• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asri Andrias Herman Balo1

1Staf Pengajar Fakultas Teknik , Jurusan Arsitektur - Universitas Haluoleo

Jl. HEA Mokodompit, Anduonohu, Kendari–Sulawesi Tenggara E-mail: erickasri.92@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi minimnya sumber referensi terkait arsitektur vernakular Tolaki bagi para mahasiswa dan praktisi arsitektur di Sulawesi Tenggara yang berdampak pada pendidikan arsitektur dan profesi arsitek didaerah ini. Untuk itu tulisan ini bertujuan menggali kembali sumber referensi arsitektur vernakularTolaki yang ada untuk memperoleh konsep yang mampu memperkaya pemahaman tentang arsitektur vernakular. Penelitian ini menggunakan berbagai pustaka/literatur dan beberapa fakta empiri arsitektur vernakular Tolaki yang ada sebagai data. Dengan analisis konten terhadap berbagai pustaka/literatur yang ada maka dirumuskanlah sebuah konsep arsitektur vernakular Tolaki.

Kata Kunci : Arsitektur , Vernakular , Tolaki

1. PENDAHULUAN

Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang terbentuk dari proses yang berangsur lama dan berulang-ulang

sesuai dengan perilaku, kebiasaan, dan kebudayaan di tempat asalnya. Vernakular, berasal dari vernacullus yang berarti lokal atau pribumi. Pembentukan arsitektur berangsur dengan sangat lama sehingga sikap bentuknya akan mengakar. Latar belakang indonesia yang amat luas dan memiliki banyak pulau menyebabkan perbedaan budaya yang cukup banyak dan arsitektur merupakan salah satu parameter kebudayaan yang ada di Indonesia karena biasanya arsitektur terkait dengan sistem sosial, keluarga, sampai ritual keagamaan.(Furuhitho,2018)

Arsitektur vernakular merupakan kategori arsitektur yang berbasis pada Kebutuhan dan bahan bangunan

lokal yang tentunya mencerminkan tradisi lokal. Arsitektur vernakular cenderung berkembang dari waktu ke waktu untuk mencerminkan konteks, lingkungan budaya, teknologi, dan sejarah di mana itu ada dan berkembang.

Secara etimologi Vernakular adalah istilah yang berasal dari vernaculus Latin, yang berarti "dalam negeri, pribumi"; dari Verna, yang berarti "budak pribumi" atau "budak rumah-lahir". Adapun Definisi menurut Ronald Brunskill, arsitektur vernakular sebagai: sebuah bangunan yang dirancang oleh seorang amatir tanpa pelatihan dalam desain, individu yang dibimbing oleh serangkaian konvensi dibangun di wilayah itu, dengan sedikit modifikasi.

•Dimana definisi Konvensi atau pengertian hukum dasar yang tidak tertulis adalah aturan-aturan dasar yang

timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan pembangunan sebuah bangunan meskipun sifatnya tidak tertulis. Konvensi ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraannya 2. Tidak bertentangan dengan kebiasaan, adat setempat.

3. Diterima oleh seluruh lapisan masyarakat

4. Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan yang tidak mengikat.

•Fungsi bangunan menjadi faktor dominan,

•Pertimbangan estetika, meskipun hadir hanya sebagian kecil.

•Kecenderungan bahan lokal akan digunakan, disamping pilihan bahan impor.

1.1 Permasalahan

Yang menjadi akar permasalahan dalam hal ini adalah minimnya referensi tentang arsitektur vernakular maupun Arsitektur vernakular Tolaki itu sendiri secara khusus yang dapat dijadikan rujukan. Diantara konsep yang masih harus digali adalah makna, cakupan, dan faktor-faktor yang membentuk vernakularitas tersebut.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Penulis memandang perlunya selalu dilakukan penggalian konsep arsitektur vernakular khususnya di daerah sehingga dapat memperkaya khasanah keilmuan dan menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat (mahasiswa, akademisi, dan praktisi) sekaligus memperkuat keilmuan arsitektur terutama yang terkait dengan ciri khas arsitektur lokal, sehingga dalam aplikasinya nanti dapat menghargai ciri khas arsitektur lokal. Untuk itu tulisan ini mencoba menggali kembali konsep arsitektur vernakular tolaki sebagai salah satu produk budaya terbesar di Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih baik

80

SNT2BKL-ST-10

khususnya bagi para mahasiswa dan praktisi untuk memahami arsitektur dan menjadi bekal dalam praktek berarsitektur terutama didaerah.

1.3 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan untuk menggali kembali pemahaman tentang ciri khas arsitektur lokal. Berbagai pemikiran dan fakta empiri desain Vernakular Tolaki digunakan sebagai data penelitian. Data-data tersebut diperoleh dan dikumpulkan dari berbagai pustaka/literatur yang ada dan juga diambil dari lapangan. Data dianalisis dengan analisis konten. Adapun tahapan penelitian diawali dengan memahami terlebih dahulu esensi arsitektur vernakular khususnya Arsitektur vernakular Tolaki menurut berbagai sumber, kemudian mengidentifikasi berbagai aspek yang ada pada kajian tersebut, mengklasifikasikan dan mengkategorisasikan aspek-aspek tersebut sehingga dapat menjelaskan konsep arsitektur vernakular Tolaki.

2. LANDASAN TEORI

2.1. Vernakular dan arsitek

Paul Oliver, dalam bukunya Dwellings, menyatakan: "... menawarkan definisi sederhana berikut arsitektur vernakular: "… arsitektur rakyat, dan oleh rakyat, tetapi tidak untuk orang lain". Arsitek modern telah mempelajari bangunan vernakular dan mengaku mengambil inspirasi dari mereka, termasuk aspek vernakular dalam desain mereka. Pada tahun 1946, arsitek Mesir Hassan Fathy ditunjuk untuk merancang kota New Gourna dekat Luxor. Setelah mempelajari pemukiman Nubia tradisional dan teknologinya, ia mengunakan kubah batu bata lumpur tradisional pemukiman Nubia dalam desainnya. Percobaan gagal, karena berbagai alasan sosial dan ekonomi, tetapi merupakan upaya pertama yang tercatat oleh seorang arsitek untuk mengatasi kebutuhan sosial dan lingkungan dari pengguna bangunan dengan mengadopsi metode dan bentuk dari rakyat.

Pada tahun 1964 pameran Arsitektur Tanpa Arsitek di Museum of Modern Art, NewYork oleh Bernard Rudofsky menggunakan kata vernakular. Rudofsky yang pertama kali membuat penggunaan istilah vernakular dalam konteks arsitektur, dan membawa konsep ini ke dalam mata publik dan terutama dalam dunia arsitektur:

“menyebutnya vernakular, anonim, spontan, adat, pedesaan, "Sejak munculnya istilah ini pada 1970-an,

pertimbangan vernakular telah memainkan bagian peningkatan dalam desain arsitektur, meskipun arsitek individual telah banyak mengungkapkan bergai pendapat tentang manfaat dari arsitektur rakyat (vernakular). Beberapa Tokoh penggerak arsitektur vernakuler :

• Sri Lanka arsitek Geoffrey dianggap sebagai pelopor modernisme regional di Asia Selatan.

• Charles Correa Pendukung penggunaan vernakular dalam desain arsitektur modern

• Muzharul Islam seorang arsitek terkenal India

• Bashirul Haq yang dikenal secara internasional sebagai arsitek Bangladesh

• Sheila Sri Prakash yang telah menggunakan arsitektur pedesaan India sebagai inspirasi untuk inovasi

dalam desain lingkungan dan sosial-ekonomi yang berkelanjutan dan perencanaan.

• Para arsitek Belanda seperti Aldo van Eyck juga pendukung arsitektur vernakular.

• Samuel Mockbee, Christopher Alexander dan Paolo Soleri adalah para Arsitek yang karyanya

mencontohkan arsitektur modern dengan mengambil konsep arsitektur vernakular.

2.2. Klasifikasi Bangunan

Amos Rapoport (1969) membagi bangunan ke dalam kelompok sebagai berikut:

Tradisi Besar (Grand Design)

BANGUNAN Tradisional Vernakular

Tradisi Rakyat Modern Primitif

Arsitektur tradisi besar merupakan karya yang umumnya bersifat monumental, megah, dan dibuat untuk kepentingan bersama, pemerintah, atau sekelompok orang untuk menunjukkan kekuasaannya. Sedangkan arsitektur tradisi rakyat, menurut Amos Rapoport, merupakan terjemahan langsung dari kebutuhan dan nilai-nilai dalam kehidupan manusia yang dilakukan secara sadar ke dalam bentuk fisik suatu budaya. Bangunan primitif dipahami sebagai bangunan yang dihasilkan oleh kelompok sosial yang didefinisikan sebagai primitif oleh ahli antropologi. Menurut Redfield, salah satu ciri bangunan primitif adalah penggunaan teknologi yang sederhana.

81

SNT2BKL-ST-10

Rumah merupakan objek studi yang sangat penting untuk memahami arsitektur vernakular di suatu tempat. Lebih dari sekadar bangunan, rumah merepresentasikan siapa dan apa yang dilingkupinya. Di dalam arsitektur sebuah rumah terangkum aspek-aspek yang terlihat maupun tak terlihat, kerangka waktu pada saat mana ia ada, serta kekuatan sosial budaya yang melatar belakanginya. Selain itu, rumah mencerminkan gagasan

perancangan yang disadari ataupun tidak dipahami oleh pemilik rumah danperancangnya. Rumah tradisional

memiliki makna dan posisi lebih dibandingkan rumah-rumah vernakular pada umumnya. Arsitektur tradisional merupakan bentukan arsitektur yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mempelajari bangunan tradisional berarti mempelajari tradisi masyarakat yang lebih dari sekadar tradisi membangun secara fisik. Masyarakat tradisional terikat dengan adat yang menjadi konsesi dalam hidup bersama. Untuk memahaminya, perlu dibahas orientasi umum masyarakat tradisional terlebih dahulu, sehingga dapat menampilkan gambaran keterkaitan antara morfologi bangunan tradisional dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2.3. Karakteristik Arsitektur Vernakular

Secara umum arsitektur vernakular memiliki karakteristik sebagai berikut :

• Diciptakan masyarakat tanpa bantuan tenaga ahli / arsitek profesional melainkan dengan tenaga ahli

lokal / setempat.

• Diyakini mampu beradaptasi terhadap kondisi fisik, sosial, budaya dan lingkungan setempat.

• Dibangun dengan memanfaatkan sumber daya fisik, sosial, budaya, religi, teknologi dan material

setempat,

• Memiliki tipologi bangunan awal dalam wujud hunian dan lainnya yang berkembang di dalam

masyarakat tradisional,

• Dibangun untuk mewadahi kebutuhan khusus, mengakomodasi nilai-nilai budaya masyarakat, ekonomi

dan cara hidup masyarakat setempat.

• Fungsi, makna dan tampilan arsitektur vernakular sangat dipengaruhi oleh aspek struktur sosial, sistem

kepercayaan dan pola perilaku masyarakatnya.

Seluruh karakter ini selanjutnya akan sangat berpengaruh terhadap pemikiran konseptual yang terkait dengan arsitektur vernakular yang telah ada dalam kehidupan masyarakat.

Pada dasarnya karakteristik atau tipologi merupakan sebuah konsep yang mendeskripsikan kelompok objek atas sifat-sifat dasar. Berdasarkan hal tersebut Habraken (1988) menawarkan tiga cara dalam membedakan tipe bentuk arsitektur, yaitu :

1. Spatial System; menidentifikasi jenis dan bentuk ruang dan bagaimana hubungan diantara ruang‐ruang

tersebut, hirarki, pola dan orientasi

2. Physical System ; mengidentifikasi melalui karakteristik komponennya yaitu bahan dan struktur elemen

pembentuk ruang.

3. Stylistic System ; berhubungan dengan tampilan bangunan, misalnya bentuk dan tampilan fasade

82

SNT2BKL-ST-10

Gambar 2. Klasifikasi berbagai referensi pembentuk konsep arsitektur vernakular (Sumber: Mentayani dan Ikaputra, 2011)

2.4. Konsep

Berdasar elemen-elemen pembentuk arsitektur vernakular yang ada, dapat dinyatakan bahwa arsitektur vernakular adalah sebuah kesatuan antara bentukan fisik dan kandungan makna abstrak yang terwujud melalui teknis, dilandasi budaya, dan dipengaruhi oleh lingkungan.

2.5. Cakupan konsep

Konsep arsitektur vernakular yang ditunjukan gambar di atas tersusun atas 3elemen, yaitu: ranah, unsur,

dan aspek-aspek vernakularitas.

Ranah adalah 1) bidang disiplin, 2) elemen atau unsur yang dibatasi. Pengertian ini digunakan sebagai dasar

memahami ranah arsitektur vernakular.

Unsur adalah 1) bagian terkecil dari suatu benda, 2) bagian benda, 3) kelompok kecil (dari kelompok yang

lebih besar). Unsur dalam konteks arsitektur vernakular merupakan pembahasan yang dapat memperjelas sifat vernakularitas. Bentuk-bentuk dalam arsitektur memiliki nilai-nilai simbolik karena simbol-simbol mengandung makna dibalik bentuk arsitektur tersebut. Oleh karena itu arsitektur (mikrokosmos) merupakan simbol dari alam semesta (makrokosmos). Arsitektur sebagai mikrokosmos ditata dan diatur berdasarkan aturan yang ada pada alam semesta. Aturan-aturan itu diwujudkan dalam penataan dan penyusunan fisik area dan ruang, arah orientasi, perbedaan tinggi lantai, aturan-aturan tentang penggunaan arsitektur, dan sebagainya. Rapoport (1977) juga mengemukakan bahwa simbol dan makna arsitektur sangat dipengaruhi oleh faktor budaya dan faktor lingkungan sekitarnya. Faktor lain yang ikut berpengaruh adalah ekonomi, politik dan sosial.

Aspek-aspek vernakularitas adalah 1) penginterpretasian gagasan, masalah, situasi, dan lain sebagainya

sebagai pertimbangan dari sudut pandang tertentu, 2) sudut pandangan tertentu. Aspek-aspek vernakularitas merupakan aspek-aspek yang menjadi elemen dasar dalam mengkaji sebuah karya arsitektur vernakular. Dari referensi dalam bahasan ini dapat digaris bawahi 3 aspek vernakularitas yaitu aspek TEKNIS, aspek BUDAYA, dan aspek LINGKUNGAN.

Secara umum karakter arsitektur Vernakular Tolaki mempunyai beberapa kemiripan dan ikatan benang merah dengan beberapa bangunan arsitektur vernakular di beberapa daerah yang mempunyai kedekatan secara geografis seperti halnya : Bugis, Makassar dan Toraja. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa bentuk atap yang mirip, adanya kolong pada bagian bawah rumah atau bangunan, namun demikian arsitektur vernakular Tolaki mempunyai karakter dan ciri khas yang cukup kuat dan beraneka ragam.

83

SNT2BKL-ST-10

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Arsitektur Vernakular Tolaki

Arsitektur vernakular Tolaki adalah merupakan transpormasi dari situasi kultur homogen ke situasi yang lebih heterogen dan berusaha sebisa mungkin menghadirkan citra, bayang-bayang realitas arsitektur tradisional, arsitektur rakyat yang secara fungsional sudah beradaptasi jitu,teruji terhadap alam tempatnya berada dan biasanya lebih memiliki kepekaan baik secara teknis, sosial dan kultur. Hunian pada suatu daerah yang menjadi ungkapan secara tak sadar dari suatu kultur masyarakat lebih dari arsitektur sekuler atau institusi religius rumah yang mencerminkan kebutuhan, keinginan dan kebiasaan yang hidup suatu waktu sebab produk arsitektur itu menjadi hasil yang langsung menyangkut interaksi antara orang-orang dan lingkungan mereka.

Bangunan rumah masyarakat Tolaki dulunya adalah rumah panggung diatas tiang-tiang penyanggah dengan bentuk atap menyerupai trapesium (pinemumu ndokonawe). Ketinggian kolong rumah sebatas tidak terjangkau oleh tanduk kerbau bila diikat dibawah kolong rumah.

3.2. Membangun rumah / bangunan

Ketika akan membangun rumah prosesnya akan melibatkan masyarakat dalam satu kelompok yang masih mempunyai hubungan kekerabatan (Napo) yang diketuai seorang Toono Motuo (orang yang dituakan). Proses membangun rumah terdiri atas beberapa tahapan yang meliputi:

1.Monggikii Wuta Pelaika’a (menetapkan lokasi rumah)

2.Mombokosangga (mengambil ramuan rumah)

3.Mondusa (mendirikan tiang)

4.Mowuatako (memasang gelagar)

5.Monambea (memasang gelagar kap)

6.Molahoi (memasang kasau)

7.Moatopi (memasang atap)

8.Mehoro dan Merini (memasang lantai & dinding)

9.Mombe’ekari laika wu’ohu (menempati rumah baru)

3.3. Material bangunan (pokosangga / ramuan rumah)

Seluruh sistem konstruksi rumah menggunakan material yang berasal dari alam sekitar (lokal).

• Tiang rumah (tusa) kayu besi (kulahi,kulipapo atau yang sejenis), bentuk bulat.

• Balok gelagar (Powuatoko),balok kap atap tidak harus kayu besi,tapi harus dari jenis kayu keras yang

dikelupas kulitnya.

• Lantai (Ohoro) dan Dinding (Orini) kulit batang pinang hutan (Opisi) atau bambu tua yang

dibelah-belah dan dirangkai.

• Atap (Oato) daun pohon sagu (rumbia) yang telah dirangkai dengan teknik tertentu.

• Pengikat dari rotan utuh atau telah diraut dan Resam (onene/onese).

• Bahan pelengkap ramuan bangunan lainya seluruhnya dari alam sekitar (lokal).

3.4. Teknologi konstruksi

• Sederhana, berdasarkan teknik, tata cara, dan proses membangun yang telah diketahui.

• Sistem sambungan menggunakan prinsip ikatan yang terbuat dari rotan (bagian dari bahan kalo) yang

merupakan manipestasi dari asas teknologi orang tolaki yaitu asas ikatan dan lilitan yang tidak menggunakan sistem sambungan (pasak) atau takik.

• Tiang petumbu terletak ditengah rumah, merupakan manifestasi dari pusat rumah, dengan jumlah

keseluruhan tiang tak terbatas sesuai luasan bangunannya.

Tiang petumbu powuat ako nambea C B A 1 2 3

+

2m

Gambar. 3. Sembilan Tiang Utama sebagai Simbol Siwolembatohu

Sumber : Hasil Seminar dan Lokakarya, 2004

84

SNT2BKL-ST-10

Agar pangkal tiang yang masuk kedalam tanah tidak dimakan tanah (rayap), maka sebelum dimasukkan kedalam tanah terlebih dahulu dibakar sampai berarang, karena arang tidak akan hancur didalam tanah dan tidak dimakan rayap (anai-anai).

Gambar. 4. Sistem Pondasi Pada Rumah Sumber : Hasil Rumusan Seminar dan Lokakarya

3.5. Finishing

• Hampir tidak menggunakan ornamen dan dekor.

• Ornamen & dekorasi , bila ada , lebih merupakan bagian dari penyelesaian konstruksi untuk tujuan

kekuatan dan keawetan material bangunan , dari pada untuk tujuan pengungkapan status sosial , simbolisme , ataupun keindahan secara sadar.

Gambar 5. Ukiran Pinati pati yang ditemukan pada salah satu bagian rumah orang Tolaki.

3.6. Eksistensi Bangunan

Eksistensi bangunan yang “mobile” dan “ Temporari”. Walaupun kontruksi rumah hanya dengan ikatan

tetapi bangunannya dapat saja dipindahkan ketempat lain dengan cara (Nileka). Ditempat yang baru telah digali lobang-lobang tiang dengan ukuran dan kedalaman yang sama seperti tempat semula. Hal ini terjadi karena kehidupan masyarakat dahulu yang sifatnya nomaden mencari lokasi yang subur terutama untuk pertanian (ladang).

Cara hidup berkelompok dalam sebuah kampung (napo) yang dipimpin seorang kepala kampung (toono motuo) biasannya akan memilih lokasi napo yang dekat dengan kaki gunung yang mempunyai ngarai dengan sumber airnya mengingat ketergantungan masyarakatnya terhadap hasil hutan dan sumber air sebagai kebutuhan pokoknya. Sungai juga menjadi prasarana perhubungan selain jalan darat (setapak) yang menghubungkan satu napo dengan napo yang lain.

Letak napo yang ideal biasanya pada dataran rendah antara gunung dan sungai yang dijadikan sebagai tonga napo (pusat kampung).

Beberapa napo akan dipimpin seorang Puutobu yang mengepalai beberapa napo yang saling berdekatan secara geografis dan bertanggung jawab terhadap kerukunan dan kedamaian sebuah Tobu (saat ini setingkat kecamatan). Tiang

g

Permukaan Tanah Ijuk sebagai selubung Lapisan arang Pengikat Rotan

1 hasta

85

SNT2BKL-ST-10

Gambar 6. Organisasi Kelompok Masyarakat Tolaki

Dalam sebuah kampung (Napo) selain bangunan utama rumah Toono Motuo dan anggota kelompoknya ada beberapa bangunan lain yang biasa ditemukan antara lain:

1. Laika Landa (rumah tempat menyimpan padi saat panen)

2. Patande (rumah penjaga laika landa)

3. Laika nginiku (rumah tempat mengikat kerbau peliharaan)

4. Laika Wuta (rumah kebun yang hanya diberi lantai sebagian setinggi lutut orang dewasa dan sebagian

lagi dengan lantai tanah tempat memasang api dan memasak)

5. Laika nggoburu (rumah makam)

3.7. Faktor Penentu

Ada beberapa faktor yang menjadi penentu kehadiran arsitektur vernakular pada bangunan rumah orang tolaki secara fisik maupun non fisik , antara lain meliputi:

• Kebutuhan naungan /perlindungan dari iklim panas (sinar matahari) & iklim dingin (air hujan).

• Kebutuhan keamanan dari serangan musuh dan binatang buas.

• Kebutuhan akan ikatan kekerabatan dalam suatu Napo.

• Kedudukan wanita yang tinggi dan disucikan dalam masyarakat tolaki.

• Pembedaan antara pria dan wanita.

• Penghargaan terhadap Privasi pemilik rumah dan penghargaan tamu.

• Kondisi geografis,topografis dan geologis lokasi

• Orientasi rumah pada suatu Napo.

• Keterkaitan dengan Napo yang lain.

Kalo merupakan benda yang disakralkan oleh masyarkat Tolaki, ia terdiri atas tiga bagian yaitu; lilitan rotan

yang membentuk lingkaran, kain putih dan anyaman berbentuk segi empat. Kalo adalah bahasa simbolik yang menyimbolkan segala aspek hakikat dari kehidupan sosial masyarakat tolaki oleh karena itu Kalo disimbolkan sebagai fokus kebudayaan Tolaki. Dikatakan Sebagai fokus kebudayaan Tolaki karena didalam kalo tersirat beberapa makna yang terkait dengan hidup dan kehidupan orang Tolaki sebagai contoh : lambang persatuan dan kesatuan tercermin didalam makna simbolik dari lingkaran rotan, keikhlasan dan kesucian tercermin didalam makna simbolik kain putih dan ide-ide kemakmuran dan kesejahteraan tercermin didalam makna simbolik dari wadah anyaman dimana lingkaran rotan dan kain putih diletakkan (Tarimana, R, 1993). Dijelaskan oleh Tarimana Rauf, bahwa :

− Kalo adalah simbol dari unsur-unsur keluarga inti (ayah, ibu dan anak), adat dalam kehidupan rumah tangga

dan rumah tangga itu sendiri sebagai wadah kehidupan keluarga inti.

− Kalo adalah simbol dari unsur kerabat, kalo adalah simbol dari kelompok kerabat ambilinial luas yang

mengekspresikan kesatuan dan persatuan warga orang Tolaki asal satu nenek moyang

− Kalo adalah simbol dari unsur pimpinan kelompok sosial kecil, adat dalam kehidupan kelompok kecil itu,

dan wadah lingkungan kecil tempat tinggal warganya. Tiga unsur dari pimpinan itu adalah : a) Tonomotuo ( ketua Kelompok )

b) Tamalaki ( Kepala pertahanan )

c) Mbu’ akoi ( Dukun kelompok )

− Pada tingkat kerajaan, kalo adalah simbol dari tiga unsur pimpinan kerajaan yaitu :

a) Mokole (raja)

b) Sulemandra (Perdana Menteri)

c) Tutuwi Motaha (aparat pertahanan)

− Kalo adalah juga simbol dari cita-cita politik kerajaan, yaitu

a) Persatuan dan Kesatuan

b) Kesucian dan keadilan

c) Kemakmuran dan kesejahteraan

PUUTOBU Pimpinan Tobu TOONO MOTUO Pimpinan Napo TOONO MOTUO Pimpinan Napo TOONO MOTUO Pimpinan Napo

86

SNT2BKL-ST-10

− Kalo adalah ekspresi alam semesta dengan isinya, dimana alam semesta menurut orang Tolaki terdiri atas

tiga bagian yaitu :

a) Hanu mendoda (alam nyata)

b) Hanu Metoku ( alam bayangan)

c) Hanu Tehi (alam gaib)

Alam nyata menurut orang Tolaki terdiri atas tiga bagian yaitu : a) Lahuena (langit)

b) Wawowuta (permukaan bumi)

c) Puriwuta (dasar bumi)

Kalo terdiri atas 3 unsur yaitu : (1) unsur lingkaran yang terbuat dari bahan rotan yang dililit dan dipertemukan pada kedua ujungnya, (2) kain putih berbentuk segiempat dan (3) anyaman motif pakis yang berbentuk segi empat. Dijelaskan dalam Tarimana, R, (1993) bahwa diantara beberapa maknanya, kalo juga merupakan manifestasi dari hirarki Cosmis. Hirarki tertinggi adalah lingkaran yang memanfestasikan dunia atas atau dunia suci (lahu ene) hirarki kedua adalah kain putih yang memanifestasikan dunia tengah (wuta’aha) yaitu dunia tempat manusia bersosialisasi dan hirarki ke tiga adalah segiempat anyaman merupakan manifestasi dari dunia bawah atau nista (puri wuta).

Dasar pemikirann ini menjadikan makna tiga unsur sebagai domain dalam mengkaji core elemen rumah orang Tolaki, karena salah satu dari makna rumah adalah “ rumah merupakan perwujudan dari suatu

mikrokosmis “ yang melambangkan unsur-unsur dari alam semesta. Arsitektur Vernakular diyakini mampu

beradaptasi terhadap kondisi fisik, sosial, budaya dan lingkungan setempat, dibangun dengan memanfaatkan sumber daya fisik, sosial, budaya, religi, teknologi dan material setempat, dan memiliki tipologi bangunan awal dalam wujud hunian dan lainnya yang berkembang di dalam masyarakat tradisional untuk mewadahi kebutuhan khusus, mengakomodasi nilai-nilai budaya masyarakat, ekonomi dan cara hidup masyarakat setempat.

Secara fungsi, makna dan tampilan arsitektur vernakular sangat dipengaruhi oleh aspek struktur sosial, sistem kepercayaan dan pola perilaku masyarakatnya dengan proses pembentukannya dan biasanya bersendikan kepada ritual, agama dan kepercayaan dalam hal ini kalo merupakan benda yang disakralkan dan hal ini merupakan satu bentuk kepercayaan yang bertahan hingga saaat ini di lingkungan masyarakat Tolaki.

Gambar 8. Hirarki susunan ruang vertical dalam kaitannya dengan hirarki kalo Sumber : Tarimana Rauf, 1993

rotan Kain Putih

anyaman

Gambar 7. Kalo sebagai bahasa lambang dalam kebudayaan tolaki Sumber : Tarimana, R, 1993 FASAD SAMPING

A B C

KONFIGURASI KALO Tiang petumbu berada ditengah

87

SNT2BKL-ST-10

Rumah Suku Tolaki Harus memiliki bentuk yang terbagi menjadi 2 jenis yaitu rumah yang dibentuk sebagai struktur adat dan rumah sebagai pembagi ruang, yakni rumah merupakan aplikasi dari manusia dan pengisinya adalah organ tubuh manusia (penguhninya). Sehingga ketika rumah itu dibangun dan diisi harus berupaya untuk melindungi diri dari segala kendala. Dan setiap manusia harus taat kepada Tuhannya sehingga mengapa ada bagian atap agar menunjukkan kedekatannya kepada Tuhan. Ketika Rumah tersebut tidak