• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESTIS MALDESENSUSTESTIS MALDESENSUS TESTIS MALDESENSUS

Dalam dokumen Dasar Dasar Urologi (Halaman 187-194)

TESTIS MALDESENSUSTESTIS MALDESENSUS

TESTIS MALDESENSUS

Pada masa janin testis berada di rongga abdomen dan beberapa saat sebelum bayi dilahirkan,

testis mengalami desensus testikulorum atau turun ke dalam kantung skrotum. Diduga ada

beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan testis ke dalam skrotum, antara lain: (1)

adanya tarikan dari gubernakulum testis dan refleks dari otot kremaster, (2) perbedaan

pertumbuhan gubernakulum dengan pertumbuhan badan, dan (3) dorongan dari tekanan

intraabdominal.

Oleh karena sesuatu hal, proses desensus testikulorum tidak berjalan dengan baik sehingga

testis tidak berada di dalam kantong skrotum (maldesensus). Dalam hal ini mungkin testis

tidak mampu mencapai skrotum tetapi masih berada pada jalurnya yang normal, keadaan ini

disebut kriptorkismus, atau pada proses desensus, testis tersesat (keluar) dari jalurnya yang

normal, keadaan ini disebut sebagai testis ektopik.

Testis yang belum turun ke kantung skrotum dan masih berada dijalurnya mungkin terletak

di kanalis inguinalis atau di rongga abdomen yaitu terletak di antara fossa renalis dan anulus

inguinalis internus. Testis ektopik mungkin berada di perineal, di luar kanalis inguinalis yaitu

diantara aponeurosis obligus eksternus dan jaringan subkutan, suprapubik, atau di regio

femoral (Gambar 9-1).

Angka kejadian

Angka kejadian kriptorkismus pada bayi prematur kurang lebih 30% yaitu 10 kali lebih

banyak daripada bayi cukup bulan (3%). Dengan bertambahnya usia, testis mengalami

tinggal 0,7– 0,9 %. Setelah usia 1 tahun, testis yang letaknya abnormal jarang dapat

mengalami desensus testis secara spontan.

Etiologi

Testis maldesensus dapat terjadi karena adanya kelainan pada (1) gubernakulum testis, (2)

kelainan intrinsik testis, atau (3) defisiensi hormon gonadotropin yang memacu proses

desensus testis.

Patofisiologi dan Patogenesis

Suhu di dalam rongga abdomen ± 10

C lebih tinggi daripada suhu di dalam skrotum,

sehingga testis abdominal selalu mendapatkan suhu yang lebih tinggi daripada testis normal;

hal ini mengakibatkan kerusakan sel-sel epitel germinal testis. Pada usia 2 tahun, sebanyak

1/5 bagian dari sel-sel germinal testis telah mengalami kerusakan, sedangkan pada usia 3

tahun hanya 1/3 sel-sel germinal yang masih normal. Kerusakan ini makin lama makin

progresif dan akhirnya testis menjadi mengecil.

Karena sel-sel Leydig sebagai penghasil hormon androgen tidak ikut rusak, maka potensi

seksual tidak mengalami gangguan.

Akibat lain yang ditimbulkan dari letak testis yang tidak berada di skrotum adalah mudah

Bab 9: Kelainan Skrotum dan Isinya 179

Gambar 9-1. Letak testis maldesensus. Gambar di sebelah kanan adalah beberapa letak testis kriptorkismus yaitu 1. Testis retraktil, 2. Inguinal, dan 3. Abdominal, sedangkan gambar di sebelah kiri menunjukkan testis ektopik, antara lain: 4. Inguinal superfisial, 5. Penil, 6. Femoral

Gambaran klinis

Pasien biasanya dibawa berobat ke dokter karena orang tuanya tidak menjumpai testis di

kantong skrotum, sedangkan pasien dewasa mengeluh karena infertilitas yaitu belum

mempunyai anak setelah kawin beberapa tahun. Kadang-kadang merasa ada benjolan di perut

bagian bawah yang disebabkan testis maldesensus mengalami trauma, mengalami torsio, atau

berubah menjadi tumor testis.

Inspeksi pada regio skrotum terlihat hipoplasia kulit skrotum karena tidak pernah ditempati

oleh testis. Pada palpasi, testis tidak teraba di kantung skrotum melainkan berada di inguinal

atau di tempat lain. Pada saat melakukan palpasi untuk mencari keberadaan testis, jari tangan

pemeriksa harus dalam keadaan hangat.

Jika kedua buah testis tidak diketahui tempatnya, harus dibedakan dengan anorkismus

lain hormon testosteron, kemudian dilakukan uji dengan pemberian hormon hCG (human

chorionic gonadotropin) seperti pada bagan Gambar 9-2.

Periksa kadar testosteron awal

Injeksi hCG 2000U/hari selama 4 hari

hari ke V: Kadar meningkat 10 kali lebih tinggi daripada kadar semula

Testis memang ada

Gambar 9-2. Uji hCG untuk mengetahui keberadaan testis.

Keberadaan testis sering kali sulit untuk ditentukan, apalagi testis yang letaknya

intraabdominal dan pada pasien yang gemuk. Untuk itu diperlukan bantuan beberapa sarana

penunjang, di antaranya adalah flebografi selektif atau diagnostik laparoskopi.

Pemakaian ultrasonografi untuk mencari letak testis sering kali tidak banyak manfaatnya

sehingga jarang dikerjakan. Pemeriksaan flebografi selektif adalah usaha untuk mencari

keberadaan testis secara tidak langsung, yaitu dengan mencari keberadaan pleksus

Pampiniformis. Jika tidak didapatkan pleksus pampiniformis kemungkinan testis memang

tidak pernah ada.

Melalui laparoskopi dicari keberadaan testis mulai dari dari fossa renalis hingga anulus

inguinalis internus, dan tentunya laparoskopi ini lebih dianjurkan daripada melakukan

eksplorasi melalui pembedahan terbuka..

Diagnosis Banding

Seringkali dijumpai testis yang biasanya berada di kantung skrotum tiba-tiba berada di

daerah inguinal dan pada keadaan lain kembali ke tempat semula. Keadaan ini terjadi karena

reflek otot kremaster yang terlalu kuat akibat cuaca dingin, atau setelah melakukan aktifitas

fisik. Hal ini disebut sebagai testis retraktil atau kriptorkismus fisiologis dan kelainan ini tidak

Bab 9: Kelainan Skrotum dan Isinya 181

Selain itu maldesensus testis perlu dibedakan dengan anorkismus yaitu testis memang tidak

ada. Hal ini bisa terjadi secara kongenital memang tidak terbentuk testis atau testis yang

mengalami atrofi akibat torsio in utero atau torsio pada saat neonatus.

Tindakan

Pada prinsipnya testis yang tidak berada di skrotum harus diturunkan ke tempatnya, baik

dengan cara medikamentosa maupun pembedahan. Dengan asumsi bahwa jika dibiarkan,

testis tidak dapat turun sendiri setelah usia 1 tahun sedangkan setelah usia 2 tahun terjadi

kerusakan testis yang cukup bermakna, maka saat yang tepat untuk melakukan terapi adalah

pada usia 1 tahun.

Medikamentosa

Pemberian hormonal pada kriptorkismus banyak memberikan hasil terutama pada kelainan

bilateral, sedangkan pada kelainan unilateral hasilnya masih belum memuaskan. Obat yang

sering dipergunakan adalah hormon hCG yang disemprotkan intranasal.

Operasi

Tujuan operasi pada kriptorkismus adalah: (1) mempertahankan fertilitas, (2) mencegah

timbulnya degenerasi maligna, (3) mencegah kemungkinan terjadinya torsio testis, (4)

melakukan koreksi hernia, dan (5) secara psikologis mencegah terjadinya rasa rendah diri

karena tidak mempunyai testis.

Operasi yang dikerjakan adalah orkidopeksi yaitu meletakkan testis ke dalam skrotum

dengan melakukan fiksasi pada kantong sub dartos.

HIDROKEL

HIDROKEL HIDROKEL

HIDROKEL

Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan

memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem

limfatik di sekitarnya.

Etiologi

Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena: (1) belum

sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke

prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam

melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.

Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder.

Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang

menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel.

Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis.

Gambaran klinis

Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan

fisis didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada

pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang

terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan

ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak kantong

hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel

testis, (2) hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena

berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi

hidrokel.

Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak

dapat diraba (Gambar 9-3A). Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah

Bab 9: Kelainan Skrotum dan Isinya 183

Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah

kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong

hidrokel (Gambar 9-3B). Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.

Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga

peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum (Gambar 9-3C). Pada

anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat

anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke

dalam rongga abdomen.

Terapi

Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan

setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih

tetap ada atau bertambah besar perlu difikirkan untuk dilakukan koreksi.

Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi. Aspirasi

cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi, kadang kala

dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi.

Gambar 9-3. Klasifikasi hidrokel menurut letaknya terhadap testis.

Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah: (1) hidrokel yang besar

yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya

sehari-hari.

Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini

disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan

herniorafi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan skrotal dengan melakukan eksisi

dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong hidrokel

sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto

Penyulit

Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel

permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga menimbulkan atrofi

testis.

Dalam dokumen Dasar Dasar Urologi (Halaman 187-194)