• Tidak ada hasil yang ditemukan

Area Pengomposan

Dalam dokumen BUKU PEDOMAN 3R 2014 (Halaman 129-145)

50

60 %

Penyaringan/Pengemasan

15%

Gudang : 10 %

Lapak Material 15%

Toilet/WC

Kantor 5%

Area Pemilahan 10 %

Area Penumpukan

Residu 5%

Gambar 5.8 Tampak Depan dan Tampak Samping Design Bangunan TPS 3R Sistem Lajur Terbuka (Open windrow)

Estimasi area yang lebih tepat dapat dihitung lebih rinci. Area yang terpenting pada proses pengomposan lajur terbuka adalah area pengomposan. Area ini harus dapat menampung dan memproses sampah untuk jangka waktu 6 minggu.

Tata Cara Pilihan Teknologi

33

Untuk modul 200 KK dengan asumsi 5 jiwa/KK dapat dilihat pada Tabel 5.4

Tabel 5.4 Perkiraan area untuk pengomposan lajur terbuka untuk modul 200 KK

Keterangan Unit Sistem

Cetak Jumlah sampah organik per minggu m3 10.64

Faktor kehilangan volume 0.50

Lama pengomposan minggu 6.00

Karakteristikwindrow

Panjang m 5.00

Lebar m 2.50

Tinggi m 1.50

Jarak antar lajur m 1.00

Volume per lajur m3 9.38

Kebutuhan lajur lajur 6.81

Area per lajur m2 17.50

Area Pengomposan m2 119.20

Faktor Keamanan 10 % m2 131.12

Dibulatkan m2 132.00

Pembiayaan

Dana yang dibutuhkan untuk investasi dan operasi pemeliharaan sangat tergantung dari proses pengomposan dan kapasitas pengomposan. Dari pengalaman yang sudah dilakukan, untuk pengomposan skala kawasan skala satu Rukun Warga (200 KK) dibutuhkan setidaknya 5 orang pegawai yang diperlukan untuk pemilahan sampah, pembuatan tumpukan, pembalikan dan penyiraman serta pengayakan dan pengemasan.

5.4.2 PENGOMPOSAN SKALA KAWASAN DENGAN METODA CETAKAN (CASPARY)

Proses pengomposan skala kawasan dengan metoda cetakan merupakan proses pengomposan dengan menggunakan alat cetak untuk membantuk sampah dalam bentuk kubus. Proses pengomposan sampah dengan sistem cetakan ini digunakan jika lahan yang ada tidak terlalu luas. Proses pengomposan dengan sistem cetak lebih agak rumit dibandingkan dengan metoda jalur terbuka karena membutuhkan alat cetak. Sifat tumpukan sampah juga lebih padat dibandingkan lajur terbuka sehingga udara yang terperangkap pada tumpukan sampah menjadi lebih sedikit.

Pembentukan Tumpukan

Alur proses pengomposan dengan sistem cetak tidak terlalu berbeda dengan sistem open

windrows. Hal yang secara prinsip berbeda adalah pada saat membentuk tumpukan sampah

untuk proses pengomposan selanjutnya.

Sampah organik yang sudah terpilah dibawa kearea pengomposan. Pada area pengomposan disiapkan alat pencetak yang terbuat dari papan. Ukuran baku untuk alat pencetak memang belum ditentukan, akan tetapi sebagai dasar perhitungan dapat digunakan dimensi alat cetak lebar 1 meter, panjang 2 meter dan tinggi 0,5 meter (gambar 5.9).

Gambar 5.9 Pengomposan Dengan Metoda Cetakan Metoda Cetak

Tata Cara Pilihan Teknologi

35

Gambar 5.10 Desain Teknis Cetakan Kompos

Pencetakan sampah dilakukan dengan memasukkan sampah organik kedalam kotak cetakan. Secara manual sampah dalam cetakan dipadatkan, setelah itu kotak cetakan diangkat maka terbentuklah tumpukan sampah yang sudah tercetak. Tumpukan yang sudah terbentuk diberi tanda atau label yang berisi informasi mengenai waktu pembentukan tumpukan.

Pencetakan sampah dilakukan dengan memasukkan sampah organik kedalam kotak cetakan. Secara manual sampah dalam cetakan dipadatkan, setelah itu kotak cetakan diangkat maka terbentuklah tumpukan sampah yang sudah tercetak. Tumpukan yang sudah terbentuk diberi tanda atau label yang berisi informasi mengenai waktu pembentukan tumpukan.

Secara berkala, tumpukan sampah dibalik 1 atau 2 kali seminggu secara manual. Pembalikan tumpukan dapat dilakukan dengan memindahkan tumpukan yang sudah tercetak kedalam kotak cetakkan berikutnya dan demikian seterusnya. Waktu pembalikan dicatat dan tumpukan yang sudah dilakukan pembalikan diberi tanda tanggal pembalikan. Proses pembalikan memang agak rumit dibandingkan sistem lajur terbuka.

Prasarana dan Sarana Pengomposan Dengan Sistem Cetak

Jenis peralatan yang dibutuhkan untuk pengomposan sistem cetak adalah: 1. Alat pengomposan manual

a. Garu, alat untuk membentuk dan membalik tumpukan sampah b. Kotak cetakan sampah

c. Skop, untuk proses pengayakan

d. Pompa air dan pemipaan untuk penyiraman

e. Gerobak dorong untuk mengangkut sampah dan kompos f. Timbangan

g. Termomoter kompos h. Pakaian kerja

i. Alat pengemas kompos

j. Alat pengayak kompos,manual atau mekanis

2. Gerobak sampah untuk mengambil sampah dari sumbernya 3. Instalasi penampung air lindi

4. Instalasi listrik

5. Kontainer residu sampah

Area yang dibutuhkan

Jenis prasarana ruangan yang dibutuhkan untuk pengomposan sistem cetak hampir sama dengan instalasi pengolahan sampah lajur terbuka (open windrow), yang berbeda hanya pada luasan area pengomposan.

Estimasi area yang lebih tepat dapat dihitung lebih rinci. Area yang terpenting pada proses pengomposan cetakan adalah area pengomposan. Area ini harus dapat menampung dan memroses sampah untuk jangka waktu 6 minggu. Untuk modul 200 kepala keluarga dengan asumsi 5 jiwa per kepala keluarga dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tata Cara Pilihan Teknologi

37

Tabel 5.5 Perkiraan area untuk Pengomposan Sistem Cetak untuk modul 200 KK

Unit Sistem Cetak

Jumlah sampah per minggu m3 10.64

Faktor kehilangan volume 0.50

Kerapatan Sampah dalam cetakkan ton/m3 0.40

Lama pengkomposan minggu 6.00

Dimensi Cetakan

Panjang m 2.00

Lebar m 1.00

Tinggi m 0.50

Jarak antar cetakan m 0.50

Volume per cetakan m3 1.00

Kebutuhan cetakan cetakan 26.00

Area per cetakan m2 3.00

Area Pengomposan m2 78.00

Area pengomposan total (faktor keamanan 10%) m2 85.80

Denah tapak untuk pengomposan sampah dengan sistem cetak sama dengan pengomposan sampah untuk lajur terbuka (open windrow) yang berbeda hanya luasan area pengomposan.

Pendanaan

Dana yang dibutuhkan untuk investasi dan operasi pemeliharaan sangat tergantung dari proses pengomposan dan kapasitas pengomposan. Dari pengalaman yang sudah dilakukan, untuk pengomposan skala kawasan skala satu Rukun Warga (200 kk) dibutuhkan setidaknya 5 orang pegawai yang diperlukan untuk pemilahan sampah, pembuatan tumpukan, pembalikan dan penyiraman serta pengayakan dan pengemasan.

5.4.3

PENGOMPOSAN SKALA RUMAH TANGGA DENGAN SISTEM BAK TERBUKA

(OPEN BIN)

Selain dirumah pengomposan juga dapat dilakukan secara terpusat pada satu kawasan kecil setingkat Rukun Warga (RW) sampai skala kota. Pengomposan skala kawasan dilakukan terpusat pada skala kapasitas antara 1-2 ton sampah per hari. Kawasan disini dapat berupa kawasan permukiman, pasar, komersial dan sebagainya. Jika pada skala permukiman, maka pengomposan skala kawasan diperuntukkan untuk mengelola sampah organik dari sekitar 1.000 sampai 2.000 jiwa

Proses Pengomposan

Proses pengomposan skala kawasan dengan sistem bak terbuka merupakan proses pengomposan dengan menggunakan bak-bak terbuka dimana sampah tidak perlu dibentuk akan tetapi cukup dimasukkan kedalam bak. Sampah organik dimasukkan pada bak terbuka sampai penuh sambil dipadatkan dan disiram. Setelah bak terisi penuh, pengisian dapat dilanjutkan ke bak berikutnya. Sistem ini sangat sederhana dan lokasi dapat diatur lebih bersih karena proses pengomposan dilakukan didalam bak

Pembalikan dapat dilakukan tetap didalam bak dengan alat pembalik atau dengan cara sampah dipindahkan ke bak berikutnya. Sistem pengudaraan pada bak terbuka sedikit terbatas karena adanya dinding bak meskipun sudah diberikan lubang ventilasi. Pengomposan dengan bak terbuka ini cenderung lebih lama, pada beberapa kasus lama pengomposan dapat mencapai 2 bulan.

Gambar 5.12 Pengomposan Bak Terbuka

Tata Cara Pilihan Teknologi

39

Tumpukan yang sudah terbentuk diberitanda atau label yang berisiin formasi mengenai waktu pembentukan tumpukan.

Tata Cara Pilihan Teknologi

41

Peralatan yang dibutuhkan untuk pengomposan sistem cetak adalah : 1. Alat pengomposan manual

a. Garu, alat untuk membentuk dan membalik tumpukan sampah b. Bak komposter

c. Skop,untuk proses pengayakan dan pengemasan d. Pompa air dan pemipaan untuk penyiraman

e. Gerobak dorong untuk mengangkut sampah dan kompos f. Timbangan

g. Termomoter kompos h. Pakaian kerja

i. Alat Pencacah (Jika diperlukan) j. Alat pengemas kompos

k. Alat pengayak kompos, manual atau mekanis.

2. Bak, Ukuran bak minim adalah panjang 1 m, lebar 1 m dan tinggi 1 m 3. Gerobak sampah untuk mengambil sampah dari sumbernya

4. Instalasi penampung lindi 5. Instalasi listrik

6. Kontainer residu sampah

Area yang dibutuhkan

Jenis prasarana ruangan yang dibutuhkan untuk pengomposan sistem cetak hampir sama dengan instalasi pengolahan sampah lajur terbuka (open windrows), yang berbeda hanya pada luasan area pengomposan.

Estimasi area yang lebih tepat dapat dihitung lebih rinci. Area yang terpenting pada proses pengomposan cetakan adalah area pengomposan. Area ini harus dapat menampung dan memroses sampah untuk jangka waktu 6 minggu.

Untuk modul 200 kepala keluarga (KK) dengan asumsi 5 jiwa perkepala keluarga dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Perkiraan Area untuk Pengomposan Sistem Bak Terbuka untuk modul 200 KK

Berikut adalah perkiraan biaya investasi untuk pengomposan dengan sistem bak terbuka.

Unit Cetakan

Jumlah sampah per minggu m3 10.64

Faktor kehilangan volume 0.50

Kerapatan Sampah dalam cetakkan ton/m3 0.40

Lama pengkomposan minggu 8.00

Dimensi Bak Komposter

Panjang m 1.00

Lebar m 1.00

Tinggi m 1.00

Jarak antar Bak Komposter m 0.10

Volume per Bak Komposter m3 1.00

Kebutuhan Bak Komposter Bak 43.00

Area per Bak Komposter m2 1.10

Area mobilisasi m2 10.00

Tata Cara Pilihan Teknologi

43

Tabel 5.7 Perkiraan Biaya Investasi

Unit Satuan Harga/Unit Harga (Rp) Total (Rp)

Peralatan 63.500.000,-

Compos screening 1 Unit 5.000.000 5.000.000

Gerobak dorong 1 Unit 500.000 500.000

Timbangan duduk 1 Unit 3.000.000 3.000.000

Alat bantu pembalikan heap

1 Unit 2.000.000 2.000.000

Pakaian Lapangan 20 Unit 200.000 4.000.000

Pompa air dan instalasinya 1 Unit 5.000.000 5.000.000

Instalasi listrik 1 Unit 1.000.000 1.000.000

Bak terbuka 43 Unit 1.000.000 43.000.000

Ruang Beratap terbuka 144.545.000,-

Ruang sortasi 20 m2 1.000.000 20.000.000 Ruang pengomposan 63 m2 1.500.000 94.545.000 Ruang pengudaraan 30 m2 1.000.000 30.000.000 Ruang tertutup 60.000.000,- Ruang gudang 20 m2 1.000.000 20.000.000 Ruang alat 20 m2 1.000.000 20.000.000 Kantor 20 m2 1.000.000 20.000.000 TOTAL 268.045.000,-

5.4.4

PENGOMPOSAN DENGAN METODA TAKAKURA SUSUN

Komposting ini dilakukan dengan melakukan penimbunan terhadap sampah organik ke dalam keranjang berongga. Penggunaan keranjang berongga (keranjang buah) dimaksudkan untuk keperluan aerasi (sirkulasi udara). Keranjang dapat terbuat dari plastik atau bambu) apapun model keranjang yang terpenting adalah keranjang tersebut berlubang. Ukuran keranjangn takakura P = 60 cm, L = 43 cm dan T = 30 cm (ukuran bisa disesuaikan).

Berikut adalah alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat takakura susun antara lain :

• Sampah sebanyak 61,2 kg

• Mikroorganisme padat 14 kg

• Karung Glangsing 6 buah

• Keranjang 6 buah (keranjang yang berlubang)

• Kaset dari sabut kelapa 36 buah

• Pupuk kompos secukupnya

• Sprayer 1 buah

• Termometer 2 buah

• Garu kecil 1 buah

• Pisau besar 1 buah

• Sarung tangan 4 pasang

• Gunting 1 buah

Langkah Pembuatan Takakura Susun:

• Karung glangsing dipasang pada lapisan dalam keranjang

• Sampah organik dicacah dengan ukuran 2-4 cm

• Siapkan mikroorganisme padat yang terbuat dari campuran bekatul, sekam padi, kompos dan air, kemudian sebar sampah yang akan dikomposkan diatasnya

• Lapisi sampah organik dengan mikroorganisme padat (perbandingan 1:1)

• Campur sampah organik dengan mikroorganisme padat melalui pengadukan secara merata

• Masukkan hasil campuran tersebut kedalam keranjang

• Lakukan tahap tersebut hingga sampah organik tidak tersisa, gunakan beberapa keranjang apabila jumlah sampah cukup banya

• Susun keranjang wadah pengomposan se hingga dapat menghemat tempat

• Tutup keranjang paling atas dengan keset yang terbuat dari sabut kelapa

• Lakukan pengadukan maksimal satu minggu sekali, apabila terlalu kering siram dengan air secukupnya hingga merata. Kemudian lakukan pengadukan untuk mencampur larutan air dengan materi organik yang dikomposkan

• Waktu pemanenan berkisar 7-8 minggu

• Apabila waktu sudah mencapai 7-8 minggu, kompos dikeluarkan kemudian diangin- anginkan selama 1 minggu

• Pada saat pemanenan sebaiknya dilakukan pengayakan untuk memperoleh kompos yang halus, materi yang kasar bisa dimasukkan kembali ke dalam keranjang untuk dilakukan proses pengomposan berikutnya

• Pupuk kompos siap dimanfaatkan

Berikut adalah cara pembuatan takakura susun :

Pembuatan mikroorganisme padat dari campuran bekatul, sekam padi, kompos dan

air Pencacahan sampah secara manual atau

dapat pula menggunakan alat pencacah bertenaga listrik ataupun diesel

Tata Cara Pilihan Teknologi

45

Sumber : Christianto Pusdakota Ubaya (Surabaya, 2005)

Proses pencampuran mikroorganisme padat dengan sampah organik hingga merata

Proses memasukkan sampah organik yang telah dicampur dengan mikroorganisme padat menggunakan sekop atau cangkul kedalam

keranjang yang telah dilapisi glangsing

Susun keranjang yang telah penuh dengan campuran sampah organik dan mikroorganisme padat. Tinggi susunan secukupnya, disesuaikan dengan luas dan

lokasi pengomposan

Tutup/lapisi keranjang paling atas dengan keset yang terbuat dari sabut kelapa

5.5

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODA PENGOMPOSAN

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya mengenai metoda pengomposan aerob pada skala kawasan, berikut adalah kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing metoda pengomposan aerob skala kawasan.

Tabel 5.8 Kelebihan & Kekurangan Metoda Pengomposan

Metoda Kelebihan Kekurangan

Bak Terbuka (Open Bin)

1. Sampah tidak terlihat dari luar 2. Areal pengomposan terlihat rapih 3. Volume sampah yang terolah

sama

1. Padat moda

2. Tinggi kotak terbatas 3. Penggunaan terbatas

Lajur Terbuka (Open Windrow)

1. Modal lebih ringan dibandingkan metodaOpen bin

2. Tumpukan sampah dapat mencapai tinggi optimal, yaitu 1,5 m

3. Penggunaan lahan fleksibel 4. Proses pembalikan lebih mudah

dibanding metodaopen bindan

caspary

1. Volume sampah tercetak sama untuk setiap tumpukan 2. Tumpukan sampah rentan

terhadap tiupan angin 3. Tumpukan sampah mudah

rubuh

Cetakan (Caspary)

1. Tumpukan sampah terlihat rapih 2. Volume sampah tercetak lebih

banyak dan seragam

3. Tumpukan sampah tidak mudah runtuh dan tahan terhadap tiupan angin

1. Proses pembalikan kompos lebih rumit dariOpen binatau

Open windrow

Takakura susun

1. Hemat lahan

2. Proses komposting berlangsung cepat

3. Proses rapih dan sangat terstruktur

1. Biaya investasi cukup tinngi 2. Membutuhkan banyak

pekerja

3. Monitoring kompleks, sebab tiap-tiap kotak takakura perlu dilakukan monitoring

Tata Cara Pilihan Teknologi

47

LAMPIRAN

ALTERNATIF PENGOLAHAN SAMPAH

Dalam dokumen BUKU PEDOMAN 3R 2014 (Halaman 129-145)