• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM PIDANA INDONESIA DAN HUKUM

B. Hak dan Kewajiban Profesi Kedokteran

Dengan memperhatikan ciri-ciri khusus dari profesi seperti yang telah dikemukan diatas, maka konsekuensinya menimbulkan hak dan kewajiban yang diembannya. Hak,

61

Sri Praptianingsih, Kedudukan Hukum Perawat Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di Rumah

Sakit, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2006), h 15

62

Legality, Jurnal Ilmiah Hukum, (Malang, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang, 2005), vol 13, h 142

63

Y.A. Triana Ohoiwutun, Bunga Rampai Hukum Kedokteran, (Malang, Banyu Media, 2007), cet pertama, h 84

artinya di sini masyarakat memberikan kekuasaan, kebebasan, dan status. Sedangkan kewajiban, maksudnya adalah dokter wajib memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan tidak menyalahgunakan wewenang yang dimilikinya dan menjaga citra dan mutu yang dimilikinya terhadap sesama anggotanya.

Dengan berlakunya undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, mengenai hak dan kewajiban profesi kedokteran semakin diperjelas di dalam pasal 50 dan 51 yang berbunyi:

Pasal 50

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak:

a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;

b. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasianal;

c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan d. Menerima imbalan jasa.

Sedangkan menurut Triana Ohoiwutun, bahwa hak-hak dokter yang timbul karena adanya perjanjian terapeutik64 adalah sebagai berikut:

a) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

b) Hak untuk menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundangan, profesi, dan etika.

c) Hak atas informasi yang lengkap dan jujur dari pasien tentang keluhan yang dideritanya.

d) Hak atas imbalan jasa dari pelayanan kesehatan yang telah diberikan.

64

Perjanjian Terapeutik adalah perjanjian antara dokter dengan pasien, berupa hubungan hukum yang melahirkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Lihat bahder Johan Nasution, Hukum

e) Hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasien, jika tidak mau menuruti nasihat yang diberikannya atau berkembangnya hubungan yang tidak baik dengan pasien. f) Hak atas itikad baik dari pasien dalam pelaksanaan perjajian terapeutik.

g) Hak untuk diperlakukan adil dan jujur. h) Hak atas privacy dokter.

Pasal 51

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban: a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur

operasional serta kebutuhan medis pasien;

b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;

c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;

d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusian, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan

e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.

Disamping kewajiban-kewajiban yang tertuang dalam Undang-undang Praktik Kedokteran tersebut, jika diperhatikan Kode Etik Kedokteran Indonesia yang tertuang dalam surat keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 34 tahun 1983. Di dalam surat keputusan MenKes tersebut terkandung beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh dokter Indonesia. Kewajiban-kewajiban tersebut meliputi65:

a) Kewajiban umum;

b) Kewajiban terhadap penderita;

c) Kewajiban terhadap teman sejawatnya; dan d) Kewajiban terhadap diri sendiri.

65

Berpedoman pada isi rumusan kode etik tersebut, secara pokok kewajiban profesi kedokteran dapat dirumuskan sebagai berikut:

a) Bahwa ia wajib merawat pasiennya dengan cara keilmuan yang ia miliki secara akurat

b) Tenaga kedokteran wajib menjalankan tugasnya sendiri (dalam arti secara pribadi dan bukan oleh orang lain) sesuai dengan yang telah diperjanjikan, kecuali apabila pasien menyetujui perlu adanya seseorang yang mewakilinya (karena dokter dalam lafal sumpahnya juga wajib menjaga kesehatannya sendiri).

c) Dokter wajib memberikan informasi kepada pasiennya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit atau penderitaannya.

Menurut ajaran Islam, seorang dokter dan para tenaga kedokteran muslim harus mempunyai tujuan hidup yaitu ketentaraman di dunia dan kebahagian di akhirat

. )

و ﺎ ﺪ ا ﻰ ﺔ ةﺮ ا ﻰ ﺔ

( Ia semata-mata mengabdi kepada Allah dengan cara

menjauhi semua larangan. Sebagaimana firman Allah:

ﺮ اﺔ اﺮ آ

وﺮ ﺎ نوﺮ ﺄ سﺎ

وف

ﷲﺎ نﻮ ﺆ وﺮﻜ ا نﻮﻬ

,

...

لأ

ناﺮ

:

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah ...,” (Q.S. Ali ‘Imran: 110)

Dan mematuhi semua perintah Allah, Rasulnya dan Ulil Amri, selain itu ia juga harus mampu mengobati penyakit jasmani, penyakit rohani, penyakit sosial serta gangguan pada Iman dan Islam paseinnya.

Para tenaga kedokteran muslim juga harus memiliki pengetahuan yang luas tentang ilmu kedokteran, sekaligus juga tentang ajaran Islam agar dapat menerapkan ajaran Islam tersebut dalam tugasnya sehari-hari.

Menurut ajaran Islam secara garis besar kewajiban-kewajiban tenaga kedokteran muslim adalah:

1) Kewajiban dokter muslim yang terberat adalah beribadah dan beramal sebanyak-banyaknya, sesuai dengan firman Allah tentang tujuan hidup dan tantangan hidup:

ﺎ و

تﺎ راﺬ ا نوﺪ إ ﻹاو ا

:

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyaat: 56).

Dengan jalan merawat dan mengobati segala macam ganguan dan penyakit pasienya, agar si muslim dapat kembali berada dalam keadaan sehat walafiat untuk melakukan tugas hidupnya, beribadah dan beramal66.

2) Senantiasa mempelajari dan menerapkan pengetahuan kedokteran serta pengetahuan agama secara berimbang dalam kehidupanya sehari-hari. Islam tidak membenarkan seseorang yang tidak mengkaji ilmu kedokteran turun mengobati pasien, sehingga jika terjadi bahaya ia harus bertanggungjawab sepenuhnya.67 Sebagaimana hadits Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Bukhari, Nabi bersabda

“Jika suatu perkara diserahkan bukan pada ahalinya, tunggulah kehancurannya”.

3) Pendekatan kepada pasiennya selalu bersifat holistik, yang memandang pasiennya sebagai bagian dari diri pasien itu sendiri, bagian dari manusia lain, dari lingkungan hidupnya serta sebagai hamba Allah Swt.

66

Ali Akbar, Etika Kedokteran Dalam Islam, (Jakarta, Pustaka Antara, 1988), cet I, h 62 67

4) Menghormati dan memulyakan orang sakit, sebagaiman Allah menghormati dan memulyakan manusia.

مد ﻰ ﺎ ﺮآﺪ و

...

ءاﺮ ﻹا

:

Artinya: “Dan sesungguhnya telah kami mulyakan anak cucu Adam ...” (Q.S. Al-Isra: 70).

5) Senantiasa menunjukan kasih sayang kepada orang sakit, seperti perintah nabi Muhammad Saw:

ﻷاﻰ اﻮ رإ

ءﺎ اﻰ ﻜ ﺮ ضر

)

ىﺬ ﺮ ا اور

(

Artinya: “Kasihanilah orang yang di bumi, niscaya kamu akan dikasihani oleh yang di langit.” (H.R. Tirmidzi).

6) Senantiasa menggembirakan dan memberikan harapan hidup, guna

menumbuhkan kekuatan dan harapan dalam hati penderita, karena setiap orang yang sakit, pasti jiwanya akan gelisah karena adanya perasaan takut mati. Seperti sabda nabi Muhammad Saw:

هو ﺄ دﺮ ﻚ اذ نﺈ أﻰ اﻮ ﺮ ﻰ داذإ

) .

اور

ىﺬ ﺮ ا

(

Artinya: “Bila kamu mengunjungi orang sakit, hilangkanlah kecemasan hatinya tentang ajalnya. Sesungguhnya yang demikian itu tidak akan merobah sesuatu tetapi akan dapat menenangkan jiwanya.” (H.R. Tirmidzi).

ذإ

لﺎ دﻮ ﻰ دا

:

ﷲا ﺄ نإرﻮﻬ

) .

ىﺬ ﺮ ا اور

(

Artinya: “Adalah nabi Muhammad Saw, di kala mengunjungi orang sakit berkata, “Tidak apa-apa, Suci, Insya Allah”. (H.R. Tirmidzi).