HASIL DAN PEMBAHASAN
4.7 Analisis Wacana Berita 6
Kongres Bakal Diarahkan
Gede pasek Usulkan SBY jadi Ketua Umum
Kompas, 19 Maret 2013
JAKARTA, KOMPAS – Kongres luar Biasa Partai Demokrat diperkirakan menghasilkan ketua umum yang selaras dengan aspirasi kelompok Cikeas di bawah kendali Ketua Umum Majelis Tinggi Susilo Bambang Yudhoyono. Pemilihan memang bakal menyajikan tampilan yang demokratis, tetapi peserta bakal diarahkan memilih calon yang dekat Yudhoyono. (1)
Demikian penilaian pengamat komunikasi politik dari Universitas Tarumanegara, Eko Harry Susanto, di Jakarta, Senin (18/3). (2)
Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat dijadwalkan digelar akhir maret ini di Bali untuk memilih ketua umum pengganti Anas Urbaningrum. Sejimlah nama disebut-sebut dalam bursa pencalonan ketua umum, antara lain anggota Dewan Pembina Marzuki Alie, anggota Dewan Pembina Syafruddin Hasan, Wakil Sekjen Saan Mustopa, Ny Ani Yudhoyono, dan kepala Staf TNI AD Pramono Edhie Wibowo. (3)
Eko mengatakan, ada kubu-kubu dalam tubuh Demokrat, seperti kelompok nasionalis yang dekat dengan Cikeas, kelompok Anas, atau yang agak tengah yang diwakili oleh sosok Marzuki Alie. Namun, setelah Anas berhemti karena menjadi tersangka kasus dugaan korupsi Hambalang, posisi kelompok Cikeas dibawah kontrol Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) semakin kuat. SBY akan berperan menentukan dalam KLB. (4)
“SBY kembali masih menjadi poros utama yang menentukan KLB. Calon yang diinginkan dan dipercaya kubu Cikeas bakal terpilih menjadi ketua umum baru dalam kongres. Bisa jadi itu Ny Ani Yudhoyono, Syarifruddin Hasan, atau mungkin Kepala staf TNI AD Jendral Pramono Edhie Wibowo,” kata Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanegara itu. (5)
Meski begitu, Marzuki yang kini jadi Ketua DPR teasp berpeluang menjadi ketua umum jika kongres partai mengizinkan pemimpin partai merangkap jabatan. Saan sangat kecil kemungkinan terpilih karena sulit mendapat restu SBY. Saan dianggp sebagai perwakilan kelompok Anas. (6)
“KLB akan diarahkan agar nanti yang terpilih adalah orang SBY. Kalaulah terpilih ketua umum baru lewat proses demokrasi, proses itu sebenarnya hanya dramaturgi politik agar tampilan demokratis saja,” katanya. (7)
SBY diusulkan
Ketua DPP Partai Demokrat Padek Suardika mengusulkan SBY menjadi Ketua Umum Demokrat. Pasalnya, hanya SBY yang bisa menyatukan semua faksi di internal partai dan menyelamatkan partai itu dalam menghadapi Pemilu 2014. (8)
“Saya yakin suara di DPD menginginkan (SBY jadi ketua umum). Ini karena dibawah sudah capek dengan konflik yang ada di elite,” kata Gede Pasek. (9)
Posisi SBY sebagai presiden, menurut Pasek, tidak menjadi persoalan karena ketika menjadi presiden, Megawati Soekarnoputri juga menjadi Ketua Umum PDI-P. (10)
Namun, menurut Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua, tidak mungkin SBY menjadi ketua umum karena ia Ketua Majelis Tinggi. Usulan SBY jadi ketua Umum itu mengail di air keruh,” ujar Max. (11)
Dia juga mengatakan, semua orang, seperti Tri Dianto (mantan Ketua Ketua DPC Partai Demokrat Cilacap, Jawa Tengah) dan Saan Mustopa bisa maju menjadi calon ketua umum. “Tentang saya, kita lihat saja nanti. Kami
menginginkan ketua umum adalah kader yang sudah mengetahui budaya, kultur, serta sifat partai Demokrat,” ujarnya. (12)
Tabel 4.8
Karakteristik Surat Kabar
Tanggal Pemberitaan Kompas edisi : Selasa, 19 Maret 2013 Judul Pemberitaan Kongres Bakal Diarahkan
Gede Pasek Usulkan SBY Jadi Ketua Umum Rubrik Pemberitaan Politik dan Hukum
Sumber : Harian Kompas 2013
4.7.1 Exclusion (Proses Pengeluaran)
Strategi Wacana Eksklusi-Pasivasi
Teks ini mengangkat berita tentang wacana akan diadakannya kongres Demokrat untuk mencari Ketua Umum pengganti setelah posisi Anas
Urbaningrum “dilengserkan” oleh SBY yang menjadi Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat. Anas tetap disudutkan posisinya melalui bagian teks berikut
“Saan sangat kecil kemungkinan terpilih karena sulit mendapat restu SBY. Saan dianggap sebagai kelompok perwakilan Anas” (6)
Saan Mustopa adalah Wakil Sekjen Partai Demokrat, ia adalah salah satu orang yang pro Anas Urbaningrum, disini dimana konteks teks dihadirkan adalah wacana nama-nama bakal calon Ketua Umum Partai Demokrat, teks
menghadirkan nama-nama seperti Marzuki Alie dan Syarifuddin Hasan anggto Dewan Pembina Partai Demokrat, Ny Ani Yudhoyono, dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Edhie Wibowo.
Untuk Saan teks menghadirkan wacana melalui strategi pasivasi dimana Saan dikatakan dianggap sebagai kelompok perwakilan Anas, sehingga sulit mendapatkan restu dari SBY untuk maju dalam kongres Partai Demokrat. Melalui strategi pasivasi teks tidak memberikan dan melindungi aktor sosial yang
perwakilan Anas Urbaningrum, sehingga fokus pembaca hanya kepada Saan Mustopa yang juga di identifikasikan sebagai kelompok perwakilan Anas, juga bila kita melihat teks ini secara keseluruhan muncul antipati bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan Anas Urbaningrum akan sulit mendapat restu karena kategori dimana teks ini dihadirkan adalah kelompok Anas, yaitu orang-orang yang masih mendukung Anas Urbaningrum, dan teks memberi penjelasan melalui “anggapan” bahwa kelompok ini akan sulit mendapat restu dari SBY, tentu wacana ini menyudutkan Anas Urbaningrum dan kelompoknya.
Memang setelah lengsernya Anas Urbaningrum dari posisi Ketua Umum Partai Demokrat (dikemudian hari ia bukan saja lengser namun juga
mengundurkan diri dari keanggotaan Partai Demokrat) ia meninggalkan orang-orang yang mendukungnya dulu di Demokrat, maka tekanan-tekanan politis yang dialami oleh kelompok Anas akan semakin kuat, sehingga posisi kelompok atau faksi ini yang pada awalnya “kuat” semakin lama akan melemah seiring dengan semakin kuatnya SBY sebagai pemimpin tertinggi Partai Demokrat.
Dalam wacana kongres Partai Demokrat teknik pasifasi hadir pada bagian
“Pemilhan memang bakal menyajikan tampilan yang demokratis, tetapi peserta bakal diarahkan memilih calon yang dekat dengan Yudhoyono”
(1)
Dalam konteks wacana kongres melalui strategi pasifasi teks tidak menghadirkan aktor atau kelompok sosial yang dinyatakan akan mengarahkan peserta dalam kongres nanti, sehingga teks melindingi aktor atau kelompok sosial ini. Juga teks menghadirkan realitas pesimistik dengan menggunakan kata “mengarahkan” sehingga pengertian yang muncul terhadap kongres yang akan datang bahwa kongres kedepannya tidak lebih tidak bukan adalah pertarungan kepentingan antara mereka yang dekat dengan Yudhoyono dan mereka yang tidak dekat, tentu hal ini menyudutkan sebagai pemimpin tertinggi Partai Demokrat Yudhoyono akan melakukan hal yang tidak etis seperti mengarahkan peserta kongres untuk memilih calon yang dekat dengannya.
4.7.2 Inclusion (Proses Pemasukkan)
Strategi Wacana Difrensiasi-Indifrensiasi
Dalam konteks rencana kongres yang diwacanakan, teks melalui strategi indifrensiasi menghadirkan realitas pesimistik yang menggangap bahwa kongres yang akan dilangsungkan Partai Demokrat hanya menjadi sebuah parodi politik, hal ini tentu saja memarginalkan SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Wacana ini muncul dalam teks
“Pemilihan memang bakal menyajikan tampilan yang demokratis, tetapi peserta bakal diarahkan memilih calon yang dekat dengan Yudhoyono” (1)
Pada preposisi yang pertama dikatakan bahwa pemilihan bakal menyajikan tampilan yang demokratis, namun pada preposisi yang kedua teks menyajikan bahwa dalam pemilihan tersebut bakal diarahkan memilih calon yang dekat dengan Yudhoyono. Tentu kehadiran preposisi yang kedua lebih dominan karena bukan hanya berisi suatu kesimpulan dari sesuatu yang belum terjadi namun ia memisahkan sedemikian rupa, preposisi pertama dan preposisi yang kedua.
Melalui srategi ini yang tergambar pada akhirnya adalah perbedaan pandangan antara cara yang dianggap bagus dengan cara yang dianggap tidak bagus. Pemilhan yang demokratis tentu bagus, namun pengarahan peserta kongres dalam memilih calon yang dekat dengan Yudhoyono tentu tidak bagus dan sangat bertentangan dengan azas demokrasi.
Startegi wacana ini juga muncul pada bagian teks lainnya
“kalaulah terpilih ketua umum baru lewat proses demokrasi, proses itu sebenarnya hanya dramaturgi politik agar tampak demokratis saja.” (7)
Fokus pembaca dalam teks ini juga akan fokus kepada preposisi yang kedua karena konteks teks yang berisi kesimpulan dan opini terlihat sangat meyakinkan bahwa pasti kongres yang diadakan oleh Partai Demokrat untuk memililih ketua umum barunya hanya akan menjadi sebuah parodi politik atau dengan kata lain, sebuah drama, , sesuatu yang tidak benar namun ditampilkan
benar, sebuah dramaturgi, sebuah lelucon politik, sebuah pemilihan dimana pemenangnya sudah diketahui sebelum suara diberikan, sehingga terlihat sangat bagus sehingga melalui wacana yang dihadirkan dalam teks ini Yudhoyono dimarginalkan, karena ia merupakan pemimpin tertinggi Partai Demokrat.
Dalam politik, what the peoples think about you adalah sesuatu hal yang sangat penting, bahkan dalam terminologi kekuasaan era demokrasi saat ini, pembagian kekuasaan (distribution of powers) bukan hanya terbagi atas tiga pilar, namun empat pilar, yakni kekuasaan Eksekutif , Legeslatif, Yudikatif dan Public Opinion. Public Opinion adalah kunci menuju kekuasaan dalam era demokrasi, ia menjadi senjata yang mampu membawa seorang penguasa atau partai politik menuji puncak kekuasaan, atau bahkan terjerumus dalam jurang kegagalan, melaluinya penguasa beroleh legitimasi untuk melakukan/menjalankan sebuah keputusan, karena bertentangan dengannya bisa jadi dalam pemilihan selanjutnya penguasa atau partai politik tersebut enggan dipilih. Hal ini terjadi karena prinsip Demokrasi ”one man one vote” sehingga apabila politisi atau partai politik beroleh dukungan masyarakat maka sudah pasti dia akan beroleh kekuasaan.
Sehingga dalam politik praktis saat ini tampilan itu adalah hal yang sangat penting untuk beroleh favour masyarakat. Tampil pintar, baik, sederhana, taat beragama, rajin sedekah, dermawan dan merakyat bagi dunia politik jauh lebih penting ketimbang latar belakang dan visi misi. Hal ini terjadi karena bangsa kita yang masih seumuran jagung berdemokrasi, juga tingkat pendidikan masyarakat yang rendah sehingga tampilan luarlah yang sering menjadi pertimbangan bagi masyarakat dalam memilih. Hal inilah yang dimainkan banyak politisi dan partai politik, how to look good, tentu hal ini jika dilihat dalam perspektif Machiavelli hal ini adalah sesuatu yang baik, yang cerdik dan yang pintar, namun bagi perspektif manusia yang berasio dan bermoral hal ini adalah membodohi masyarakat, sesuatu yang licik.
Hal inilah yang coba diwacanakan teks dalam kontes kongres yang akan dilakukan Partai Demokrat, bahwa semua hanyalah dramaturgi politik yang tujuannya tidak lain dan tidak bukan agar kongres yang dilakukan oleh Partai Demokrat tampak demokratis, dan membodohi masyarakat untuk memenangkan pendapat umum, tanpa menggangu kepentingan dan agenda politik penguasa
partai. Tentu melalui strategi ini SBY sebgai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat yang notabenya adalah pemimpin tertinggi partai ini dimarginalkan didalam teks.