• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRAUMA GINJALTRAUMA GINJAL TRAUMA GINJAL

Dalam dokumen Dasar Dasar Urologi (Halaman 125-131)

Trauma Trauma

Trauma UUUrogenitaliaUrogenitaliarogenitalia rogenitalia

Secara anatomis sebagian besar organ urogenitalia terletak di rongga ekstraperitoneal (kecuali

genitalia eksterna), dan terlindung oleh otot-otot dan organ-organ lain. Oleh karena itu jika

didapatkan cedera organ urogenitalia, harus diperhitungkan pula kemungkinan adanya

kerusakan organ lain yang mengelilinginya. Sebagian besar cedera organ genitourinaria bukan

cedera yang mengancam jiwa kecuali cedera berat pada ginjal yang menyebabkan kerusakan

parenkim ginjal yang cukup luas dan kerusakan pembuluh darah ginjal.

Cedera yang mengenai organ urogenitalia bisa merupakan cedera dari luar berupa trauma

tumpul maupun trauma tajam, dan cedera iatrogenik akibat tindakan dokter pada saat operasi

atau petugas medik yang lain. Pada trauma tajam, baik berupa truma tusuk maupun trauma

tembus oleh peluru, harus difikirkan untuk kemungkinan melakukan eksplorasi; sedangkan

trauma tumpul sebagian besar hampir tidak diperlukan tindakan operasi.

TRAUMA GINJAL

TRAUMA GINJALTRAUMA GINJAL

TRAUMA GINJAL

Ginjal terletak di rongga retroperitoneum dan terlindung oleh otot-otot punggung di

sebelah posterior dan oleh organ-organ intraperitoneal di sebelah anteriornya; karena itu

cedera ginjal tidak jarang diikuti oleh cedera organ-organ yang mengitarinya. Trauma ginjal

merupakan trauma terbanyak pada sistem urogenitalia. Kurang lebih 10% dari trauma pada

abdomen mendcederai ginjal.

Cedera ginjal dapat terjadi secara: (1) langsung akibat benturan yang mengenai daerah

secara tiba-tiba di dalam rongga retroperitoneum. Jenis cedera yang mengenai ginjal dapat

merupakan cedera tumpul, luka tusuk, atau luka tembak.

Goncangan ginjal di dalam rongga retroperitoneum menyebabkan regangan pedikel ginjal

sehingga menimbulkan robekan tunika intima arteri renalis. Robekan ini akan memacu

terbentuknya bekuan-bekuan darah yang selanjutnya dapat menimbulkan trombosis arteri

renalis beserta cabang-cabangnya.

Cedera ginjal dapat dipermudah jika sebelumnya sudah ada kelainan pada ginjal, antara

lain hidronefrosis, kista ginjal, atau tumor ginjal.

Penderajatan Trauma Ginjal

Menurut derajat berat ringannya kerusakan pada ginjal, trauma ginjal dibedakan menjadi:

(1) cedera minor, (2) cedera major, dan (3) cedera pada pedikel atau pembuluh darah ginjal.

Pembagian sesuai dengan skala cedera organ (organ injury scale) cedera ginjal dibagi dalam 5

derajat sesuai dengan penemuan pada pemeriksaan pencitraan maupun hasil eksplorasi ginjal

(terlihat pada tabel 6-1 dan Gambar 6-1). Sebagian besar (85%) trauma ginjal merupakan

cedera minor (derajat I dan II), 15% termasuk cedera major (derajat III dan IV), dan 1%

termasuk cedera pedikel ginjal.

Tabel 6-1. Penderajatan Trauma Ginjal

Derajat Jenis kerusakan

Derajat I Kontusio ginjal / hematoma perirenal

Derajat II Laserasi ginjal terbatas pada korteks

Derajat III Laserasi ginjal sampai pada medulla ginjal, mungkin terdapat trombosis arteri segmentalis

Derajat IV Laserasi sampai mengenai sistem kalises ginjal

Derajat V o Avulsi pedikel ginjal,mungkin terjadi trombosis arteria renalis

Bab 7: Inkontinensia Urine 117

Diagnosis

Patut dicurigai adanya cedera pada ginjal jika terdapat:

1. Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan perut bagian atas

dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas pada daerah itu.

2. Hematuria

3. Fraktur kosta sebelah bawah (T8-12) atau fraktur prosesus spinosus vertebra

4. Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang

5. Cedera deselerasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu

lintas.

Gambaran klinis yang ditunjukkan oleh pasien trauma ginjal sangat bervariasi tergantung

pada derajat trauma dan ada atau tidaknya trauma pada organ lain yang menyertainya. Perlu

ditanyakan mekanisme cedera untuk memperkirakan luas kerusakan yang terjadi.

Pada trauma derajat ringan mungkin hanya didapatkan nyeri di daerah pinggang, terlihat

jejas berupa ekimosis, dan terdapat hematuria makroskopik ataupun mikroskopik. Pada

trauma major atau ruptur pedikel seringkali pasien datang dalam keadaan syok berat dan

terdapat hematoma di daerah pinggang yang makin lama makin membesar. Dalam keadan ini

mungkin pasien tidak sempat menjalani pemeriksaan PIV karena usaha untuk memperbaiki

hemodinamik seringkali tidak membuahkan hasil akibat perdarahan yang keluar dari ginjal

cukup deras. Untuk itu harus segera dilakukan ekslorasi laparotomi untuk menghentikan

perdarahan.

Gambar 6-1. Klasifikasi trauma ginjal A. Kontusio ginjal terlihat kapsul ginjal masih utuh dan terdapat hematoma subkapsuler, B. Laserasi minor : terdapat robekan parenkim yang terbatas pada korteks ginjal, C. Laserasi parenkim sampai mengenai sistem kaliks ginjal, D. Fragmentasi ginjal (ginjal terbelah menjadi beberapa bagian), E. Ruptur pedikel ginjal.

Pencitraan

Jenis pencitraan yang diperiksa tergantung pada keadaan klinis dan fasilitas yang dimiliki

oleh klinik yang bersangkutan. Pemeriksaan pencitraan dimulai dari PIV (dengan

menyuntikkan bahan kontras dosis tinggi ± 2 ml/kg berat badan) guna menilai tingkat kerusakan ginjal dan melihat keadaan ginjal kontralateral.

Pembuatan PIV dikerjakan jika diduga ada (1) luka tusuk atau luka tembak yang mengenai

ginjal, (2) cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria makroskopik, dan

(3) cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria mikroskopik dengan

disertai syok

Derajat V Derajat I

Derajat II Derajat IV Derajat III

Bab 7: Inkontinensia Urine 119

Pada beberapa klinik, dugaan cedera tumpul pada ginjal yang menjukkan tanda hematuria

mikroskopik tanpa disertai syok melakukan pemeriksaan ultrasonografi sebagai pemeriksaan

penyaring. Pemeriksaan USG ini diharapkan dapat menemukan adanya kontusio parenkim

ginjal atau hematoma subkapsuler. Dengan pemeriksaan ini dapat pula diperlihatkan adanya

robekan kapsul ginjal.

Jika PIV belum dapat menerangkan keadaan ginjal (misalkan pada ginjal non visualized)

perlu dilakukan pemeriksaan CT scan atau arteriografi. Pemeriksaan PIV pada kontusio renis

sering menunjukkan gambaran sistem pelvikalises normal. Dalam keadaan ini pemeriksaan

ultrasonografi abdomen dapat menunjukkan adanya hematoma parenkim ginjal yang terbatas

pada subkapsuler dan dengan kapsul ginjal yang masih utuh. Kadang kala kontusio renis yang

cukup luas menyebabkan hematoma dan edema parenkim yang hebat sehingga memberikan

gambaran sistem pelvikalises yang spastik atau bahkan tak tampak (non visualized). Sistem

pelvikalises yang tak nampak pada PIV dapat pula terjadi pada ruptura pedikel atau pasien

yang berada dalam keadaan syok berat pada saat menjalani pemeriksaan PIV.

Pada derajat IV tampak adanya ekstravasasi kontras, hal ini karena terobeknya sistem

pelvikalises ginjal. Ekstravasasi ini akan tampak semakin luas pada ginjal yang mengalami

fragmentasi (terbelah) pada cedera derajat V.

Di klinik-klinik yang telah maju, peranan PIV sebagai alat diagnosis dan penentuan derajat

trauma ginjal mulai digantikan oleh CT scan. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya

robekan jaringan ginjal, ekstravasasi kontras yang luas, dan adanya nekrosis jaringan ginjal.

Selain itu pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya trauma pada organ lain.

Pengelolaan

Pada setiap trauma tajam yang diduga mengenai ginjal harus difikirkan untuk melakukan

tindakan eksplorasi, tetapi pada trauma tumpul, sebagian besar tidak memerlukan operasi.

1. Konservatif

Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Pada keadaan ini dilakukan observasi

tanda-tanda vital (tensi, nadi, dan suhu tubuh), kemungkinan adanya penambahan massa di

pinggang, adanya pembesaran lingkaran perut, penurunan kadar hemoglobin darah, dan

perubahan warna urine pada pemeriksaan urine serial.

Jika selama observasi didapatkan adanya tanda-tanda perdarahan atau kebocoran urine

yang menimbulkan infeksi, harus segera dilakukan tindakan operasi seperti terlihat pada

gambar 6-2. Observasi Didapatkan Tanda vital ↓ Massa di pinggang ↑ Hb ↓ Urine > pekat Merupakan Tanda perdarahan > hebat

Segera eksplorasi untuk menghentikan perdarahan

Suhu tubuh ↑

Massa di pinggang ↑

Merupakan Tanda dari kebocoran urine

Draunase urine segera

Gambar 6-2. Tatalaksana tindakan selama observasi trauma ginjal.

2. Operasi

Operasi ditujukan pada trauma ginjal major dengan tujuan untuk segera menghentikan

perdarahan. Selanjutnya mungkin perlu dilakukan debridement, reparasi ginjal (berupa

renorafi atau penyambungan vaskuler) atau tidak jarang harus dilakukan nefrektomi parsial

Bab 7: Inkontinensia Urine 121

Penyulit

Jika tidak mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat, trauma major dan trauma pedikel

sering menimbulkan perdarahan yang hebat dan berakhir dengan kematian. Selain itu

kebocoran sistem kaliks dapat menimbulkan ekstravasasi urine hingga menimbulkan urinoma,

abses perirenal, urosepsis, dan kadang menimbulkan fistula reno-kutan. Dikemudian hari

pasca cedera ginjal dapat menimbulkan penyulit berupa hipertensi, hidronefrosis, urolitiasis,

atau pielonefritis kronis.

Dalam dokumen Dasar Dasar Urologi (Halaman 125-131)