• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ancaman Pidana Penyelenggaraan Praktik Kedokteran

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA INDONESIA DAN HUKUM

1. Ancaman Pidana Penyelenggaraan Praktik Kedokteran

Ada beberapa pasal di dalam KUHP yang dapat dikenakan kepada dokter atau dokter gigi yang memenuhi unsur-unsur rumusan tindak pidana dalam KUHP, antara lain yang berkaitan dengan masalah pelanggaran kewajiban dokter atau dokter gigi, kejahatan terhadap nama baik seseorang, kejahatan terhadap kesusilaan, kejahatan terhadap pemalsuan, kejahatan terhadap tubuh dan nyawa karena kesengajaan, dan kejahatan terhadap tubuh dan nyawa karena kelalaian.

78

a. Pelanggaran kewajiban dokter atau dokter gigi

Beberapa pasal yang dapat dikenakan terhadap dokter atau dokter gigi yang melakukan pelanggaran kewajiban yang diatur dalam KUHP antara lain:

1) Pelanggaran terhadap kewajiban menyimpan rahasia yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaan dokter atau dokter gigi yang diatur dalam pasal 322 KUHP. Di dalam melakukan pekerjaannya, dokter diwajibkan untuk menyimpan segala sesuatu yang diketahui tentang pasiennya, sebagaimana yang diatur dalam pasal 322 KUHP:

Pasal 322

1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pencahariannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak enam ratus rupiah.

2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seseorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu79.

2) Pelanggaran terhadap kewajiban memberikan pertolongan kepada orang yang perlu ditolong yang tercantum di dalam pasal 304 KUHP dan 531 KUHP. Menurut hukum, dokter diwajibkan memberikan pertolongan kepada seseorang yang terancam bahaya maut karena menderita sakit. Bila kewajiban ini tidak dilakukan, maka dokter dapat terkena sanksi berdasarkan pasal 304 KUHP atau pasal 531 KUHP sebagai berikut :

Pasal 304

Barangsiapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan, dia wajib memberi kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.

79

Walaupun dokter atau dokter gigi tidak disebutkan di dalam penjelasan pasal 304 KUHP ini, tetapi pasal 304 mungkin juga bisa dikenakan kepada dokter atau dokter gigi dengan alasan80:

a) KUHP tidak menjelaskan lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan membiarkan orang dalam kesengsaraan, sehingga mungkin saja seseorang yang mengalami sakit mendadak atau mengalami kecelakaan lalu lintas termasuk di dalam orang yang mengalami kesengsaraan.

b) Dokter termasuk di dalam kategori orang yang wajib memberikan kehidupan dan perawatan karena hukum yang berlaku atau karena perjanjian, sehingga bila dokter melihat seseorang menderita sakit sedangkan hukum mewajibkannya untuk memberi kehidupan dan perawatan.

Seandainya dokter yang tidak menolong orang tersebut bisa terhindar dari pasal 304 KUHP, masih mungkin dokter akan terkena pasal 531 KUHP yang berbunyi:

Pasal 531

Barangsiapa ketika menyaksikan bahwa ada orang yang sedang menghadapi maut, tidak memberikan pertolongan yang dapat diberikan kepadanya tanpa selayaknya menimbulkan bahaya bagi dirinya atau orang lain, diancam, jika kemudian orang itu meninggal, dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.

b. Kejahatan terhadap nama baik seseorang.

Seorang dokter yang memberitahukan kepada rumah sakit melalui surat untuk melarang teman sejawatnya bekerja di rumah sakit yang bersangkutan, dapat diancam dengan pidana penjara karena penghinaan atau karena telah memfitnah. Ancaman pidana bagi perbuatan penghinaan tersebut tercantum di dalam pasal 310 KUHP yang berbunyi:

80

Anny Isfandyarie dan Fachrizal Afandi, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter Buku

Pasal 310

1) Barangsiapa dengan sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seorang dengan menuduh sesuatu hal yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam, karena pencemaran, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.

2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambar yang disiarkan, dipertunjukan atau ditempelkan di muka umum, maka yang bersalah, karena pencemaran tertulis, diancam pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.

3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan terang dilakukan demi kepetingan umum atau karena terpaksa untuk bela diri.

Sedangkan mengenai perbuatan memfitnah tercantum di dalam pasal 311 KUHP yang berbunyi:

Pasal 311

1) Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau pencemaran tertulis, dalam hal dibolehkan untuk membuktikan bahwa apa yang dituduhkan itu benar, tidak membuktikannya dan tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang diketahui, maka dia diancam karena melakukan fitnah, dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

2) Pencabutan hak-hak tersebut dalam pasal 35 No. 1-3 dapat dijatuhkan.

c. Kejahatan terhadap kesusilaan.

Pasal-pasal tentang pelanggaran kesusilaan yang dapat dituduhkan oleh pasien atau keluarganya terhadap seseorang antara lain:

Pasal 289

Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Sebagai ilustrasi terjadinya kemungkinan tuduhan berdasar pasal 289 KUHP ini, misalnya seorang dokter pria memeriksa pasien wanita tanpa didampingi oleh perawat, sehingga di kamar periksa hanya ada dokter pria dan pasien wanita tersebut. Tanpa diduga dokter, pasien mendadak menjerit, dan ada seorang pria yang masuk mengaku suami dari pasien wanita termaksud. Pasien mengatakan kepada suaminya kalau dokter

memaksa untuk mencium atau memeluk si pasien dan pasien akan menuntut dokter karena perlakuan yang tidak sebagaimana mestinya yang dialami oleh pasien81. Untuk menghindari kejadian semacam ini, maka sebaiknya dokter pria tidak memeriksa pasien wanita sendiri di kamar periksa tanpa didampingi oleh orang ketiga, baik suami dari pasein maupun perawat.

Atau dapat juga dokter mengalami tuduhan berdasar pasal 290 ayat (1) KUHP dalam latar belakang kasus yang hampir sama dengan di atas, yang berbunyi:

Pasal 290 Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:

1) Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahui, bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya.

Bisa saja hal itu terjadi, pasien dianggap sebagai seorang yang tidak berdaya sehingga tuntutan dapat diajukan dengan pasal 290 ayat (1) KUHP ini. Sugandhi menjelaskan perbedaan antara “pingsan” dengan “tidak berdaya” sebagai berikut82:

a) Pingsan artinya hilang ingatan atau tidak sadar akan dirinya, sehingga ia tidak mengetahui lagi apa yang terjadi pada dirinya, misalnya orang yang mengalami trauma pada kepala, dan sebagainya.

b) Tidak berdaya berarti tidak mempunyai kekuatan atau tenaga sama sekali, sehingga tidak mampu melakukan perlawanan sedikit pun. Misalnya, pasien yang sudah sakit kronis (menahun) yang memeriksakan diri kepada dokter dengan kursi roda karena tidak mampu berjalan sendiri termasuk di dalam golongan tidak berdaya ini.

81

Anny Isfandyarie dan Fachrizal Afandi, Tanggung Jawab Hukum, h. 121 82

Dokter dalam mengajukan program Keluarga Berencana, hendaknya berhati-hati di dalam memberikan penyuluhan maupun penjelasan kepada pasien, karena ada kemungkinan dokter bisa dituntut berdasarkan pasal 299 KUHP yang berbunyi:

Pasal 299

1) Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.

2) Jika yang tersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan, atau dia seorang dokter, bidan, atau juru obat, pidanya ditambah sepertiga.

3) Jika yang tersalah, melakukan kejahatan tersebut. Dalam menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pekerjaan itu.

Sugandhi menjelasakan bahwa pembuktian untuk pasal ini cukup dengan wanita termaksud benar-benar hamil, sedangakan pelaku yang dituduh telah melakukan pengobatan atau melakukan perbuatan terhadap wanita tersebut dengan keterangan atau cara yang dapat menimbulkan harapan bahwa perbuatan yang dilakukan pelaku dapat mengakibatkan gugurnya kandungan wanita tersebut.

d. Kejahatan terhadap pemalsuan.

Di dalam praktik sehari-hari, terkadang dokter diminta tolong oleh temannya untuk memberikan surat keterangan sakit kepada anaknya yang tidak dapat masuk kerja. Bila ternyata surat keterangan sakit tersebut tidak terbukti yang artinya orang yang diberi surat keterangan sakit tersebut ternyata tidak sakit, maka dokter dapat terkena ancaman pidana yang tercantum di dalam pasal 267 KUHP, sebagai berikut:

Pasal 267

1) Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan, atau cacat, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

2) Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukan seseorang ke dalam rumah sakit jiwa atau menahan di situ, dijatuhkan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun 6 (enam) bulan.

3) Dipidana dengan pidana yang sama, barangsiapa yang dengan sengaja memakai surat palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.

Terdapat tiga pengertian yang terkandung di dalam seorang dokter memberikan surat keterangan, yang terdiri dari83 :

a) Keterangan tersebut diberikan secara tertulis (berbentuk surat);

b) Yang membuat surat dan bertanggung jawab terhadap surat itu adalah seorang dokter (tidak berlaku bila yang menandatangani bukan dokter);

c) Surat tersebut diperuntukan dan diserahkan kepada seseorang yang telah memintanya.

Agar rumusan dalam pasal 267 KUHP ini bisa dikenakan kepada dokter, unsur sengaja harus terpenuhi, karena bisa saja terjadi dokter salah dalam menentukan diagnosa, sehingga terjadi kesalahan pula dalam menerbitkan surat keterangan yang dibuatnya.

e. Kejahatan terhadap tubuh dan nyawa.

Terhadap tindakan dokter yang selalu berkaitan dengan tubuh seseorang, kemungkinan tuduhan atau penuntutan yang dilakukan penegak hukum kepada dokter pada umumnya berupa tuduhan penyerangan terhadap kepentingan hukum atas tubuh dan nyawa manusia yang di dalam KUHP tercantum di dalam:

83

1. Bab XX KUHP tentang kejahatan terhadap tubuh yang dilakukan dengan sengaja, dan Bab XXI KUHP (khususnya pasal 360 KUHP) merupakan bentuk kejahatan terhadap tubuh yang terjadi karena kelalaian (tanpa kesengajaan).

Pasal 360

1) Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

2) Barangsiapa karena kesalahan (kealpannya) menyebabkan orang lain luka-luka sedimikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama enam bulan atau pidana kurungan paling empat ribu lima ratus rupiah.

2. Bab XIX KUHP untuk kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja, dan Bab XXI KUHP (khususnya pasal 359) yang dilakukan tanpa sengaja (karena kelalaian).

Pasal 359

Barangsiapa kerena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

f. Kejahatan terhadap tubuh dan nyawa karena kesengajaan.

Kejahatan terhadap tubuh dan nyawa yang dapat diancamkan kepada dokter dengan kualifikasi kesengajaan antara lain:

Pasal 335

1) Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah84 :

1. Barangsiapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain.

84

Di dalam penjelasan terhadap pasal 335 KUHP ini R. Sugandhi menjelaskan untuk penerapan pasal ini ada dua hal yang harus dibuktikan, yaitu:

a) Bahwa ada seseorang yang dengan melawan hak dipaksa untuk melakukan sesuatu, tidak melakukan sesuatu, atau membiarkan sesuatu;

b) Bahwa paksaan itu dilakukan dengan memakai kekerasan, sesuatu perbuatan lain atau suatu perbuatan yang tidak menyenangkan, atau ancaman kekerasan, ancaman perbuatan lain, atau ancaman perbuatan yang tidak menyenangkan, baik terhadap orang itu, maupun terhadap orang lain.85

Perbuatan yang dilakukan dokter sebagai kesengajaan diantaranya termasuk juga mengenai masalah Euthansia, adalah merupakan tindakan yang dapat dikenakan ancaman pidana berdasarkan pasal 344 dan 345 KUHP yang berbunyi:

Pasal 344

Barangsiapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Pasal 345

Barangsiapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh diri.

Adapun yang dimaksud dengan permintaan dalam pasal 344 KUHP, dijelaskan oleh Adami Chazawi sebagai peryataan kehendak yang ditunjukan pada orang lain, agar orang lain itu melakukan perbuatan tertentu bagi kepentingan orang yang meminta. Orang yang diminta, dalam keadaan bebas untuk bisa memutuskan kehendaknya untuk mengabulkan atau menolak permintaan orang yang meminta.

85

Kejahatan yang tercantum di dalam pasal 349 KUHP merupakan kejahatan yang subjek hukumnya sudah ditentukan sebagai kualitas pribadi yang melekat yaitu dokter, bidan, dan juru obat.

Pasal 349

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

Pasal 347 dan 348 KUHP berisi tentang pengguguran kandungan dengan atau tanpa persetujuan wanita yang digugurkan kandungannya yang berbunyi :

Pasal 347

1) Barangsiapa dengan sengaja mengugurkan atau mematiakn kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun,

Pasal 348

1) Barangsiapa dengan sengaja mengugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

g. Kejahatan terhadap tubuh dan nyawa karena kelalaian.

Walaupun tindakan dokter telah mendapatkan persetujuan dari pasien, namun bila tindakan tersebut mengakibatkan kematian, maka terhadap dokter masih tetap dapat dituntut dengan pasal 359 KUHP.

Pasal 359

Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.

Demikian juga bila tindakan dokter mengakibatkan luka berat atau cacat pada pasiennya, maka terhadap dokter juga dapat dituntut dengan pasal 360 jo. pasal 361 KUHP.

Pasal 361

Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau pencaharian, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan yang bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim memerintahkan supaya putusannya diumumkan.

Di dalam penjelasan dari pasal 361 KUHP ini, R. Sugandhi menjelaskan bahwa yang dikenakan pasal ini misalnya: dokter, bidan serta ahli obat yang dianggap harus berhati-hati dalam melakukan pekerjannya. Apabila mereka melakukan kelalaian dalam menjalankan pekerjaannya sehingga mengakibatkan orang lain mati atau cacat, maka hukumannya dapat diperberat dengan ditambah sepertiganya dari pasal 359 atau pasal 360 KUHP86. Selain itu terhadap petindak dapat ditambah dengan dicabut haknya melakukan pekerjaan tersebut serta hakim dapat mengumumkan keputusannya.

2. Ancaman pidana dalam Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik