donggala. Selanjutnya pada aspek pengolahan variabel-variabel yang dianalisis terdiri atas keadaan industri pengolahan kayu rakyat, tingkat persediaan bahan baku, produk dan konsumen kayu rakyat. Pada aspek Kelembagaan variabel-variabel yang dianalisis meliputi lembaga pengurusan sumberdaya, lembaga usaha dan peran pemerintah dalam pembangunan hutan rakyat.

Variabel-variabel yang dianalisis terkait aspek produksi, pengolahan, dan kelembagaan dilakukan dengan metode triangulasi, yaitu suatu teknik pengambilan data yang dilakukan dengan proses-proses sebagai berikut, yaitu 1)

wawancara: untuk mendapakan informasi dari para pihak yang terlibat dalam pengembangan hutan rakyat, 2) kajian pustaka atas aturan-aturan dan laporan yang tersedia, 3) selanjutnya melakukan observasi di lapangan. Jadi ke tiga cara tersebut di atas dilakukan secara iteratif untuk mendapatkan data dan informasi yang valid. Secara detail data dapat diperoleh dengan cara:

 Membandingkan data hasil pengamatan dan data hasil wawancara.

 Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang usaha pengembangan hutan rakyat.

 Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang.

 Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

Pada aspek pemasaran dilakukan analisis kualitatif untuk mengkaji organisasi pasar yang ditunjang oleh informasi, data, dan pengamatan di lapang. Hal ini dimaksud untuk mengetahui sistem pemasaran yang terdiri dari sruktur pasar dan perilaku pasar dalam pemasaran kayu rakyat. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor dalam keseluruan rantai pemasaran dari tingkat petani sampai pada industri untuk mengetahui peluang dan tantangan pemasaran kayu hutan rakyat ke depan.

Pada penelitian ini, yang menjadi fokus kajian kelembagaan untuk aspek produksi, pemasaran, dan pengolahan, yaitu :

1. Lembaga Pengurusan Sumber daya. Pada aspek ini hal-hal yang dianalisis terkait dengan perlu dibentuknya lembaga tersebut, agar dapat membantu petani mengatasi kendala-kendala yang dihadapai di lapangan dalam usaha kayu rakyat.

2. Lembaga Usaha. Pada aspek ini hal-hal yang dinalisis terkait dengan ada tidaknya lembaga usaha yang telah dibentuk di tingkat petani. Lembaga tersebut dapat berfungsi sebagai media komunikasi antar petani dalam usaha hutan rakyat yang meliputi aspek produski, pemasaran, dan pengolahan.

3. Peran Pemerintah Daerah. Pada aspek ini hal-hal yang dianalisis terkait dengan peran Pemda dalam pengembangan hutan rakyat. Bagaimana dengan hubungan kemitraan yang sudah ada. Variabel yang akan dianalisis adalah ketidaksepadanan informasi (Asymmetric Information) yaitu:

 Bagaimanakah informasi peraturan perundang-undangan tentang pengembangan hutan rakyat pada Stakeholder

 Dalam perencanaan program hutan rakyat: Apakah masyarakat mengetahui informasi dan ikut terlibat.

 Pada pelaksanaannya: Apakah masyarakat memahami bagaimana proses pengembangan hutan rakyat mulai dari persiapan lapangan, pembibitan, pemanenan, dan penjualan.

 Proses pengawasan dan pengendalian: Siapa yang melalakukan pengawasan dan pengendalian, dan sejauh mana keterlibatannya.

Alat analisis yang digunakan selanjutnya dalam penelitian ini adalah analisis SWOT. Identifikasi peubah-peubah strategis internal dan eksternal serta pengaruhnya terhadap perkembangan hutan rakyat di Kabupaten Donggala dijelaskan melalui analisis SWOT. Analisis ini pada dasarnya dilakukan dengan cara penelusuran dan pengungkapan isu-isu strategis terkait pengembangan hutan rakyat, yang selanjutnya akan dipakai sebagai dasar dalam penyusunan strategi pengembangan hutan rakyat.

Analisis SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti 2006). Analisis strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Donggala, meliputi 4 (empat) aspek utama, yaitu produksi, pemasaran, pengolahan, dan kelembagaan usaha kayu rakyat. Komponen-komponen yang telah diidentifikasi, dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan analisis yang menerapkan kriteria sesuai dengan data kuantitatif dan deskripsi keadaan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut:

a. Analisis matriks internal factor evaluation (IFE) dan external factor evaluation (EFE)

Penilaian internal factor evaluation (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh internal yang dimiliki oleh petani hutan rakyat dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan. Penilaian external factor

berasal dari luar petani dengan cara mendaftarkan semua ancaman dan peluang. Hasil dari kedua identifikasi faktor tersebut menjadi faktor penentu dalam pemberian bobot dan peringkat atau rating.

b.Penentuan Bobot Setiap Variabel

Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal. Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3,dan 4 (David 2002) yaitu:

1 : jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 : jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 : jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal 4 : jika indikator horizontal sangat penting dibandingkan indikator vertikal Bentuk pembobotan faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 1 dan bentuk pembobotan faktor strategis eksternal dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1 Penilaian bobot internal factor evaluation (IFE)

Faktor Strategi Internal K1 K2 K3 ... N Total Bobot

A ... ... ... ... ... ... ... B ... ... ... ... ... ... ... C ... ... ... ... ... ... ... .... ... ... ... ... ... ... ... N ... ... ... ... ... ... ... Total ... ... Sumber: David, 2002.

Tabel 2 Penilaian bobot external factor evaluation (EFE)

Faktor Strategi Eksternal K1 K2 K3 ... N Total Bobot

A ... ... ... ... ... ... ... B ... ... ... ... ... ... ... C ... ... ... ... ... ... ... .... ... ... ... ... ... ... ... N ... ... ... ... ... ... ... Total ... ... Sumber: David, 2002.

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

i

a : bobot variabel ke-i

i

x : nilai variabel ke-i

i : 1, 2, 3, ... n (faktor internal)

i : 1, 2, 3, ... n (faktor eksternal)

n : jumlah variabel

c. Penentuan Peringkat atau Rangking

Penentuan peringkat/rangking merupakan pengukuran terhadap pengaruh masing-masing variabel, yang menggunakan nilai peringkat dengan skala 1-4 terhadap faktor strategis yang dimiliki usahan kayu rakyat. Skala pemberian nilai peringkat matriks IFE untuk faktor kekuatan sebagai berikut:

1 = kekuatan yang kecil 3 = kekuatan yang besar

2 = kekuatan sedang 4 = kekuatan yang sangat besar Selanjutnya untuk faktor kelemahan sebagai berikut:

1 = kelemahan yang sangat berarti 3 = kelemahan yang kurang berarti 2 = kelemahan yang cukup berarti 4 = kelemahan yang tidak berarti

Skala pemberian nilai peringkat matriks EFE untuk faktor peluang sebagai berikut:

1 = peluang rendah, respon kurang 3 = peluang tinggi, respon di atas rata-rata 2 = peluang sedang, respon rata-rata 4 = peluang sangat tinggi, respon superior Selanjutnya untuk faktor ancaman sebagai berikut:

1 = ancaman sangat besar 3 = ancaman sedang

2 = ancaman besar 4 = ancaman kecil

Kemudian nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor. Selanjutnya, semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan yang berkisar antara 1-4. Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2.5, maka hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi internal lemah. Sebaliknya, jika berada di atas 2.5 maka menunjukan kondisi internal adalah kuat. Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 29 dan 31.

Matriks EFE digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dengan melakukan klasifikasi terhadap peluang dan ancaman. Total skor pembobotan EFE berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2.5. Apabila total skor pembobotan EFE dibawah 2.5, maka hal tersebut menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah. Sebaliknya jika berada diatas 2.5, menunjukan bahwa kondisi eksternal adalah kuat. Matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 32 dan 34.

Tabel 3 Contoh matriks SWOT

IFE EFE STRENGHTS (S) WEAKNESS (W) S1 W1 S2 W2 Dst Dst

OPPOTUNITIES (O) STRATEGI S-0 STRATEGI W-O

O1 (Strategi menggunakan (Strategi meminimalkan

O2 Kekuatan untuk Kelemahan untuk

Dst memanfaatkan peluang) memanfaatkan peluang)

THREATHS (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T

T1 (Strategi menggunakan (Strategi meminimalkan

T2 Kekuatan untuk Kelemahan untuk

Dst mengatasi ancaman) menghindari ancaman)

Sumber : David, 2002

Strategi-strategi tersebut diatas selanjutnya diurutkan menurut rangking berdasarkan jumlah skor unsur-unsur penyusunnya, sebagaimana disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Contoh penyusunan rangking strategi analisis SWOT

Unsur Kekuatan/Stenght (S) Kelemahan/Weaknesses (W)

Peluang/Opportunities (O) ... ... Ancaman/Threath (T) ... ...

Sumber: David, 2002

d.Pembuatan Tabel Rangking Alternatif Strategi

Jumlah dari skor pembobotan menentukan rangking prioritas strategi dalam pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Donggala. Jumlah skor adalah penjumlahan semua skor dari setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Rangking ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai dengan terkecil yang menjadi alternatif rencana strategi.

Strategi yang dihasilkan merupakan suatu keputusan teknis yang didesain untuk mencapai tujuan yang realistis dalam jangka panjang. Keputusan yang dihasilkan pada tingkat tertinggi atau pemerintah diharapkan didukung oleh tingkat terbawah atau masyarakat, sehingga pelaksanaannya tidak merugikan salah satu pihak yang terlibat didalamnya. Strategi-strategi yang dibangun diharapkan tidak menimbulkan dampak negatif bagi petani sebagai mitra pemerintah, melainkan sebaliknya dapat membawa peluang bagi pengembangan hutan rakyat yang dapat menjamin kontiunitas pengembangan hutan rakyat, yang secara ekonomis dapat meningkatkan pendapatan petani dan secara ekologis dapat mencegah kerusakan lingkungan. Pada Tabel 5 dapat dilihat contah tabel penentuan rangking.

Tabel 5 Contoh tabel penentuan rangking alternatif rencana strategi

No Unsur SWOT Keterkaitan Jumlah skor Rangking

STRATEGI S-O 1 SO1 S1, S2, ..., Sn ... ... O1, O2, ..., On ... ... 2 SO2 S1, S2, ..., Sn ... ... O1, O2, ..., On ... ... STRATEGI S-T 3 ST1 S1, S2, ..., Sn ... ... T1, T2, ..., Tn ... ... 4 ST2 S1, S2, ..., Sn ... ... T1, T2, ..., Tn ... ... STRATEGI S-O 5 WO1 W1, W2, ..., Wn ... ... O1, O2, ..., On ... ... 6 WO2 W1, W2, ..., Wn ... ... O1, O2, ..., On ... ... STRATEGI S-O 7 WT1 W1, W2, ..., Wn ... ... T1, T2, ..., Tn ... ... 8 WT2 W1, W2, ..., Wn ... ... T1, T2, ..., Tn ... ... Sumber: David, 2002.

Setelah dilakukan analisis SWOT, maka diharapkan akan adanya suatu strategi pengembangan usaha kayu rakyat di Kabupaten Donggala. Hal ini perlu

disesuaikan dengan keinginan masyarakat dan kebijakan pemerintah setempat, misalnya melalui peraturan dan keputusan kepala pemerintahan setempat.