• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANOMALI URETER DAN PEL DAN PEL DAN PELVIS DAN PEL VIS VIS VIS

Dalam dokumen Dasar Dasar Urologi (Halaman 175-187)

ANOMALI URETERANOMALI URETER

ANOMALI URETER DAN PEL DAN PEL DAN PELVIS DAN PELVISVISVIS

Kelainan pada sistem ureter yang sering dijumpai adalah: (1) ureter ektopik, (2) duplikasi

ureter, (3) ureterokel, dan (4) stenosis ureteropelvic junction atau stenosis subpelvin. Anomali

ini sebagian besar adalah akibat kelainan dari perkembangan tunas ureter yang muncul dari

duktus mesonefros. Di sebelah distal duktus mesonefros muncul tunas ureter yang kemudian

Gambar 8-5 Kista ginjal soliter. Ruang kista tak berhubungan dengan sistem pelvikalises ginjal (diambil dari Netter)

tumbh menjadi ureter dan menginduksi metanefros menjadi ginjal dewasa. Bagian mesonefros

yang berada di antara tunas ureter dan tempat muaranya pada sinus urogenitalis disebut

duktus eksretorius komunis yang pada perkembangan selanjutnya akan diabsorbsi di dalam

sinus urogenitais menjadi trigonum buli-buli (Gambar 8-6). Anomali ureter ini timbul jika

posisi tunas ureter (1) tidak muncul pada tempat yang normal, (2) tunas ureter bercabang

menjadi dua, atau (3) terdapat dua buah tunas ureter yang muncul dari duktus mesonefros.

Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan anomali berupa (1) ureter ektopik, (2) duplikasi

ureter tidak lengkap, dan (3) duplikasi ureter lengkap.

Gambar 8-6. Pertumbuhan tunas ureter dari duktus mesonefrik. A tunas ureter tumbuh dari duktus mesonefros, sebelah proskimalnya adalah duktus ekskretorius komunis diabsorbsi menjadi trigonum, B. tunas ureter merangsang metanefros untuk tumbuh menjadi ginjal, C. Sisa duktus mesonefros (duktus Wolfii) tumbuh menjadi vasa deferensia dan epididimis. t.u: tunas ureter, mt: metanefros, tgn: trigonum, ms: duktus mesonefros.

Ureter ektopik

Jika tunas ureter yang tumbuh dari duktus mesonefros terlalu dekat dengan sinus

urogenitalis, menyebabkan letak muara ureter berada lebih kranial dan lebih lateral daripada

letaknya yang normal. Namun jika tunas ureter muncul lebih jauh letaknya dari sinus

urogenitalis menyebabkan letak muara ureter lebih medial dan kaudal. Letak muara ureter

yang lebih kaudal mungkin berada di luar buli-buli atau di luar buli-buli. Istilah ureter ektopik

adalah jika ureter bermuara di leher buli-buli atau lebih distal dari itu (Gambar 8-7).

Duktus ekskretorius komunis A B C mt ms tgn t.u

Bab 9: Kelainan Skrotum dan Isinya 167

Insidens ureter ektopik belum diketahui dengan pasti tetapi autopsi pada anak (Campbell,

1970) didapatkan 1 di antara 1900 autopsi. Kurang lebih 5% hingga 17% ureter ektopik

mengenai kedua sisi. Sebagian besar ureter ektopik (80%) pada wanita disertai dengan

duplikasi sistem pelviureter, sedangkan pada pria, ureter ektopik pada umumnya terjadi pada

single ureter. Kejadian ureter ektopik wanita dibanding pria adalah 2,9 : 1.

Ureter ektopik pada pria kebanyakan bermuara pada uretra posterior, meskipun

kadang-kadang bermuara pada vesikula seminalis, vasa deferens, atau duktus ejakulatorius. Muara

pada uretra posterior seringkali tidak memberikan gejala, tetapi muara ureter pada vasa

deferens seringkali menyebabkan keluhan epididimitis yang sulit disembuh-kan karena vasa

deferens dan epididimis selalu teraliri oleh urine.

Pada wanita, ureter ektopik seringkali bermuara pada uretra (sebelah distal sfingter uretra

eksternum) dan vestibulum. Keadaan ini memberikan keluhan yang khas pada anak kecil,

yaitu celana dalam selalu basah oleh urine (inkontinensia kontinua) tetapi dia masih bisa

miksi seperti orang normal. Hal ini disebabkan urine yang disalurkan oleh ureter ektopik tidak

melalui sfingter ureter eksterna melainkan langsung keluar, sedangkan ureter kontralateral

tetap mengisi buli-buli sehingga proses miksi tetap berjalan seperti biasanya.

Jika ureter ektopik terjadi pada duplikasi sistem pelviureter, ureter ektopik menerima

drainase dari ginjal sistem kranial. Selain itu muara ureter ektopik biasanya atretik dan

mengalami obstruksi sehingga seringkali terjadi hidronefrosis pada segmen ginjal sebelah

kranial. Pada pemeriksaan PIV, hidronefrosis ginjal mendorong segmen kaudal terdorong ke

ke bawah dan ke lateral sehingga terlihat sebagai gambaran bunga lili yang jatuh (dropping

lily). Pemeriksaan sistoskopi mungkin dapat menemukan adanya muara ureter ektopik pada

uretra atau ditemukan hemitrigonum (tidak ditemukan salah satu muara ureter pada buli). Jika

ditemukan muara ureter ektopik pada uretra, dapat dicoba dimasuki kateter ureter dan

Namun ureter ektopik tergantung dari kelainan yang terdapat pada ginjal. Jika ginjal sudah

mengalami kerusakan dilakukan nefroureterektomi, tetapi kalau masih bisa dipertahankan

dilakukan implantasi ureter pada buli

Duplikasi pelvis-ureter

Anomali ini adalah anomali saluran kemih sebelah atas yang paling sering dijumpai, yaitu

+ 1 : 125 dari bayi lahir hidup. Secara konvensional kelainan duplikasi ini dibedakan atas

duplikasi tak lengkap dan duplikasi yang lengkap. Dikatakan duplikasi tak lengkap jika

terdapat 2 pelvi ureter yang keduanya saling bertemu sebelum bermuara pada buli-buli,

sedang duplikasi lengkap jika kedua pelvi-ureter ini bermuara pada tempat yang berlainan

(Gambar 8-10).

Gambar 8-8. Perkembangan embrio pada duplikasi pieloureter tak lengkap. Tunas ureter (tu) baru bercabang setelah keluar dari duktus mesonefros sehingga membentuk duplikasi tidak lengkap yang keduanya bermuara pada satu tempat di buli-buli.

Jika kedua ureter duplikasi bermuara di atas buli-buli, kelainan ini disebut sebagai ureter Y

(Y type ureter), sedang jika kedua ureter duplikasi bermuara menjadi satu pada ureter

intramural di dalam buli-buli, keadaan ini dikenal sebagai ureter jenis V (V type ureter)

perhatikan Gambar 8-10B. Duplikasi tak lengkap terjadi karena tunas ureter mengadakan

percabangan setelah muncul dari dukstus mesonefrik dan sebelum bertemu dengan jaringan

metanefrik (Gambar 8-8). Tipe ini biasanya tak menimbulkan keluhan klinis, hanya saja aliran

ureter pada saluran yang satu akan menimbulkan refluk pada ureter yang lain (refluk

Bab 9: Kelainan Skrotum dan Isinya 169

ureter). Keadaan ini dikenal segabai fenomena Yo-Yo dan dapat menimbulkan hidronefrosis

atau hidroureter.

Gambar 8-9. Pembentukan duplikasi ureter lengkap pada masa embrio. Perhatikan tunas ureter yang mengalirkan urine dari ginjal kutup atas (u1) akan bermuara lebih distal. WD wolfian duct atau duktus mesonefros, U1 ureter dari segmen kranial, U2 Ureter dari segmen kaudal.

Jika terdapat dua tunas ureter yang muncul dari duktus mesonefrik, menghasilkan dua buah

ureter yang masing-masing bertemu dengan metanefrik menghasilkan duplikasi lengkap

(Gambar 8-9). Kedua buah tunas ureter merangsang pertumbuhan pada dua buah segmen

ginjal yang berbeda, yakni segmen kranial dan kaudal. Menurut Weighert dan Meyer yang

dinyatakan dalam hukum Weighert-Meyer, ureter yang menyalurkan urine dari segmen ginjal

kranial, bermuara lebih distal daripada muara ureter yang menyalurkan urine dari ginjal

segmen kaudal (Gambar 8-9 dan 8-10A). Oleh karena itu ureter dari ginjal kutub atas lebih

panjang, bermuara ektopik, dan sering kali mengalami obstruksi. Ureter pada bagian ini tak

jarang mengalami dilatasi kistik di sebelah terminal sehingga membentuk suatu ureterokel.

Ureter dari kutub ginjal sebelah kaudal bermuara lebih lateral pada dinding buli-buli dan

lebih pendek sehingga lebih sering menimbulkan refluk vesiko ureter (VUR) lihat skema pada

Gambar 8-11.

tu

U2 U1

Gambar 8-10 Duplikasi pieloureter. A. Duplikasi lengkap tampak ureter ektopik bermuara di uretra posterior, B. Duplikasi pieloureter tidak lengkaptampak Y ureter dan V ureter.

Keluhan yang dinyatakan pasien tergantung pada letak muara ureter, kelainan anatomi lain

yang menyertai, dan komplikasi yang terjadi akibat kelainan anatomi itu. Hidronefrosis dan

infeksi saluran kemih yang sulit diberantas bisa timbul akibat refluk vesiko-ureter, refluk

uretero-ureter (fenomena Yo-Yo), dan obstruksi atau stenosis muara ureter. Tidak jarang

timbul batu saluran kemih karena obstruksi ureter. Kutub atas ginjal sering mengalami

displasia akibat stenosis ureter. Jika disertai anomali lain mungkin pasien mengeluhkan

kelainan-kelainan tersebut antara lain ureterokel atau ureter ektopik.

Pemeriksaan PIV dapat menunjukkan adanya duplikasi ureter yang lengkap atau tidak. Jika

terdapat penyempitan muara ureter dari ginjal kutub atas mungkin terjadi hidronefrosis atau

bahkan non-visualized pada ginjal kutub atas, sedangkan pelvikalises ginjal kutub bawah

masih tampak dan terdorong kearah kaudal, sehingga tampak sebagai dropping lily.

Pemeriksaan sintigrafi memakai 99mTc-DMSA dapat menilai ketebalan parenkim ginjal.

Muara ureter ektopik

B A

Bab 9: Kelainan Skrotum dan Isinya 171

Secara rutin perlu dilakukan pemerikasan reflux study dengan memakai radionuklear untuk

menilai derajat VUR.

Tindakan yang dilakukan terhadap duplikasi ureter ini tergantung pada keluhan, kelainan

anatomi, dan penyulit yang terjadi. Pada hidronefrosis akibat fenomena Yo-Yo mungkin perlu

dilakukan pieloplasti dengan membuang salah satu ureter. Pada duplikasi ureter lengkap, jika

salah satu kutub ginjal sudah rusak, dilakukan heminefrektomi, yaitu membuang kutub ginjal

yang rusak dengan mempertahankan yang masih baik. Namun jika fungsi masih baik,

dilakukan neoimplantasi ureter dengan memindahkan muara ureter ke buli-buli.

Gambar 8-11. Skema duplikasi ureter lengkap dan tak lengkap. Perhatikan kelainan anatomis yang dapat ditimbulkan oleh anomali itu.

Ureterokel

Ureterokel adalah sakulasi atau dilatasi kistik terminal ureter. Letaknya mungkin berada

dalam buli-buli (intravesikel) atau mungkin ektopik diluar muara ureter yang normal, antara

lain terletak di leher buli-buli atau uretra (Gambar 8-12). Ureterokel yang letaknya

Duplikasi Pielo-Ureter

Tak Lengkap Lengkap

Y type ureter V type ureter

Fenomena Yo-Yo Ureter kutub atas ginjal Ureter kutub bawah ginjal  Lebih panjang

 Muara lebih distal,

sering obstruksi

 Mungkin disertai

muara ektopik atau ureterokel  Lebih pendek  Muara lebih proksimal-lateral  Sering VUR

intravesikel biasanya adalah satu-satunya ureter pada sisi itu, sedangkan ureterokel ektopik

pada umumnya berasal dari duplikasi ureter yang menyalurkan urine dari ginjal kutub atas.

Bentuk ektopik ternyata lebih sering dijumpai daripada ureterokel intravesika. Kelainan ini 7

kali lebih banyak dijumpai pada wanita, dan 10% anomali ini mengenai kedua sisi. Diduga

terjadinya anomali ini adalah akibat dari keterlambatan atau ketidaksempurnaan kanalisasi

tunas ureter pada saat embrio.

Ureterokel yang cukup besar akan mendorong muara ureter yang disebelah kontralateral

dan menyebabkan obstruksi leher buli. Manifestasi klinis yang ditimbulkannya berupa infeksi

saluran kemih, obstruksi leher buli, dan inkontinentia urine. Kadang pada bayi wanitatampak

adanya prolaps ureterokel pada uretra. Tak jarang timbul timbul batu pada ureter distal akibat

obstruksi.

Pemeriksaan PIV menunjukkan adanya dilatasi kistik atau filling defect pada buli-buli

dengan ujung akhir ureter memberikan gambaran seperti kepala kobra (cobra head). Sering

kali bentukan filling defect itu didiagnosis bandingkan dengan batu non-opak atau bekuan

darah pada buli, dengan USG dapat dibuktikan bahwa filling defect itu adalah bentukan kistik

dari ureterokel. Tak jarang pada PIV dapat ditemukan adanya hidronefrosis atau adanya

duplikasi sistem pielo-ureter. Pendesakan ureterokel pada muara ureter kontralateral

menimbulkan refluk vesiko-ureter sehingga perlu dilakukan pemeriksaan reflux study atau

voiding cysto-uretrography (VCUG)

Kadang-kadang insisi pada ureterokel sudah cukup adekuat, tetapi seringkali masih

dibutuhkan operasi terbuka untuk menyelesaikan masalah yang terjadi akibat letak ureter yang

abnormal. Jika keadaan ginjal masih cukup baik selain incisi ureterokel, diteruskan dengan

neo-inplantasi ureter, dan rekonstrusi buli-buli, tetapi jika kutub ginjal mengalami kerusakan

Bab 9: Kelainan Skrotum dan Isinya 173

Gambar 8-12. Ureterokel. Perhatikan penyempitan muara ureter disertai dengan hidroureteronefrosis

Obstruksi Ureteropelvic junction ( Subpelvin)

Hidronefrosis yang disebabkan oleh kelainan kongenital berupa stenosis UPJ adalah

kelainan obstruksi yang paling banyak dijumpai pada masa anak. Kelainan yang terjadi adalah

halangan aliran urine dari pelvis renalis ke dalam ureter. Pengeluaran urine dari pelvis ke

ureter menjadi tak efisien sehingga terjadi dilatasi yang progressif pada pielum dan sistem

kalises. Mula-mula otot pelvis renalis mengalami hipertrofi kemudian terjadi penurunan GFR,

dan pada akhirnya terjadi penurunan fungsi ginjal.

Dengan melakukan USG pada ibu hamil, obstruksi UPJ dapat ditemukan waktu antenatal,

sehingga dapat dilakukan drainase urine in utero, guna mencegah terjadinya kerusakan

parenkim ginjal. Obstruksi UPJ lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki.Sisi kiri lebih

sering, dan kejadian yang mengenai kedua ginjal terdapat 10-40% dari seluruh kasus stenosis

UPJ.

Etiologi yang pasti dari penyakit ini adalah belum jelas. Diduga karena faktor intrinsik dan

selanjutnya mengalami kanalisasi. Proses rekanalisasi terjadi mulai ureter bagian tengah

menuju ujung-ujung ureter (distal dan proksimal). Kegagalan proses kanalisasi dapat terjadi

pada ureter proksimal/UPJ sehingga menyebabkan terjadinya obstruksi UPJ. Dari pengamatan

melalui mikroskop elektron ternyata, meskipun orientasi sel-sel otot polos tampak normal,

tetapi didapatkan banyak serat-serat kolagen disekitar otot polos tersebut. Hal ini

menyebabkan kontraksi otot polos dan pengosongan UPJ tak efisien. Selain itu adanya lipatan

mukosa yang menyerupai klep padaUPJ dapat merupakan penyebab obstruksi di tempat ini.

Faktor ekstrinsik penyebab dari obstruksi ini di antaranya adalah karena ureter proksimal

disilang oleh pembuluh darah asesoria atau aberent yang menuju kutub bawah ginjal.

Pembuluh darah ini akan menekan ureter proksimal sehingga terjadi gangguan pengosongan

pelvis yang dapat menyebabkan hidronefrosis (Gambar 8-13).

Vasa aberans Stenosis UPJ

A B

Gambar 8-13. Obstruksi uretropelvic junction menyebabkan hidronefrosis. A. Stenosis UPJ karena faktor intrinsik, B. Obstruksi UPJ karena disilang oleh vasa aberans.

Pada pasien bayi dan anak, keluhan yang sering disampaikan oleh ibunya adalah berupa

gangguan perkembangan, tak mau makan, nyeri pinggang, atau hematuria. Pasien dewasa

muda, mereka sering mengeluh terjadinya episode nyeri pinggang pada saat diuresis, antara

lain sehabis minum banyak. Kadang-kadang dapat terjadi sepsis atau timbulnya batu saluran

Bab 9: Kelainan Skrotum dan Isinya 175

Pada pemeriksaan USG tampak adanya hidronefrosis, pelebaran sistem kalises, serta

penipisan parenkim ginjal. Sedang PIV menunjukkan pelebaran pelvis renalis dan sistem

kalises ginjal yang berhenti pada pieloureter. Seringkali bayangan pielum tak terlihat dengan

jelas sehingga perlu pembuata foto tunda (delayed photo). Pemeriksaan renogram dengan

diuretik menunjukkan adanya pola obstruksi.

Sebelum tindakan operasi terbuka mungkin perlu dilakukan nefrostomi secara perkutan

untuk memberi kesempatan pada ginjal memulihkan fungsinya. Jika fungsi ginjal sangat jelek

dan ginjal lain masih baik, perlu dipertimbangkan nefrektomi. Jika ginjal masih dapat

dipertahankan dilakukan koreksi, yaitu pieloplati yang dapat dikerjakan secara perkutan

(endopieloplasi) atau secara terbuka dengan melakukan pieloplasti secara Anderson Hynes

9

9

9

9

Dalam dokumen Dasar Dasar Urologi (Halaman 175-187)