• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII PEMAHAMAN DAN ANALISIS IKLIM MIKRO

7.2.3 Angin

Berkaitan dengan angin yang perlu diperhatikan adalah perilaku pergerakan dan kecepatanya. Berdasar kejadiannya, perilaku pergerakan angin dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam:

1. Pergerakan angin orografik 2. Pergerakan angin konveksional 3. Pergerakan udara dingin

Pergerakan angin orografik: adalah pergerakan angin yang diakibatkan oleh variasi perbedaan ketinggian pemukaan bumi dan hambatan-hambatan vertikal diatasnya seperti bangunan dan tanaman. Hambatan-hambatan vertikal ini menyebabkan terjadinya konsentrasi aliran angin, dan konsekuensinya juga menyebabkan perbedaan temperatur.

Pergerakan angin konveksional: adalah pergerakan angin yang terjadi akibat adanya perbedaan tekanan udara pada area di atas dua permukaan yang berbeda, misalnya batas antara permaukaan air dan tanah (darat). Udara bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Kejadian yang paling umum adalah pergerakan angin laut dan angin darat

Pergerakan udara dingin muncul pada malam yang tenang dan langit cerah, ketika lapisan udara terdinginkan pada saat bersinggungan dengan tanah. Udara ini menjadi memiliki berat jenis yang lebih tinggi karena lembab, karenanya bergerak mengalir ke bawah .Pergerakannya, sebagaimana gerakan air, mengikuti kemiringan lahan.

41 7.2.3 Analisis Topoklimatik

Topografi berpengaruh terhadap iklim terutama berkait dengan variasi eksposure bagian-bagian lahan terhadap sinar matahari, dan pola pergerakan angin yang dibentuknya.

Perilaku Angin Pada Lahan

Angin pada lahan bergerak mengikuti bentukan lembah. Kecepatan pergerakannya ditentukan oleh proporsi lebar dan kedalamannya. Pergerakan angin crest of hill relatif lebih cepat (sekitar 20 %) dari pada bagian belakang bukit dilihat dari arah pergerakannya. Dan akan semakin cepat pada ngarai dan punggung (ridgeline).

Perencanaan angin yang yang baik, diperlukan informasi yang relatif detil sperti arah, kekuatan, frekuensi, dan kualitas angin terkait dengan karakter tata guna lahan pada area asal datangnya angin (industri, terminal, laut, hutan). Data seperti ini mestinya berasal dari stasiun metereologi terdekat yang di kelola oleh pemerintah. Untuk keperluan praktis perancangan, data angin yang signifikan ini dapat direpresentasikan secara grafis dalam bentuk busur panah dengan dimensi tertentu pada peta. Panjang busur menunjukkan frekuensi datangnya angin; lebar busur menunjukkan kekuatan angin; dan besarnya ujung panah menunjukkan tingkat ketidaknyamanan

No Kecepatan

(m/detik)

Indikasi/ akibat

1. 0 – 1.5 Tenang

2. 1.6 – 3.3 Terasa terpaan ke wajah

3. 3.4 – 5.4 Kain/bendera berkibar, rambut terganggu 4. 5.5 – 7.9 Debu, tanah kering, dan kertas terbang, rambut

porak-poranda

5. 8.0 – 0.7 Tubuh mulai terdorong

6. 10.8 - 13.8 Payung susah digunakan, susah untuk jalan secara teratur & lurus, mulai ada suara berisik 7. 13.9 – 17.1 Jalan sangat tidak nyaman, susah untuk seimbang 8. 17.2 – 20.7 Sangat susah untuk berdiri seimbang

42

9. 20.8 – 24.4 Orang dapat terangkat

7.2.4 Kenyamanan Iklim Mikro

Setiap orang memiliki kriteria lingkungan yang ideal kenyamanannya yang dibentuk oleh kondisi intensitas matahari, temperatur, kelembaban, penetrasi cahaya, dan kecepatan angin yang saling berinteraksi dan membentuk satu kesatuan kondisi lingkungan.

Belum ada standar tentang angin yang cukup nyaman bagi manusia. Tetapi beberapa institusi memberikan panduan yang mendekati. Misalnya, di Inggris dinyatakan bahwa kecepatan angin sekitar 5 m/detik mulai terasa tidak enak, yaitu saat rambut dan kain tertiup, serta debu dan kertas mulai beterbangan. Kecepatan angin 10 m/detik sangat tidak enak karena sudah mulai mendorong tubuh manusia, sedangkan 20 m/detik sudah tergolong bahaya menerbangkan orang.

Standar kenyamanan termal di Indonesia telah ditetapkan oleh pemerintah dengan standar yang teregistrasi dalam nomor SNI T-14-1993-03 yang membagi kenyamanan termal kedalam tiga kategori, diantaranya:

1. Sejuk nyaman terperatur efektif: 20,5C - 22,8C 2. Nyaman optimal temperature efektif: 22,8C - 25,8C 3. Hangat nyaman temperature efektif: 25,8C - 27,1C

Selain terasakan sebagai gaya yang mengenai secara langsung ke tubuh, kecepatan hembusan angin juga berpengaruh terhadap pembentukan iklim mikro. Hembusan angin bersama sama dengan pancaran sinar matahari menentukan kondisi temperatur dan kelembaban lingkungan mikro.

7.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Iklim Mikro

Iklim mikro adalah bagian dari kondisi iklim yang paling dapat dirasakan secara langsung keberadaannya oleh indra manusia tentunya melalui derajat kenyamanan. Iklim mikro terjadi pada skala yang kecil dimana terdapat interaksi antara lingkungan terbangun dengan unsur klimatis. Karena terdapat pengaruh dari lingkungan terbangun maka penghawaan iklim mikro ini juga dapat disebut dengan canopy layer urban heat island.

Untuk dapat mengetahui pengaruh iklim mikro terhadap kenyamanan manusia di dalam ruang, perlu diketahui faktor-faktor yang secara umum membentuk iklim mikro, diantaranya yaitu:

1. Orientasi Bangunan

43 Orientasi bangunan dapat diartikan arah bangunan terhadap faktor tapak dan lingkungan sekitarnya

2. Topografi (relief)

Ketinggian permukaan berpengaruh terhadap suhu udara dan juga arah penyinaran sinar matahari yang mengenai permukaan tapak

3. Albedo

Albedo berhubungan dengan warna material bangunan dimana unsur warna/kecerahan berpengaruh terhadap sifat refleksitas radiasi pada permukaan material.

4. Vegetasi

Vegetasi dapat diartikan sebagai kuantitas jumlah tanaman baik pada lingkungan alami maupun lingkungan terbangun yang ada di wilayah tertentu.

5. Lingkungan Terbangun Perkotaan

Area perkotaan dapat diartikan sebagai kawasan terbangun dan diklasfikasikan berdasarkan kepadatan dan jumlah penduduk serta fungsi-fungsi kota

6. Kelembapan udara

Kelembapan udara dapat diartikan sebagai tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air.

Ketujuh faktor tersebut dapat didetailkan lebih lanjut untuk memperoleh varibel-variabel untuk menentukan penilaian iklim mikro yang terukur berdasarkan nilai suhu udara ruang luar kawasan.

7.3 PENUTUP

44 BAB VIII

PEMAHAMAN DAN ANALISIS STRUKTUR HIJAU

8.1 PENDAHULUAN 8.1.1 Deskripsi Singkat

Tanaman adalah elemen penting dalam rancangan tapak untuk menata ruang luar dan penanganan masalah lingkungan. Material tanaman juga memberikan kesan lunak dan kesan hidup dalam lingkungan binaan. Selain itu, pemahaman akan karakteristik tanaman yang tumbuh dalam tapak dapat memberikan indikasi awal akan karakteristik dasar lingkungan pada tempat tersebut.

8.1.2 Manfaat

Bagian ini berisi tentang karakteristik, kemanfatan fungsional, spasial dan estetis dari tanaman. Dengan mempelajari bagian ini anda akan menguasai dasar-dasar penataan tanaman dalam tapak yang meliputi pemilihan dan penempatannya dalam kaitannya dengan elemen rancangan yang lain.

8.1.3 Learnning Outcomes

Dapat memahami dan menganalisis struktur hijau

8.2 URAIAN

8.2.1 Peran Tanaman dalam Lingkungan

Seperti telah dipelajari bahwa komponen tapak ada yang bersifat biotik dan abiotik.

Jika berbagai komponen abiotik dan biotik dalam tapak (unit lingkungan) dapat menciptakan siklus yang menghasilkan perubahan-perubahan materi dan energi menjadi berbagai nutrien yang dibutuhkan kehidupan di tempat tersebut secara mandiri, maka tapak tersebut dapat dikatakan sebagai unit ekologi (ekosistem). Komponen abiotik seperti batuan geologi, lapisan permukaan tanah, dan air berperan penting dalam siklus mineral, nutrient, dan air, tetapi tanamanlah yang dapat merubah materi dan energi menjadi nutrien yang dibutuhkan oleh organisme lain, melalui suatu proses yang di sebut fotosintesis. Kemampuan fotosintesi inilah yang menjadikan peran tanaman sangat spesifik dan tak tergantikan. Fotosintesis merubah energi matahari menjadi zat atau materi yang dibutuhkan oleh komponen lingkungan lainnya

45 (manusia, binatang, mikrobia). Kemampuan fotosistesis menempatkan tanaman pada level pertama dalam piramida makanan dan berposisi kundi dalam jaring-jaring kehidupan

8.2.2 Karakter Fisik Visual Tanaman

Berbagai tanaman memiliki karakter fisik-visual yang khas. Pada dasarnya karakter tersebut adalah perwujudan dari sifat kehidupannya. Ukuran, bentuk, warna, kerapatan daun, jenis akar, batang, dan teksturnya di tentukan oleh tanah tempat tumbuhnya, kesempatan dan kemampuanya memperoleh air, sinar matahari dan zat lainya, bahkan pola interaksinya dengan makluk lain, misalnya burung, kupu-kupu, mikroba dan binatang.

Meskipun karakter fisik dan visual tersebut merupakan derivasi fungsi kehidupannya, para arsitek dapat mengambil keuntungan darinya dengan menjadikannya sebagai elemen fisik rancangan untuk menciptakan dan membentuk karakter ruang. Untuk itu, arsitek perlu memiliki wawasan mengenai ragam tanaman berdasar ukuran, bentuk, kerapatan daun, tekstur dan warna yang merupakan sifat fisik dari suatu elemen rancangan yaitu titik, garis, bidang dan massa.

A. Ragam Tanaman Berdasarkan Ukuran

Berdasar ukuran, tanaman dapat di kategorikan menjadi:

1. pohon besar dan menengah:

2. tanaman kecil dan ornamental 3. Perdu tinggi

4. Perdu sedang 5. Perdu rendah 6. tanaman lantai KARAKTER FISIK VISUAL TANAMAN

1. berdasarkan ukuran : pohon besar dan menengah, tanaman kecil dan ornamental, perdu tinggi, perdu sedang, perdu rendah, tanaman lantai.

2. berdasar ukuran : fastigiated, columnar, daun lebar, spreading/

horizontal, daun bulat round/globular, pyramidal/conical, weeping, picturesque.

3. berdasar foliage (warna daun) : deciduous, coniferous evergreen, broad-leaved evergreen.

4. berdasar tekstur : kasar (coarse), medium, halus (fine)

46 Tanaman tinggi dan sedang: elemen visual

dominan, berfungsi sebagai focal point dan struktur ruang luar, sebagai pelingkup vertikal dan atas (kanopi)

Tanaman kecil dan ornamental: pelingkup vertikal (terkadang juga kanopi, tergantung ketinggian, dan memberikan suasana intim), foreground semitransparan. Tanaman ornamental menjadi aksen (focal point karena uniknya),

Semak/perdu tinggi (3-4,5 m) dan sedang (1-2 m): tidak berkanopi (daun sampai tanah), pembentuk dinding, koridor yang kuat, screen dan barirer, background, aksen karena bentuk dan tekstur.

47

Semak rendah ( hinga1 m): memberikan batas antar ruang terbuka, batas tepi pedestrian, pelengkap tanaman yang lebih tinggi

Tanaman pelapis tanah: pendefinisikan perbedaan antar ruang luar karena pola yang diciptakannya dengan tekstur dan

warna.

48

B. Ragam Tanaman Berdasarkan Bentuk Berdasar bentuknya, tanaman dapat dibedakan:

1. Fastigiate 2. Columnar

3. Daun lebar (Spreading/horisontal) 4. Daun bulat Round/globular

5. Pyramidal/conical 6. Weeping

7. Picturesque

Fastiage dan Columnar (hampir sama dengan fastiagate tetapi bulat di atas): memperkuat kesan vertikal, focal point

Daun lebar (batang dan daunnya mengarah ke samping) : sebagai peneduh, membentuk harmoni dengan lahan datar

Daun bulat: penetral bentuk, pelunak, dan harmoni dengan kontur yang variatif.

Daun piramid : aksen visual, penguat bentuk formal,

49 C. Ragam Tanaman Berdasar Foliage

Berdasar tipe foliage, tanaman dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Deciduous

2. Coniferous evergreen 3. Broad-leaved evergreen

Deciduous : kepemilikan daun adaptif berdasar musim (kadang lebat, kadang gugur) karenanya berfungsi untuk menekankan rasa waktu (sense of season), menyesuaikan cahaya dan angin, keunikan bentuk (percabangan) saat gugur daun.

Coniverous evergreen: berdaun

lebat sepanjang musim dan berwarna hijau relatif gelap, terasa masif (cemara, pinus, taxus), bervariasi mulai dari jenis semak ke pohon tinggi, beraneka bentuk, dan tekstur, pada umumnya tidak memiliki bunga. Jenis ini sering dipakai sebagai elemen vertikal (dinding dan garis) dan background.

Broad-leaved evergreen:

Daunya tidak terlalu padat (masif) seperti deciduous tetapi senantiasa ada sepanjang tahun,

50 daunnya biasanya dapat

mamantulkan cahaya serta berbunga. Jenis ini berguna untuk memancarkan vitalitas yang ceria.

D. Ragam Tanaman Berdasar Tekstur

Berdasar teksturnya, tanaman dapat di bedakan menjadi:

1. kasar (coarse) agresif, sehingga dalam suatu pandangan terkesan mendekat dan menggapai pengamat dan terasa memenuhi ruang. Untuk itu jenis

Tekstur sedang : merupakan karakter sebagian besar tanaman:

ukuran daun dan dahan sedang, cukup rapat dan tumbuh ke segala arah. Karena tidak terlalu

transparan, jenis ini memiliki siluet yang cukup kuat dan dapat menjadi bentukan transisi antara tektur kasar dan halus.

51 Tekstur halus : ukuran daun dan

dahan kecil, tumbuh rapat.

Menciptakan kesan lunak.

8.2.3 Tanaman sebagai Indikator Lingkungan

Beberapa jenis tanaman juga memilki kaitan erat dengan berbagai komponen lingkungan abiotik. Mereka memiliki posisi strategis dalam berbagai siklus atau proses perubahan materi atau energi, misalnya dalam siklus air melalui proses evapotransportasi dan kemampuannya secara fisik menghambat jatuh dan limpasan air; proses pelapukan batuan dan tanah; dan pergerakan panas di udara. Posisi tanaman yang sangat strategis sebagai penentu proses perputaran energi dan materi ini dapat menjadikan tanaman sebagai indikator penting bagi penentuan karakter suatu lingkungan/diagnostic charateristics (Zonneveld, 1995), karena komposisi spesies, optimalitas pertumbuhan, dan sifat-sifat fisik tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan materi, dalam komponen-komponen abiotik dan sangat tergantung dari karakter iklim tempat tersebut.

Sebagai contoh bahwa tanaman adalah indikator lingkungan adalah sebagai berikut:

 Komposisi spesies mengindikasikan produktifitas: semakin beragam semakin produktif Warna tanaman mengindikasikan produktifitas dari ekosistem: jika vegetasi yang mengarah warna kuning, berarti produktifitas rendah; hijau abu-abu berarti produktifitas sedang; dan jika warna sebagian besar tanaman adalah hijau tua, berarti ekosistem tersebut memiliki produktifitas yang tinggi.

 Jenis daun mengindikasikan kondisi hidrologi dan iklim: daun tebal berarti tanaman berusaha menyimpan air dan sedikit menguapkannya (daerah kering); daun lebar tipis sebaliknya, perilaku menggugurkan merupakan indikasi dari perubahan musim.

 Pelapisan ragam tanaman secara vertikal mengindikasikan tingkat penetrasi sinar matahari.

52

 Organisasi (tatanan) tanaman mengindikasikan sejarah dan kunci dari proses ekologi saat ini. Tananan teratur mengindikasikan intervensi manusia, random-organik indikasi alami. Persebran ragam tanaman secara random mengindikasikan bahwa ekosistem dalam kondisi awal suksesi, yaitu awal adanya tanaman pendatang melalui media lingkungan seperti air atau angin. Sedangkan pola tanaman yang terorganisasi secara lebih teratur adalah indikasi telah relatif tuanya komunitas di tempat itu. Meningkatnya perkumpulan spesies dalam tingkatan tertentu, akan mendukung meningkatnya efisiensi peran spesies (niche) pada proses ekologi. Pola tanaman pada komunitas yang telah tua (late successional phase) mengindikasikan kondisi lingkungan seperti fertilitas tanah, tekstur, kondisi drainase, air tanah, keberadaan material, dan derajat keasaman seara lebih akurat.

8.2.4 Sebaran Tanaman Berdasar Topografi

 Pembahasan sebaran tanaman di atas didasarkan pda zona iklim secara global (makro climate). Pada skala alam yang lebih kecil, sebaran tanaman juga tercipta secara variatif.

Pada skala ini sebaran tanaman merupakan hasil dari kombinasi antara unsur-unsur iklim meso/mikro terutama sinar matahari, temperatur, dan kelembaban), dan jenis tanah yang terutama terkait dengan ketersediaan air tanah.

 Seperti telah kita pelajari pada bagian-bagian sebelumnya, kondisi topografi memberikan kondisi iklim dan air yang berbeda. Kemiringan lahan mengakibatkan perbedaan eksposure sinar matahari dan hembusan angin yang pada akhirnya mepengaruhi temperatur dan kelembaban udara. Variasi kelerengan, bentukan lahan, dan jenis tanah menentukan variasi kadar air. Aspek-aspek ini menciptakan kondisi yang spesifik pada setiap bagian lahan, yang akhirnya menentukan ragam dan pola peertumbuhan tanaman yang dapat hidup dan berkembang. Bagian lahan yang cukup air seperti kawasan aliran sungai atau lembah pada umumnya sangat subur, apalagi jika dikaitkan dengan proses sedimentasi dari humus didaerah atasnya. Namun pada area tergenang, ragam tanamannya akan menjadi berkurang. Hanya tanaman air saja yang dapat hidup baik.

Semenatara berkait dengan eksposure sinar matahari, bagian lahan yang lebih banyak mendapatkan sinar dan penetrasinya tinggi memberikan ragam tanaman yang lebih banyak.

53 8.2.5 Pemanfaatan Tanaman

Pemanfaatan tanaman dalam perencanaan tapak dapat di bedakan menjadi 2 kelompok utama:

1. tata ruang-arsitektur 2. tata lingkungan-ekologi

Penggunaan tanaman dalam tata ruang-arsitektur semata-mata mendasarkan pada pengusaan potensi tanaman berkait dengan karakteristik visualnya, yaitu ukuran, bentuk, warna dan tekstur. Sedangkan pemanfaatan tanaman dalam tata lingkungan-ekologi ditentukan oleh sifat kehidupannya terutama berkait dengan kemampuannya berfotosintesis dan beriteraksi dengan elemen lingkungan yang lain (biotik dan abiotik).

8.2.6 Pemilihan Tanaman dalam Tapak

Dalam praktek perencanaan dan perancangannya, yang terpenting dalam pemilihan elemen vegetasi adalah kesesuaian antara karakter morfologi dan sifat hidupnya dengan tuntutan

TATA dan interaksinya dengan tanah, air, udara, binatang, sinar

,

1) Artikulasi ruang 2) Pembatas pandang 3) pemigura pandangan 4) pengarah pandang/kontrol

perspetif

5) mempengaruhi persepsi 6) Penyatu 2) Kontrol erosi tanah 3) Kontrol iklim

4) Kontrol polusi (tnah, air, udara)

5) Kontrol sinar

6) Kontrol suara/akustik 7) Habitat binatang

54 fungsional dan kondisi lingkungan ruang kota yang akan ditanaminya. Berikut adalah beberapa kriteria umum pemilihan tanaman dapam perencanaan lansekap perkotaan:

a. Tanaman untuk tepi jalan

 Mempunyai tajuk cukup lebar sebagai peneduh bagi kendaraan/pejalan kaki.

 Berakar tunggang kuat untuk menahan angin, tetapi tidak mengganggu pondasi.

Percabangan pohon cukup tinggi atau semak yang tidak mengganggu pandangan pengemudi/pejalan kaki serta tidak menutupi rambu-rambu.

 Tidak mempunyai buah, daun, dan bunganya tidak mudah gugur setiap saat agar tidak mengotori jalan dan tidak membahayakan lalu lintas kendaraan.

 Untuk semak/perdu, percabangannya tidak berduri yang membahayakan pejalan kaki dan sebaiknya mempunyai bunga yang indah untuk memberikan aksentuasi pada jalan tersebut.

 Jenis tanaman yang sesuai antara lain: mahoni, akasia, angsana, eucalyptus, asam kranji, dan asam jawa.

b. Tanaman untuk tepi sungai

 Mempunyai sistem perakaran yang lebar agar dapat menyerap air dan untuk mencegah erosi permukaan.

 Mempunyai tajuk yang cukup lebar dan besar untuk menahan air hujan agar tidak langsung menimpa permukaan tanah hingga kecepatan aliran air permukaan (surface run off) dapat dikurangi.

 Dipilih jenis yang daunnya dapat berfungsi sebagai pupuk hijau/kompos dan mempunyai kemampuan untuk menyuburkan tanah pada areal tersebut.

 Jenis tanaman yang sesuai antara lain jati, pinus, meranti, kulim.

c. Tanaman untuk areal perumahan

 Mempunyai tajuk yang cukup lebar dan lebat untuk memberikan keteduhan di sekitar rumah.

 Tajuk yang lebar dan lebat tersebut untuk peneduh serta percabangan yang rapat untuk semak/perdu (shrubs) mempunyai kemampuan untuk menahan angin dan debu serta untuk mengurangi kebisingan dari luar rumah (jalan).

 Sebaiknya mempunyai bunga untuk menambah keindahan di dalam areal perumahan dan dapat juga mempunyai buah yang dapat dimanfaatkan.

55

 Percabangan tanaman tidak berduri dan tidak beracun untuk keselamatan anak-anak yang ada di sekitarnya.

 Jenis tanaman yang sesuai antara lain ki hujan, angsana, mahoni, ketapang, flamboyan.

d. Tanaman untuk areal lapangan olahraga

 Mempunyai tajuk yang cukup lebat untuk dapat menahan angin dan sebaiknya dipilih struktur tajuk berbentu kerucut.

 Pemakaian tanaman merambat dapat dipadukan dengan pagar (seperti untuk lapangan tenis), untuk mengurangi kesan kekakuan material perkerasan.

 Tanaman pengalas untuk lapangan olahraga dipilih jenis yang baik seperti rumput manila untuk lapangan sepakbola atau rumput golf untuk lapangan golf.

 Jenis tanaman yang sesuai antara lain palm raja, kelapa sawit, cemara angin, cemara gembel, pinus.

e. Tanaman untuk sekeliling bangunan utilitas (tower house, gardu listrik, instalasi air bersih, dan sebagainya)

 Perakarannya tidak mengganggu jaringan yang ada di bawah tanah maupun di atasnya.

 Mempunyai tajuk yang cukup lebat serta percabangan yang rapat (untuk semak/perdu/shrubs) untuk mengurangi kesan keras bangunan yang ada serta untuk menahan polusi asap dan kebisingan dari mesin-mesin penggerak.

 Tidak mempunyai buah dan bunga untuk menghindari tertariknya anak-anak bermain di sekitar bangunan tersebut.

 Jenis tanaman yang sesuai antara lain kemuning, dadap, bambu kuning, kembang sepatu.

f. Tanaman untuk areal dengan kemiringan/slope yang terjal

 Mempunyai sistem perakaran yang lebar/serabut untuk menahan tanah dan dapat menyerap air untuk mencegah erosi permukaan.

 Mempunyai tajuk yang cukup lebar dan lebat untuk menahan air hujan agar tidak langsung menimpa permukaan tanah hingga kecepatan aliran air permukaan (surface run off) dapat dikurangi.

 Daun tanaman dipilih jenis yang dapat menyuburkan tanah sekaligus untuk menunjang proses stabilisasi tanah.

56 8.2.7 Materi untuk latihan mandiri atu kelompok

Untuk mengukur keberhasilan menguasai materi, anda dapat melakukan tes terhadap diri sendiri melalui pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Jelaskan mengapa kita perlu mempelajari pola hidup dan sebaran tanaman berdasar kondisi ekosistem

2. Uraikan bagaimana tanaman dapat menjadi indikator kondisi lingkungan tempat hidupnya

3. Uraikan cara anda mengenali karakter tanaman dalam rangka mengenali potensi kemanfaatannya dalam bidang tata ruang arsitektur dan tata lingkungan-ekologis 4. Uraikan ragam peluang dan prinsip pemanfaatan tanaman sebagai artikulator

(pecipta) ruang luar

5. Uraikan prinsip-prinsip pemanfaatan tanaman untuk kontrol erosi, akustik dan iklim mikro

6. Uraikan prinsip pemanfatan tanaman untuk penciptaan habitat binatang.

8.3 PENUTUP

57 BAB IX

TEORI DAN ANALISIS KUALITAS VISUAL 9.1 PENDAHULUAN

9.1.1 Deskripsi Singkat

Analisis kondisi tapak dilakukan untuk menggambarkan potensi dan masalah yang ada padanya. Dari tahap ini perencana dapat mengenali pola dan esensi karakter tapak yang harus diperhitungkan dalam proses pengembangan gagasan rancangannya.

9.1.2 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran bab ini yaitu peserta mampu menganalisis kualitas visual dengan metode scoring dan overlay.

9.1.3 Learning Outcomes

Peserta Mampu menganalisis kualitas visual

9.2 URAIAN

9.2.1 Interpretasi Dan Simpulan Parsial

Dalam analisis kondisi tapak, seringkali perencana harus melalui tahapan:

1. Interpretasi dan penyimpulan parsial 2. Penyimpulan/klasifikasi terpadu

Interpretasi dilakukan terhadap suatu data tapak untuk mendapatkan jenis informasi yang lain, misalnya dari peta kontur menjadi peta ketinggian, kemiringan, atau peta aliran air. Dari peta sebaran vegetasi, menjadi peta habitat binatang.

9.2.2 Prinsip-prinsip penataan Tata Kualitas Lingkungan Menurut Permen no 6 Tahun 2007:

1. Secara fungsional meliputi:

a. Informatif dan kemudahan orientasi b. Kejelasan identitas

c. Integrasi pengembangan skala mikro terhadap makro d. Keterpaduan/ integrasi desain untuk efisiensi

e. Konsistensi

f. Mewadahi fungsi dan aktifitas formal maupun informal yang beragam

58 g. Skala dan proporsi pembentukan ruang yang berorientasi pada pejalan kaki h. Perencanaan tepat bagi pemakai yang tepat

2. Secara fisik dan nonfisik

a. Penempatan pengelolaan dan pembatasan yang tepat dan cermat b. Pola, dimensi, dan standar umum

c. Peningkatan estetika, karakter dan citra (image) kawasan d. Kontekstual dengan elemen penataan lain

e. Kualitas fisik

f. Kelengkapan fasilitas penunjang lingkungan 3. Secara lingkungan, meliputi:

a. Keseimbangan kawasan perencanaan dengan sekitar

a. Keseimbangan kawasan perencanaan dengan sekitar