• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Deskripsi Konseptual

2.1.2 Kampus Mengajar

2.1.2.1 Keterampilan Mengajar

2.1.2.1.2 Aspek-aspek Keterampilan Mengajar

Keterampilan mengajar (teaching skill) merupakan keterampilan khusus (most specific instructional behaviors) yang harus dimiliki guru agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien, dan professional. Menurut Usman (2013) ada delapan keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai seorang guru yaitu keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterangan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan adapun penjelasan tersebut secara rinci :

Keterampilan bertanya dari calon seorang guru sangat diperlukan, karena dengan adanya guru yang mahir bertanya. Dengan adanya guru yang mampu membuat pertanyaan maka, guru dapat menggiatkan dan mengikut sertakan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons kepada seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan hasil dari pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus. Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban atau umpan balik dari orang lain (Barnawi & Arifin, 2016). Adapun dampak positif dari pemberian pertanyaan dalam proses pembelajaran yaitu meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, Meningkatkan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang

11

dihadap, Menuntun proses berpikir siswa sehingga mampu memberikan ide atau gagasan, Memusatkan perhatian kepada siswa terhadap masalah yang dihadapi.

Keterampilan memberikan penguatan (reinforcement) merupakan segala bentuk respons, apakah bersifat verbal maupun non verbal. Penguatan sendiri merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan umpan balik terhadap siswa sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatnya kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Keterampilan memberikan penguatan adalah respon positif yang dilakukan guru atau perilaku positif yang dicapai anak dalam proses belajarnya, yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut (Marno & Idris, 2014). Penguatan memiliki pengaruh positif bagi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan bertujuan atara lain : 1) Meningkatkan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran 2) Meningkatkan minat belajar siswa 3) Meningkatkan kegiatan belajar dan tingkah laku siswa yang produktif.

Keterampilan mengadakan variasi, Tentunya dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar terdapat titik kebosanan siswa, faktor dari kebosanan tersebut akan mengakibatkan siswa menjadi tingkat motivasi, perhatian, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru dan sekolah akan menjadi menurun. Variasi stimulus merupakan suatu kegiatan guru dalam konteks interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa. Tujuan dari keterampilan mengadakan variasi antara lain : a) Meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran yang relevan b) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat siswa c) Memupuk tingkah laku siswa yang positif terhadap guru dan sekolah d) Memberikan rasa puas dan senang dalam menerima pelajaran. Sesuai dengan pendapat Mulyasa (2015) mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan

12

kebosanan. Jadi ketarampilan variasi adalah metode mengajar guru, variasi penggunaan media dan bahan ajar dan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.

Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran, merupakan penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menujukkan adanya hubungan antara satu dengan yang lain, misalnya sebab dan akibat, Menurut Murni, dkk (2017) mengemukakan bahwa keterampilan menjelaskan merupakan aktivitas mengajar yang tidak dapat dihindari oleh guru. Penjelasan diperlukan karena tidak terdapat dalam buku, guru harus menuturkan secara lisan, Hal ini berarti menyebabkan guru dituntut untuk mampu menjelaskan. Untuk menyampaikan bahan pelajaran yang berkaitan dengan hubungan antar konsep, guru juga perlu menjelaskan secara runtut dan runut. definisi dengan contoh atau sesuatu yang sebelumnya belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupak ciri utama dari kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan bagian dari aspek guru dalam hubungan interaksi terhdap siswa di dalam kelas. Biasanya guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan berpengaruh langsung, misalnya dalam memberikan ide atau gagasan dan pendapat. Oleh sebab itu, perlu peningkatan keefektifan agar tercapainya hasil yang optimal dari penjelasan dan pembicaraan seorang guru sehingga bermakna bagi siswa. Tujuan dari keterampilan menjelaskan yaitu membimbing siswa untuk memperoleh dan memahami hukum, dalil fakta dan definisi, data prinsip secara objektif dan bernalar, Siswa terlibat dalam memecahkan suatu permasalahan, mendapatkan umpan balik dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (set induction) merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental dan perhatian dapat terpusat pada pelajaran yang dipelajarinya, sehingga memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar Majid, (2015). Dengan kata lain, kegiatan dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal yang akan dipelajarinya. Kegiatan

13

membuka pelajaran tidak hanya diperlukan pada saat awal pelajaran, namun juga dilakukan setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan pasa saat jam perlajaran itu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menyampaikan tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian siswa, memberikan acuan, terkait dengan materi pelajaran yang tidak dikuasai oleh siswa. Sedangkan menutup pelajaran (closure) merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar-mengajar. Usaha menutup pelajaran bertujuan untuk memberi gambaran secara menyeluruh tentang apa saja yang dipelajari oleh siswa.

Selain itu untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa dan guru dalam proses kegiatan belajar-mengajar dikelas. Adapun komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran yaitu menarik perhatian siswa, menumbuhkan motivasi belajar siswa, memberikan acuan melalui berbagai usaha, meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum pelajaran dan membuat ringkasan, memberikan evaluasi yang dilakukan oleh guru dengan mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru, mengeksplorasi pendapat siswa, memberikan soal-soal tertulis.

Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil merupakan bagian dari kegiatan belajar mengajar, akan tetapi tidak setiap guru mampu membimbing siswa untuk berdiskusi tanpa melalui latihan. Menurut Majid (2013) diskusi kelompok merupakan suatu proses teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta bersikap positif. Dengan adanya diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi, termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, keterampilan ini dipelukan agar dapat melaksanakan tugas dengan baik. Diskusi kelompok kecil merupakan proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, dan pemecahan masalah. Dari pengertian

14

tersebut maka diskusi kelompok kecil yaitu siswa berdiskusi secara berkelompok yang dipimpin oleh temannya maupun guru untuk bertukar informasi untuk memcahkan suatu permasalahan dan berlangsung secara terbuka.

Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial (Asril, 2010). Berdasarkan pernyataan tersebut, keterampilan mengelola kelas digunakan untuk mengkondisikan proses belajar mengajar sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan optimal.

Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan pemusatan perhatian guru terhadap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab abntara guru dan siswa atau siswa dan siswa (Rachmah, 2014). Hal ini diartikan bahwa keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan berguna sebagai bentuk pendekatan guru kepada siswa dalam mengatasi, masalah-masalah belajarnya. Pengajaran ini memungkinkan siswa lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang besar, berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan siswa. Pada dasarnya, bentuk pengajaran ini dikerjakan dengan membagi kelompok kecil. Hakikat dari sistem pengajaran ini adalah terjalin hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa, siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing sesuai dengan kebutuhannya.

Dari delapan aspek-aspek kompetensi mengajar peneliti menyimpulkan bahwa peranan guru sebagai organisator kegiatan belajar mengajar, sumber informasi (narasumber), motivator bagi siswa, pembimbing kegiatan belajar siswa dan sebagai peserta kegiatan belajar, dengan hal tersebut guru dapat mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu faktor yang dapat mengukur proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, apabila siswa sangat antusias dalam kegiatan belajar mengajar seperti jumlah siswa bertanya banyak sehingga akan tercipta diskusi antara guru dan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya.

15 2.1.2.2 Kompetensi Guru

Keberhasilan kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah tentunya tidak terlepas dari faktor kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi menurut Daryanto (2015) adalah kemampuan dan kecakapan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki oleh individu sehingga dapat melakukan perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan baik. Imas, dkk (2017) mengungkapkan kompetensi merupakan kemampuan individu dalam melaksanakan suatu pekerjaan dengan benar dan memiliki keunggulan yang didasarkan pada hal-hal yang menyangkut pengetahuan, keahlian, dan sikap.

Menurut Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 dijelaskan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seorang pendidik dalam melaksankan keprofesionalnya. Jadi, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki seorang pendidik dalam melaksanakan keprofesionalnya.

Guru merupakan seseorang yang berjasa dalam dunia pendidikan, karena guru adalah yang memberikan pengetahuan kepada peserta didiknya. Menurut Namawi (2015) Guru merupakan orang dewasa, yang karena perannya berkewajiban memberikan pendidikan kepada peserta didik. Selain itu guru juga merupakan teladan yang dicontoh oleh peserta didiknya. Jadi Kompetensi Guru merupakan perpaduan kemampuan antara kemampuan personal, sosial, spiritual, yang membentuk kompetensi dasar seorang guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas.

2.1.2.3 Macam-Macam Kompetensi Guru

Secara umum, guru harus memenuhi dua kategori yang memiliki capability dan loyality yaitu guru harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkan, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik dari mulai perencanaan implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas keguruan, yakni terhadap tugas-tugas yang tidak semata didalam kelas, tetapi sebelum dan sesudah kelas. Kedua kategori, capality dan loyality tersebut

16

terkandung dalam macam-macam kompetensi guru. Undang-Undang Guru dan Dosen serta PP No. 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa macam-macam kompetensi guru terbagi menjadi 4 meliputi kompetensi pedagogik/metodologis, profesionalisme, sosial dan kepribadian, berikut penjababaran berbagai macam kompetensi Guru :

Kompetensi Pedagogik adalah Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik Kompetensi ini dilihat dari kemampuan seorang dalam merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, kemampuan melakukan penilaian.

Mulyasa (Yulianti, 2012) Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya. Sejalan dengan pendapat Sadulloh (2018) bahwa pedagogik adalah ilmu yang memperlajari masalah membimbing anak kearah tujuan tertentu agar dapat mandiri dalam menyelesaikan masalah dalam hidupnya. Kompetensi pedagogik yang dimaksud antara lain kemampuan dalam memahami peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak, untuk pembelajaran yang mendidik antara lain kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

Kompetensi Profesional merupakan kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, yang memungkinkan mereka membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan.

Dalam Standar Nasional Pendidikan penjelasan Pasal 28 ayat (3) kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional. Kurikulum mata pelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran disekolah dan disubstansi keilmuan yang menaungi materinya. Serta

17

penguasaan terhadap struktural dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial. Subkompetensi professional adalah menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi dengan memiliki indikator esensial, memahami materi ajar yang ada di dalam kurikulum sekolah, memahami structural, konsep dan metode keilmuan, memiliki indikator essensial, menguasai langkah-langkah penelitian, dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) No.14 pasal 10 tentang guru dan dosen dinyatakan bahwa kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien bagi siswa, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat. Peran yang dibawa pendidik dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu, perhatian yang diberikan masyarakat terhadap pendidik pun berbeda da nada kekhususan, terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan didaerah tempat tinggal. Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan pendidik sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi: (1) kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan professional (2) kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan dan; (3) kemampuan untuk menjalin kerjasama secara individual maupun secara berkelompok.

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik.

Menurut Barinto (2012) menjelaskan bahwa guru sebagai teladan bagi murid-muridnya yang harus memiliki sikap dan kepribadian yang dijadikan tokoh panutan idola dalam segala kehidupannya. Tugas utama seorang guru sebagai tenaga pendidik adalah mengajar. Memiliki karakteristik kepribadian sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia.

Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan menjadi teladan terhadap peserta didik maupun masyarakatnya. Dengan demikian, pendidik akan tampil lebih menjadi sosok patut “digugu” (ditaati nasihat/ucapan/perintahnya) dan

“ditiru” (dicontoh sikap dan perilakunya).

18

Dari penjelasan diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebagai seorang guru yang baik harus memiliki empat kompetensi dalam mengajar yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian.

2.1.3 Literasi

2.1.3.1 Pengertian Literasi

Literasi yang dalam bahasa inggrisnya Literacy berasal dari bahasa latin yaitu litera (huruf) sering diartikan sebagai keaksaraan. Jika dilihat dari makna harfiah literasi berarti kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Orang yang bisa membaca dan menulis biasa disebut dengan literat, sedangkan untuk orang yang tidak bisa membaca atau menulis disebut dengan iliterat atau buta aksara. Menurut Graff (2006) literasi merupakan kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Setidaknya dengan kedua hal tersebut masyarakat menjadi melek akan pengetahuan.

Pendapat lain tentang literasi, menurut Romdhoni (2013) literasi merupakan peristiwa sosial yang melibatkan keterampilan-keterampilan tertentu, yang diperlukan untuk menyampaikan dan mendapatkan informasi-informasi dalam bentuk tulisan. Literasi merupakan kegiatan memahami dan mengakses melalui berbagai aktivitas yang dilakukan seperti membaca, menulis dan melakukan kegiatan praktik yang disesuaikan dengan pengetahuan dan hubungan sosial Indarto (2017). Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa literasi merupakan sebuah konsep untuk mengembangkan secara kompleks dalam memahami dan menyampaikan informasi melalui aktivitas yang mencakup pengetahuan dan keterampilan. Penerapan literasi tidak hanya ditujukan kepada siswa sekolah melainkan masyarakat umum.

2.1.3.2 Jenis-jenis literasi

Istilah literasi sudah mulai digunakan dalam skala yang lebih luas tetapi tetap menunjuk pada kemampuan atau kompetensi dasar literasi yakni kemampuan membaca dan menulis. Intinya, hal terpenting dalam literasi yaitu bebas buta aksara agar mudah dalam memhami semua konsep secara fungsional, sedangkan cara untuk emmeperoleh kemampuan literasi melalui pendidikan.

19

Menurut Setyawan (2018) Terdapat sembilan macam literasi yaitu literasi kesehatan, literasi finansial, literasi digital, literasi data, literasi kritikal, literasi visual, literasi teknologi, literasi statistik, literasi informasi berikut penjababaran berbagai jenis literasi :

Literasi Kesehatan merupakan kemampuan untuk memperoleh , mengolah, serta memahami informasi terkait dengan kesehatan serta layanan-layanan apa saja yang diperlukan didalam membuat keputusan kesehatan yang tepat. Dalam literasi kesehatan terdapat tiga kompenen yaitu kemampuan perawatan, upaya pencegahan penyakit, pendidikan/promosi kesehatan yang akan menghasilkan pengetahuan dan keterampilan dalam perawatan kesehatan. Secara umum literasi kesehatan dapat menungkatkan pengetahuan kesehaan serta membantu individu atau masyarakat dalam pengambilan keputusan yang tepat tentang kesehatan mereka (Russel, 2015).

Literasi Finansial merupakan kemampuan didalam membuat penilaian terhadap informasi serta keputusan yang efektif pada penggunaan dan juga pengelolaan uang, hal ini terkait dengan bidang keuangan. Kesulitan keuangan bukan hanya fungsi dari pendapatan semata (rendahnya pendapatan), kesulitan keuangan juga dapat muncul jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan keuangan (miss-management) seperti kesalahan penggunaan kredit, dan tidak adanya perencanaan keuangan. (Kaly, Hudson dan Vush 2008) dalam penelitian Widyawati (2012) literasi finansial sebagai kemampuan untuk memahami kondisi keuangan dan untuk merubah pengetahuan itu secara tepat ke dalam perilaku.

Literasi Digital merupakan kemampuan dasar secara teknis dapat menggunakan komputer serta menjalankan internet, dapat melakukan evaluasi terhdap media digital dan dapat merancang media komunikasi. Menurut UNESCO (2011) kecakapan life skills yang tidak hanya melibatkan kemampuan penggunaan perangkat teknologi, informasi dan komunikasi tetapi juga melibatkan untuk kemampuan untuk dalam pembelajaran bersosialisasi, sikap berpikir kritis serta inspiratif sebagai kompetensi digital. Literasi digital tidak hanya mencakup kemampuan teknis seseorang dalam menggunakan alat (tools) atau piranti ICT, namun juga mencakup pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam

20

memahami suatu konten sehingga pada akhirnya gools-nya adalah mampu menciptakan pengetahuan baru.

Literasi Data merupakan kemampuan untuk mendapatkan informasi dari data. Lebih tepatnya dalam memahami kompleks analisis data. Semakin perubahan zaman data menjadi sangat penting untuk dimaknai dan dipelajari karena dengan keberadaannya dapat dipahami bagaimana kondisi yang terjadi masa kini dan masa yang akan mendatang, dengan adanya teknologi yang semakin canggih mempermudahkan untuk mencari dan memanfaatkan data.

Literasi Kritikal merupakan suatu pendekatan intruksional menganjurkan untuk adopsi perspektif secara kritis terhadap teks, atau dengan kata lain, jenis literasi yang satu ini sebagai kemampuan untuk mendorong pembaca supaya lebih aktif menganalisis teks dan menjadi argumentasi untuk menyampaikan pesan.Titik tekan literasi kritikal ada pada aspek criticality atau kemampuan untuk tidak mudah menerima atau bersifat kritis terhadap informasi yang diterima dengan cara mengevaluasi informasi tersebut baik dari unsur sosial, politik dan budaya.

Literasi Visual adalah kemampuan untuk menafsirkan, menciptakan dan mengorganisasikan makna dari informasi yang berbentuk gambar visual. Literasi visual juga diartikan sebagai kemampuan dasar didalam menginterpretasikan teks tertulis, menjadi interpretasi dengan produk desain visual berupa gambar atau video. Literasi visual memungkinkan seseorang untuk dapat membedakan dan menafsirkan tindakan visual, objek, simbol yang mereka temui didunia. Literasi visual mendorong apresiasi dan pemahaman komunikasi visual. Kurangnya kesadaran akan literasi visual mempengaruhi kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif.

Literasi Teknologi adalah kemampuan seseorang untuk bekerja secara independen maupun bekerja sama dengan orang lain secara efektif. Penuh dengan rasa tanggung jawab dan tepat dalam menggunakan instrument teknologi untuk mendapat, mengelola, menintegrasikan, mengevaluasi, membuat serta mengkomunikasikan informasi. Literasi teknologi tidak hanya dibatasi pada teknologi tetapi mencakup sikap/keputusan seseorang dalam memanfaatkan berbagai teknologi/inovasi hasil karya manusia secara baik dan benar.

21

Literasi Statistik adalah kemampuan untuk memahami statistik.

Pemahaman mengenai memang diperlukan masyarakat supaya bisa lebih memahami materi yang dipublikasikan oleh media. Kemampuan seseorang dalam memahami, menginterpretasikan, dan merepresentasikan suatu data baik dalam bentuk tabel atau grafik. Literasi statistik menekankan pada aspek pemahaman terhadap informasi atau data yang diperoleh. Pemahaman tersebut meliputi pemahaman terhadap simbol atau istilah-istilah dasar statistik. Selain itu, kemampuan dalam menafsirkan dan mengkomunikasikan data atau informasi yang diperoleh menjadi bagia dari literasi statistik seseorang.

Literasi informasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang didalam mengenali kapankah suatu informasi diperlukan dan kemampuan untuk menemukan serta mengevaluasi, kemudian menggunakannya secara efektif dan mampu mengkomunikasikan informasi yang dimaksud dalam berbagai format yang jelas dan mudah dipahami. Dalam kemampuan literasi informasi perlu adanya kemampuan dalam mengevaluasi informasi dan menggunakannya secara efektif serta pemahaman intrastruktur teknologi dalam transfer kepada orang lain, termasuk konteks sosial, politik, budaya, aspek ekonomi, aspek hukum dan dampaknya.

Sedangkan menurut Waskim (2017) dijelaskan bahwa terdapat 5 jenis-jenis literasi yaitu literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual adapun penjabaran jenis-jenis literasi:

Literasi Dasar (Basic teracy), literasi jenis ini bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan dalam mendengarkan, berbicara, membaca,

Literasi Dasar (Basic teracy), literasi jenis ini bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan dalam mendengarkan, berbicara, membaca,