• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arsitektur dan Lingkungan

Dalam dokumen KOMUNIKASI DAN PERILAKU NONVERBAL docx (Halaman 96-100)

SPACE AND TERRITORIALITY FENOMENA TERRITORIALITY

2. Arsitektur dan Lingkungan

Winston Churchill pernah mengatakan (quotes) “Kita membentuk suatu bangunan, begitupula bangunan membentuk kita”. Bangunan, bentuk, posisi dinding, ruangan, bentuk tangga, dan lainnya,akan mempengaruhi interaksi seseorang kepada orang lain.

Bangunan di desain untuk mengekspresikan perasaan dan kesan kepada orang-orang yang melihat bangunan tersebut serta mereka yang memasuki bangunan tersebut.Desain bangunan tidak hanya akan memberikan dampak pada perilaku manusia saja tetapi juga memberikan kesan pada pemilik bangunan tersebut.

3. PengaturanRuang

Dalam bagian ini, kita membicarakan susunan tempat dalam tiga cara, yaitu: a) Dampak dari bentuk meja dalam diskusi

b) Susunan tempat duduk, hal ini berhubungan dengan situasi dan perbedaan kepribadian.

c) Susunan ruang kantor dan bagaimana hal tersebut berhubungan dengan keprofesionalan dan interaksi sosial yang terjadi.

Pada meja yang melingkar, tidak ada perbedaan dan tidak ada tepi yang mungkin menjadi untuk dijadikan sisi ‘yang berbeda’.Sehingga meja bundar, menyimbolkan keseimbangan dan kesatuan pada individu-individu yang bersangkutan.

Meja yang berbentuk persegi memiliki sisi-sisi yang seimbang atau sama panjang, karena itu, meja ini menyimbolkan kesseimbangan status dan kekuatan. Sisi-sisi yang dibedakan itu memberikan pemisahan dalam komunikasi. Bentuk meja persegi memberikan persepsi mengenai keseimbangan, tapi tidak memberikan persepsi mengenai kesatuan

Meja berbentuk persegi panjang merupakan sususan struktural yang biasa ada pada tempat bisnis dan perusahaan.Empat sisi yang terpisah menandakan kurangnya kesatuan interaksi. Biasanya seorang yang memimpin ada di bagian sisi yang pendek (bagian lebar) di ujung yang jauh dari yang lain, dan sisi pendek lainnya dibiarkan kosong. Hal ini menandakan adanya kontrol dari pemimpin dalam interaksi.

Melingkar Persegi Persegi Panjang b) Susunan tempat duduk

Penelitian mengusulkan bahwa pilihan kita untuk posisi tempat duduk dapat ditentukan oleh beberapa hal.Bahkan di kelas, dimana hal mengenai pemilihan tempat duduk terlihat seperti kebiasaan yang tidak disengaja, para peneliti telah menentukan bahwa siswa memilih tempat duduk mereka dengan penuh kepedulian.Faktor-faktornya adalah tugas dihadapan kita,jenis hubungan komunikasi atau kedekatan, dan bahkan kepribadian kita.

 Situasi Tugas

Sommer tertarik pada kebiasaan duduk remaja.Pada investigasinya, Sommer meminta pada para subjek untuk mengimajinasikan situasi dimana mereka berada pada suatu meja bersama teman satu jenis kelamin. Sommer memerintahkan mereka untuk memikirkan empat situasi:

a. Perbincangan (conversation), berarti duduk dan berbicara untuk beberapa menit sebelum masuk kelas.

b. Kerjasama (cooperation), artinya duduk bersama dan belajar bersama untuk tugas yang sama.

c. Aksi Kerjasama (co-action) artinya duduk bersama dan belajar untuk tugas yang berbeda.

d. Kompetisi (competition), yaitu berkompetisi untuk melihat siapa pemenang pertama yang berhasil menyelesaikan puzzle.

 Level Kedekatan

Lingkungan yang dikenal baik sehingga terasa dekat memberikan pengaruh pada pilihan kita untuk memilih tempat duduk, atau mungkin juga kedekatan secara tidak langsung dipengaruhi oleh pilihan kita mengenai posisi duduk. Cook menemukan bahwa duduk-saling-berdampingan lebih disukai oleh mereka yang sangat dekat dengan temannya. Sedangkan duduk-menyudut lebih disukai oleh mereka yang berjenis kelamin sama, teman biasa, ataupun teman yang berbeda jenis kelamin.

 Perbedaan Kepribadian

Karakteristik personal dan perbedaan individual lainnya memberikan pengaruh pada tempat duduk yang kita sukai.Studi menemukan bahwa mereka yang memiliki perbedaan kaakteristik personal memiliki perbedaan pemilihan tempat duduk apabila mereka dibebaskan untuk memilih. Studi menujukan, orang yang cenderung memilih tempat duduk di depan ternyata memiliki antusias tentang sekolah dan belajar. Sebaliknya, siswa yang cenderung duduk di belakang, biasanya jarang menjadi pemimpin atau pengurus.

Dominasi juga berhubungan dengan pemilihan tempat duduk.Mereka yang terukur memiliki tingkat dominasi yang tinggi cenderung duduk di bagian kepala dari meja, atau di satu sisi yang menjadi pusat dari sisi yang lainnya.Posisi yang mereka pilih itu merupakan posisi pusat dari komunikasi yang memungkinkan mereka untuk melakukan eye-contact dan mendapatkan jarak penglihatan yang luas.Namun ternyata pilihan tempat duduk ini dipilih juga oleh orang yang menemukan kesenangan dalam komunikasi.

c) Susunan Pada Ruang Kantor

Editor dari majalah Consumer and Guide Magazine pada tahun 1979 menyusun sebuah buku dengan tujuan semata-mata untuk menginstruksikan pada para pebisnis mengenai cara mendekorasi ruang kerja untuk meraih keberhasilan yang lebih baik. Editor majalah itu menekankan bahwa ukuran dan penempatan furniture pada kantor biasanya menjadi faktor utama komunikasi. Mereka mengusulkan bahwa untuk memajukan suatu kantor diperlukan kepeduluan dan perencanaan. Perencanaan itu melibatkan dua tahap:

1. Bangun rencana yang spesifik untuk memproyeksikan kepriadian dan gaya

2. Meninjau ulang cara yang dipakai dari berbagai aspek dari sebuah kantor yang dapat memproyeksikan karakter. Setelah itu rencanakan perubahan fisik yang menjelaskan kualitas yang diharapkan

Zweigenhaft (1976) menginvestigasi susunan kantor dari anggota fakultas bidang akademik. Dia tertarik dalam hal bagaimana fakultas membedakan posisi urutan perabotan dalam kantor mereka untuk mengatur interaksi dengan para mahasiswa. Zweigenhaft meminta para dosen untuk membuat sketsa bagaimana kantor mereka

sekarang tersusun. Hasil dari pelajaran ini menunjukkan bahwa sebagian besar anggota senior fakultas menempatkan diri mereka diantara diri mereka sendiri dan siswa yang berkunjung. Bagaimanapun, kurang dari setengah asisten professor kuliah menaruh bagian mereka pada posisi “blocking” yang sama. Hasil yang menarik dari pelajaran ini meliputi persepsi para siswa anggota fakultas. Untuk para guru yang tidak menempatkan diri mereka pada posisi “blocking”, persepsi siswa akan lebih positif. Siswa menilai mereka lebih mendorong pada sudut pandang yang berbeda, lebih memberi siswa perhatian secara individual, dan sedikitnya menunjukkan rasa suka yang berlebihan.

Interaksi kita dengan kolega pada beberapa kampus menyatakan bahwa persepsi mahasiswa sungguh akurat.Kolega muda cenderung melihat para siswanya lebih seperti mereka dan sebagai individual yang senang untuk bergaul. Banyak kolega senior menyatakan banyak pengalaman negatif pada interaksi dengan siswa didalam kantor, yang menyatakan bahwa siswa biasanya datang ke kantor mereka untuk mengadu. Ini dianggap bahwa professor dengan umur yang dapat dilihat sendiri oleh siswa mereka sendiri tak sebanyak biasanya, karena itu, dianggap sebagai target yang diinginkan untuk interaksi. Kemungkinan besar para siswa akan mengunjungi kantor professor yang lebih tua untuk melakukan pembicaraan yang bersifat informal. Interaksi siswa- professor akan lebih berhubungan pada masalah yang dihadapi para siswa. Mungkin menghasilkan suatu putaran.Interaksi para siswa sering meliputi interaksi yang menyenangkan, jadi strukturnya ditempatkan antara siswa dan professor. Sebagaimana rintangan muncul, kemungkinan interaksi yang menyenangkan akan berkurang, dan seterusnya.

4. Faktor Lingkungan Lainnya

Dalam dokumen KOMUNIKASI DAN PERILAKU NONVERBAL docx (Halaman 96-100)