• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN TEKNIS MATERIAL PENULANGAN BETON DARI BESI UNTUK RUMAH SEDERHANA YANG RESPONSIF TERHADAP GEMPA BUMI

Arman Faslih1, Muhammad Zakaria Umar2, Sulha3

1,2Program Studi D3 Arsitektur, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Halu Oleo

3Program Studi D3 Sipil, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Halu Oleo Jl. HEA Mokodompit, Anduonohu, Kendari-Sulawesi Tenggara

E-mail: muzakum.uho@gmail.com

ABSTRAK

Wilayah Sulawesi Tenggara termasuk dalam margin aktif rawan gempa. Di sisi lain, pengetahuan pekerja bangunan lokal di Kota Kendari terhadap material beton bertulang dari penulangan besi cenderung rendah. Jika hal ini dibiarkan, maka bangunan-bangunan perumahan rakyat di Kota kendari dikhawatirkan mudah rubuh bila terjadi bencana alam gempa bumi. Pengabdian ini ditujukan untuk menambah pengetahuan pekerja bangunan lokal mengenai material beton bertulang dari penulangan besi yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi di RT 02, RT 05, RW 02 Kelurahan Wuawua, Kecamatan Wuawua, Kota Kendari. Penelitian ini menggunakan metode penjelasan dan praktek. Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi. Dokumentasi didapatkan dengan cara pengambilan gambar obyek, buku, dan data-data hasil penelitian. Data dianalisis dengan cara tabulasi data, data dihitung dengan rata-rata, data dibuatkan gambar kolom dan data didukung dengan analisis uji T berpasangan. Pengabdian ini disimpulkan bahwa para peserta kegiatan telah mengadopsi dengan baik material beton bertulang dari penulangan besi yang rensponsif terhadap bencana alam gempa bumi. Hal ini ditunjukkan dengan pengetahuan pekerja bangunan meningkat sebelum dan sesudah bimbingan teknis.

Kata Kunci: penulangan besi, gempa, pekerja bangunan

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan aktivitas gempa yang tinggi. Hal ini disebabkan lokasi Indonesia pada pertemuan empat lempeng tektonik utama. Pertemuan lempeng-lempeng tersebut mengakibatkan mekanisme tektonik dan kondisi geologi Indonesia sering terjadi gempa. Hal ini menyebabkan gedung mengalami simpangan lateral dan apabila simpangan lateral ini melebihi syarat aman yang telah ditetapkan oleh peraturan yang ada, maka gedung akan mengalami keruntuhan (Hasan & Astira, 2013:47). Salah satu penyebab kenapa gempa bumi begitu banyak menelan korban, sebagai berikut: 1) gempa bumi tidak dapat diprediksi kapan terjadinya; 2) gempa bumi terjadi dalam waktu yang begitu cepat dalam orde detik sampai menit; 3) kontruksi bangunan yang didesain belum dapat menahan getaran akibat gempa bumi. Masyarakat di perdesaan di samping membuat rumah dari kayu, juga membangun rumah secara permanen (tembokan). Berdasarkan pengamatan, bangunan yang dibuat dari kayu lebih responsif terhadap gempa bila dibandingkan dengan bangunan permanen (Putri, dkk., 2014;13-14). Untuk mengatasi hal tersebut beberapa elemen dari sebuah struktur harus didesain sedemikian rupa, sehingga mampu menahan gaya-gaya lateral (beban gempa) yang terjadi (Hasan & Astira, 2013:47). Berkaitan dengan kondisi tersebut, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalkan dampak bencana gempa adalah menyiapkan semua prasarana yang dibangun di Indonesia yang tahan terhadap gempa (Pasau & Tanauma, 2011:201-203).

Pulau Sulawesi dan sekitarnya, khususnya Sulawesi bagian Tenggara merupakan salah satu margin aktif yang paling rumit dalam jangka waktu geologi, struktur, dan juga tektonik. Wilayah ini merupakan pusat pertemuan tiga lempeng konvergen, karena interaksi tiga kerak bumi utama (lempeng) di masa Neogen (Simandjuntak, 1992:4-6; Pasau & Tanauma, 2011:201-203). Konvergensi ini menimbulkan pengembangan semua jenis struktur di semua skala, termasuk subduksi dan zona tumbukan, sesar, dan thrust. Saat ini, sebagian besar struktur Neogen dan beberapa struktur pra-Neogen masih tetap aktif atau aktif kembali (Pasau & Tanauma, 2011;201-203). Di sisi lain, perumahan rakyat di Kota Kendari cenderung dirancang dan dibangun oleh para pekerja bangunan lokal. Di Jl. Chairil Anwar, Lorong Durian, Kelurahan Wuawua, Kecamatan Wuawua, Kota Kendari terdapat permukiman masyarakat. Permukiman masyarakat ini hanya terdiri dari satu Rukun Warga (RW). RW tersebut adalah RW 02. RW 02 terdiri dari enam Rukun Tetangga (RT). RT-RT tersebut adalah RT 01, RT 02, RT 03, RT 04, RT 05, dan RT 06. RT 05 dihuni oleh 96 Kepala Keluarga (KK) dan RT 02 dihuni oleh 102 KK. Penduduk di kedua RT tersebut berprofesi

53

SNT2BKL-ST-7

sebagai wiraswasta dan Pegawai Negeri Sipil. Kaum laki-laki yang berprofesi sebagai wiraswasta pada umumnya bekerja serabutan. Pekerjaan utama kaum laki-laki di sini adalah pekerja bangunan. Tetapi, bila pekerjaan bangunan sepi, mereka terpaksa meng-ojek. Berdasarkan hasil observasi dan survei tim pengabdi bahwa pengetahuan pekerja bangunan lokal di kedua RT ini tidak ditempuh dengan pendidikan formal, masih berdasarkan pengalaman, cenderung otodidak, dan masih menggunakan metode turun-temurun. Hal ini bisa dilihat dari material beton bertulang dari penulangan besi yang mereka rangkai.

Metode penulangan beton bertulang yang dibuat oleh pekerja bangunan lokal cenderung berbeda dengan prinsip-prinsip bangunan yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi, sebagai berikut: 1) sloof dan pondasi batu gunung tidak dihubungkan dengan angkur; 2) behel tulangan dipasang dengan jarak jauh; 3) jarak behel pada tiap pertemuan penulangan (Kolom dan balok horisontal) tidak menggunakan rumus ¼ x lebar bentangan, sehingga jarak behel dipasang dengan suka-suka; 4) material beton kolom dari penulangan besi tidak menggunakan angkur; 5) behel

ringbalk dibuat dengan bentuk segitiga; 6) ujung penulangan pertemuan kolom dan balok dirangkai dengan tekuk

pendek; 7) penekukan besi tidak menggunakan rumus 40 x diameter tulangan, dan 8) kuda-kuda batu merah (Ampig) tidak ditindih dengan balok beton. Berdasarkan uraian di atas, sebagai berikut: 1) wilayah Sulawesi Tenggara termasuk dalam margin aktif rawan gempa; 2) pengetahuan pekerja bangunan lokal di Kota Kendari terhadap material beton bertulang dari penulangan besi cenderung rendah. Jika hal ini dibiarkan, maka bangunan-bangunan perumahan rakyat di Kota kendari dikhawatirkan mudah rubuh bila terjadi bencana alam gempa bumi. Pengabdian ini penting dilakukan, sebagai berikut: 1) pengetahuan pekerja bangunan lokal dapat meningkat tentang penulangan struktur yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi, dan 2) struktur penulangan beton bangunan-bangunan di Kota Kendari menjadi responsif terhadap bencana alam gempa bumi, sehingga bila terjadi gempa diharapkan bangunan tidak rubuh. Pengabdian ini didapatkan rumusan masalah, sebagai berikut: bagaimana cara meningkatkan pengetahuan pekerja bangunan lokal mengenai material beton bertulang dari penulangan besi yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi di RT 02, RT 05, RW 02 Kelurahan Wuawua, Kecamatan Wuawua, Kota Kendari. Pengabdian ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja bangunan lokal mengenai material beton bertulang dari penulangan besi yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi di RT 02, RT 05, RW 02 Kelurahan Wuawua, Kecamatan Wuawua, Kota Kendari.

1.2 Tinjauan Pustaka

Program pelatihan kepada tukang lokal dalam rekonstruksi rumah pasca gempa di Kabupaten Pasaman, sebagai berikut: 1) tukang lokal sebagian besar mendapatkan ilmu pertukangan secara turun temurun dan tidak mempunyai dasar ilmu di bidang rekayasa struktur; 2) tukang lokal disebut sebagai ujung tombak pembangunan perumahan di masyarakat dan hendaknya mendapatkan perhatian lebih; dan 3) pelatihan ini bermanfaat bagi tukang-tukang lokal untuk memperbaiki rumah yang rusak akibat gempa (Yustisia, dkk., 2014:13-14). Tukang lokal perlu ditingkatkan pengetahuannya. Salah satunya adalah pengetahuan bangunan terhadap gempa bumi, sebagai berikut: 1) para tukang lokal cenderung belum tersosialisasi rumah sederhana yang aman gempa; 2) keahlian para tukang bangunan cenderung kurang seragam; 3) daya saing para tukang bangunan cenderung rendah; 4) pengetahuan tukang bangunan terhadap struktur cenderung rendah dan cukup mengikuti perintah dari pemilik proyek; 5) pengetahuan rumah tahan gempa kepada kelompok tukang bangunan perlu ditularkan (Luthfiah, dkk., 2013:10-11).

Sebuah struktur beton bertulang dapat direncanakan dengan beban gempa, sehingga ketentuan-ketentuan detail tulangan tahan gempa tetap harus diterapkan pada struktur. Oleh karena itu detail tulangan hendaknya mengikuti detail tulangan tahan gempa, karena detail tulangan merupakan salah satu hal penting yang bisa diandalkan menjaga kekuatan struktur. Hal ini terutama saat struktur mengalami pergerakan akibat gempa. Beban gempa merupakan salah satu parameter yang dapat merusak struktur. Sampai saat ini belum ada teknologi apapun yang bisa digunakan untuk memprediksi besaran dan karakteristik gempa. Besaran dan karakterisktik gempa yang muncul bisa sangat beragam. Oleh karena itu peraturan-peraturan desain struktur juga selalu berubah, ketentuan-ketentuan detail tulangan selalu diperbaiki setiap tahunnya. Hal ini berdasarkan pengalaman-pengalaman gempa yang pernah terjadi dan diharapkan dapat mereduksi kerusakan-kerusakan struktur yang berat di kesempatan yang lain. Detail penulangan yang tepat merupakan salah satu penjaga kekuatan struktur. Detail tulangan yang tepat dapat menjaga pengangkuran tulangan ke beton, menjaga sambungan-sambungan tulangan, menjaga sambungan pelat ke balok, balok ke kolom, dan kolom ke pondasi. Detail tulangan yang tepat pada sebuah struktur mampu mengembangkan daktilitas dengan lebih baik. Pendetailan tulangan yang baik dapat mereduksi tingkat kerusakan struktur akibat beban gempa.

Pendetailan tulangan merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan dalam sebuah produk. Hal ini dibutuhkan karena detail-detail struktur karena detail-detail inilah yang dapat menjaga kekuatan struktur, menjaga kekuatan

54

SNT2BKL-ST-7

sambungan-sambungan, dan menjaga kekuatan angkur-angkur. Detail penulangan yang tepat terutama pada saat struktur mengalami pergerakan akibat beban gempa yang bolak-balik. Dengan pendetailan yang baik struktur juga akan mampu untuk mengembangkan daktilitasnya dengan maksimum, struktur mampu untuk berdeformasi bolak-balik diatas titik lelehnya tanpa mengalami kerusakan yang berat dan jika mengalami kerusakan masih dapat diperbaiki. SNI-03-2847-2002 telah menyediakan beberapa ketentuan penting pendetailan tulangan, walaupun demikian masih dibutuhkan modifikasi-modifikasi tertentu. Hal ini disebabkan bahwa belum tentu standar pendetailan bisa terpenuhi dengan sempurna. Modifikasi membutuhkan kreatifitas, pengalaman, logika bagaimana cara dan arah gaya-gaya mengalir. Modifikasi diharapkan dan tidak mengurangi kekuatan struktur. Beberapa ketentuan detail tulangan selalu berubah. Hal ini mengikuti peraturan-peraturan pendetailan tulangan di dunia, mengacu ke bentuk kerusakan terbaru dan mengikuti hasil sebuah penelitian terbaru. Detail tulangan saat ini berlaku sangat mungkin harus dimodifikasi. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan kinerja detail penulangan (Liono, 2011: 16,40). Dengan demikian bahwa pengetahuan pekerja bangunan lokal terhadap detail penulangan yang tepat perlu ditingkatkan. Hal ini diperlukan agar kerusakan bangunan akibat gempa rendah.

1.3 Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penjelasan dan praktek. Pemilihan metode ini didasarkan pada tujuan dari penelitian. Obyek penelitian ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja bangunan lokal mengenai material beton bertulang dari penulangan besi yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi di RT 02, RT 05, RW 02 Kelurahan Wuawua, Kecamatan Wuawua. Metode penjelasan terdiri dari pengertian gempa dan peta wilayah gempa (Kuis sesi I), akibat gempa terhadap bangunan (Kuis sesi II), syarat bangunan yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi (Kuis sesi III), material beton bertulang dari penulangan besi yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi (Kuis sesi IV), detail penulangan sloof-kolom-angkur bata, detail penulangan sloof-kolom, detail penulangan balok ring-kolom dan detail penulangan kolom-balok ring-ampig (Kusi sesi V). Metode praktek terdiri dari detail penulangan sloof-kolom-angkur bata, detail penulangan sloof-kolom, detail penulangan balok ring-kolom dan detail penulangan kolom-balok ring-ampig (Tabel 1). Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi. Dokumentasi didapatkan dengan cara pengambilan gambar obyek, buku, dan data-data hasil penelitian.

Tabel 1. Kebutuhan Data

No. Kebutuhan Data Variabel I Variabel II

1. . Meningkatkan pengetahuan pekerja bangunan lokal mengenai material beton bertulang dari penulangan besi yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi di RT 02, RT 05, RW 02 Kelurahan Wuawua, Kecamatan Wuawua.

Kuis pratest Pengertian gempa dan peta wilayah gempa (Kuis sesi I),

akibat gempa terhadap bangunan (Kuis sesi II), syarat bangunan yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi (Kuis sesi III), material beton bertulang dari penulangan besi yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi (Kuis sesi IV), detail penulangan sloof-kolom-angkur bata, detail penulangan sloof-kolom, detail penulangan balok ring-kolom dan detail penulangan kolom-balok ring-ampig (Kusi sesi V).

Penyuluhan Pengertian gempa dan peta wilayah gempa (Kuis sesi I),

akibat gempa terhadap bangunan (Kuis sesi II), syarat bangunan yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi (Kuis sesi III), material beton bertulang dari penulangan besi yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi (Kuis sesi IV), detail penulangan sloof-kolom-angkur bata, detail penulangan sloof-kolom, detail penulangan balok ring-kolom dan detail penulangan kolom-balok ring-ampig (Kusi sesi V).

Praktek Detail penulangan sloof-kolom-angkur bata, detail

penulangan sloof-kolom, detail penulangan balok ring-kolom dan detail penulangan ring-kolom-balok ring-ampig.

Kuis postest Pengertian gempa dan peta wilayah gempa (Kuis sesi I),

akibat gempa terhadap bangunan (Kuis sesi II), syarat bangunan yang responsif terhadap bencana alam gempa

55

SNT2BKL-ST-7

bumi (Kuis sesi III), material beton bertulang dari penulangan besi yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi (Kuis sesi IV), detail penulangan sloof-kolom-angkur bata, detail penulangan sloof-kolom, detail penulangan balok ring-kolom dan detail penulangan kolom-balok ring-ampig (Kusi sesi V).

Kuis pratest dan postest dibandingkan

Pengetahuan pekerja bangunan mengenai penulangan besi yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi mengalami peningkatan atau tidak mengalami peningkatan Data dianalisis dengan cara tabulasi data, data dihitung dengan rata-rata, data dibuatkan diagram kolom dan data didukung dengan analisis uji dua sampel berpasangan.

2. PEMBAHASAN

2.1 Pratest

Kuis ini diberikan sebelum kegiatan dimulai. Kuis ini ditujukan untuk mengetahui pengetahuan para pekerja bangunan lokal mnegnai gempa dan penulangan besi yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi. Kuis ini terdiri dari lima sesi. Sesi pertama membahas pengertian gempa dan peta wilayah gempa di Indonesia . Sesi kedua membahas akibat gempa terhadap bangunan. Sesi ketiga membahas syarat bangunan yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi. Sesi keempat membahas material beton bertulang dari penulangan besi pada struktur rumah sederhana yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi. Sesi kelima membahas detail-detail penulangan beton yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi. Hasil penilaian kuis prakegiatan akan dibandingkan dengan kuis setelah mengikuti kegiatan (Postest). Kuis pratest ditujukan untuk mengetahui pengetahuan peserta kegiatan sebelum bimbingan teknis.

2.2 Penyuluhan Gempa Bumi

Peserta kegiatan diberi penyuluhan materi tentang pengertian gempa, wilayah gempa di Indonesia menurut SNI 1726-2002, dan peta sebaran titik gempa bumi di wilayah Sulawesi Tenggara. Materi ini dibutuhkan oleh peserta kegiatan agar bangunan perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pembangunannya.

2.3 Penyuluhan Akibat Gempa Terhadap Bangunan

Peserta kegiatan diberi penyuluhan akibat gempa terhadap bangunan. Sifat gempa menimbulkan gaya dinamik horisontal dan gaya-gaya ini menyerang titik-titik simpul pada bangunan. Titik-titik simpul terdiri dari pertemuan antara sloof dan kolom serta pertemuan antara kolom dan balok keliling atas (Ringbalk). Materi ini juga menampilkan akibat gempa Bumi di Aceh tahun 2004 yang memiliki kekuatan magnitudo 9,3 SR. Gempa di Aceh menimbulkan bangunan rusak berat ± 500.000 unit. Gempa Bumi di Yogyakarta tahun 2006 memiliki kekuatan magnitudo 5,9 SR. Gempa bumi ini menimbulkan bangunan rusak berat ± 574.490 unit. Gempa Bumi di Sumatera Barat tahun 2009 memiliki kekuatan magnitudo 7,6 SR. Gempa bumi ini menimbulkan bangunan rusak berat ± 119.000 unit. Gempa Bumi di Bengkulu tahun 2007 memiliki kekuatan magnitudo 8.4 SR. Gempa bumi ini menimbulkan bangunan rusak berat 4.368 unit dan rusak ringan 4.750 unit. Gempa Bumi di Lombok tahun 2018 memiliki kekuatan magnitudo 8.4 SR. Gempa bumi di Lombok ini menimbulkan bangunan rusak berat 4.368 unit dan rusak ringan 4.750 unit. Gempa Bumi di Palu tahun 2018 memiliki kekuatan magnitudo 7.4 SR. Gempa bumi ini menimbulkan bangunan rusak sekitar 5.000 unit. Materi ini dibutuhkan oleh para peserta kegiatan agar mengetahui gaya dinamik horisontal terhadap titik-titik simpul pada bangunan.

2.4 Penyuluhan Syarat Bangunan yang Responsif Terhadap Bencana Alam Gempa Bumi

Syarat bangunan yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi dilatarbelakangi oleh rasa aman gempa merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga masyarakat yang bermukim di wilayah yang rawan gempa seharusnya membangun hunian yang lebih aman gempa. Hal ini dilakukan agar rasa aman penghuni bangunan terpenuhi. Oleh karena itu, bangunan semacam ini perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pembangunannya. Persyaratan pokok rumah yang tahan gempa dapat dilakukan sebagai berikut: bangunan tembokan dapat dibuat dengan bingkai beton bertulang, kualitas bahan bangunan yang baik, keberadaan dan dimensi struktur yang sesuai, seluruh elemen struktur utama tersambung dengan baik dan mutu pengerjaan yang baik. Gempa bukan harus dihindari tapi lebih pada direspon dengan baik. Semakin gaya tersebut ditahan, maka semakin besar energi yang harus dikeluarkan untuk menahannya.

56

SNT2BKL-ST-7

Bila membuat bangunan yang dapat merespon gaya gempa dengan baik, maka bangunan akan meliuk mengikuti gerak gempa. Dalam hal seluruh elemen struktur utama tersambung dengan baik, maka material beton bertulang dari penulangan besi pada struktur rumah sederhana yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi penting untuk dipratekkan oleh pekerja bangunan. Materi ini ditujukan agar para peserta mengetahui syarat bangunan yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi.

2.5 Praktek

Gambar 1. Detail Penulangan yang Responsif Terhadap Bencana Alam Gempa Bumi

Para peserta kegiatan disiapkan modul penulangan besi. Modul berisi alat-alat kerja, bahan-bahan kerja dan cara-cara membuat penulangan besi. Para peserta kegiatan membagi empat kelompok. Masing-masing kelompok membuat penulangan besi, sebagai berikut: a) detail penulangan sloof-kolom-angkur bata; b) detail penulangan sloof-kolom; c) detail penulangan balok ring-kolom, dan; d) detail penulangan kolom-balok ring-ampig. Praktek ini ditujukan agar para peserta kegiatan mampu dan terampil merangkai penulangan besi yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi. Hasil praktek ini adalah para peserta kegiatan telah mampu merangkai dengan baik penulangan besi yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi (Gambar 1).

2.6 Postest

Tabel 2. Hasil Test Peserta Kegiatan

No. Nama Pekerjaan Alamat Nilai Pratest Nilai Postest Peningkatan

pengetahuan

1. Priageng Dwi I. Pekerja bangunan RT 02 RW 05 50 90 40

2 Hendra Pekerja bangunan RT 02 RW 05 45 90 45

3 Sutrisno Pekerja bangunan RT 02 RW 05 40 85 45

4 Edi Supriadi Pekerja bangunan RT 02 RW 05 40 90 50

5 Ardian Syahputra Pekerja bangunan RT 02 RW 05 15 75 60

6 Muli Pekerja bangunan RT 02 RW 05 30 70 40

7 Reynold H. Pekerja bangunan RT 05 RW 05 30 75 45

8 Abdul Rajab Pekerja bangunan RT 05 RW 05 30 75 45

9 Juliyansyah Pekerja bangunan RT 05 RW 05 15 75 60

10 Suardi Zam Pekerja bangunan RT 05 RW 05 45 90 45

11 Badaluddin Pekerja bangunan RT 05 RW 05 40 90 50

Rata-rata 34,6 82,3 47,8

Hasil tes peserta kegiatan terdiri dari pratest dan postest. Nilai pratest terendah 15 dan nilai pratest tertinggi 50. Nilai postest terendah 70 dan nilai postest tertinggi 90. Nilai rata-rata postest 82,3 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata pratest sebesar 34,6. Pengetahuan para pekerja bangunan rata-rata meningkat dengan nilai 47,8 (Tabel 2). Pengetahuan para pekerja bangunan meningkat karena para peserta kegiatan telah memahami materi dengan baik.

a) b)

d) c)

57

SNT2BKL-ST-7

Nilai pratest tinggi disebabkan peserta kegiatan mengetahui akibat gempa terhadap bangunan dan syarat bangunan yang responsif terhadap bencana alam gempa bumi. Nilai pratest rendah disebabkan peserta kegiatan belum memahami materi dengan baik. Nilai postest rendah disebabkan pekerja bangunan tidak memahami bahwa Sulawesi Tenggara termasuk wilayah rawan gempa, belum bisa menuliskan dengan tepat rumus segmen satu pada tulangan dan belum bisa menuliskan rumus dimensi pembengkokkan tulangan. Nilai postest tinggi disebabkan peserta kegiatan telah memahami materi dengan baik (Gambar 2).

Gambar 2. Perbandingan Nilai Pratest dan Nilai Postest

2.7 Analisis Uji Dua Sampel Berpasangan dengan Menggunakan Uji Wicoxon

Tabel 3. Hasil Analisis (Ranks)

Berdasarkan hasil analisis (Ranks) di atas, dapat diperoleh bahwa banyaknya (N) data yang bertanda negatif (Negative Differences) diperoleh dari data sesudah lebih kecil dari data sebelum sebanyak 0 data dengan nilai tengah peringkat (Mean Rank) sebesar 0,00 dan jumlah peringkat (Sum of Ranks) sebesar 0,00. Banyaknya (N) data yang bertanda positif (Positive Differences) yang diperoleh dari data sesudah lebih besar dari data sebelum sebanyak 11 data dengan nilai tengah peringkat (Mean Rank) sebesar 6,00 dan jumlah peringkat (Sum of Ranks) sebesar 66,00. Data juga diperoleh tidak ada yang sama dengan nol atau banyaknya Ties sebesar 0, sehingga total yang diperoleh sebesar 11 data (Tabel 3).

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nilai Pratest Nilai Postest Ranks 0a ,00 ,00 11b 6,00 66,00 0c 11 Negative Ranks Positive Ranks Ties Total Post Test - Pre Test

N Mean Rank Sum of Ranks

Post Test < Pre Test a.

Post Test > Pre Test b.

Post Test = Pre Test c.

58

SNT2BKL-ST-7

Tabel 4. Hasil Analisis Test Statistics

Berdasarkan hasil analisis di atas (Test Statistics), dapat diperoleh bahwa nilai Z hitung sebesar -2,968 yang diperoleh

dari berdasarkan peringkat negatif dan nilai Asymp. Sig.(2-tailed) sebesar 0,003 yang diperoleh berdasarkan uji peringkat bertanda wilcoxon (Tabel 4).

Hipotesis:

H0 : d = 0 (Tidak ada peningkatan pengetahuan pekerja bangunan dalam penulangan besi yang rensponsif terhadap

bencana alam gempa bumi sebelum dan sesudah penyuluhan dan praktek)

H1 : d≠ 0 (Ada peningkatan pekerja bangunan dalam penulangan besi yang rensponsif terhadap bencana alam gempa

bumi sebelum dan sesudah penyuluhan dan praktek) Kriteria Uji:

Terima H0 jika Asymp. Sig.(2-tailed) > α atau Z hitung < Z tabel

Tolak H0 jika Asymp. Sig.(2-tailed) < α atau Z hitung > Z tabel

Taraf Nyata:

Taraf nyata yang digunakan yaitu α = 0,05. Dengan demikian hasil analisis di atas, dapat diperoleh bahwa nilai Asymp. Sig.(2-tailed) sebesar 0,003 < nilai α sebesar 0,05 atau Zhitung (|2,968|)> Ztabel (|0,99841|) maka H0 ditolak. Hal ini diartikan bahwa pengetahuan pekerja bangunan mengenai penulangan besi yang rensponsif terhadap bencana alam gempa bumi meningkat sebelum dan sesudah bimbingan teknis.

3. KESIMPULAN

Pengabdian ini disimpulkan bahwa para peserta kegiatan telah mengadopsi dengan baik material beton bertulang dari penulangan besi yang rensponsif terhadap bencana alam gempa bumi. Hal ini ditunjukkan dengan pengetahuan