• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2 Deskripsi dan Pembahasan Hasil Analisis Data

4.2.1 Penanaman Literasi Baca Tulis Siswa Kelas V SD Negeri Baturejo 02

4.2.1.3 Graphic Organizer

Graphic organizer disebut dengan knowledge map, concept map, story, map, cognitive organizer, advance organizer, atau concept diagram. Graphic organizer adalah media pembelajaran yang menggunakan simbol visual untuk mengekspresikan pengetahuan, konsep, gagasan, dan pikiran yang saling menghubungkan. Sebagai media visual, graphic organizer dapat digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran dan penyampaian materi ajar. Terkait dengan peningkatan literasi baca tulis, graphic organizer dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan literasi melalui kegiatan membaca dan menulis. Menurut Pudiyono (2015) tujuan media graphic organizer dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman membaca, mengembangkan tingkat daya ingat terhadap isi bacaan, dan mengembangkan berpikir, berkreasi, dan keuletan dalam belajar.

72

Gambar 4. 3 Siswa membuat Graphic Organizer (Sumber: Dokumen peneliti, 10 Juni 2022)

Mahasiswa kampus mengajar menggunakan media graphic organizer untuk membantu siswa memahami teks bacaan pada jam mata pelajaran bahasa Indonesia, seperti yang telah disampaikan oleh mahasiswa kampus mengajar (L) dalam cuplikan hasil wawancara sebagai berikut :

“kami dalam membantu siswa memahami teks bacaan pada mata pelajaran bahasa Indonesia, dengan menggunakan graphic organizer untuk membantu siswa dalam memahami bacaan”

(Wawancara, 4 Juni 2022)

Berdasarkan hasil wawancara mahasiswa kampus mengajar dalam membantu siswa kelas V memahami isi bacaan dengan menggunakan graphic organizer. Prosedur dalam melaksanakan kegiatan membuat graphic organizer pertama siswa melakukan identifikasi informasi yang relevan seperti : adanya kosakata baru, kata yang belum dipahami, dan membuat simpulan sementara berdasarkan informasi dalam teks. Kedua mahasiswa kampus mengajar meminta siswa untuk menuliskan kata baru yang dianggap sulit untuk menuliskan pada papan tulis, selanjutnya mahasiswa kampus mengajar meminta siswa lain untuk menjawab makna dari kata tersebut kemudian mahasiswa kampus mengajar memberikan evaluasi. Ketiga siswa membuat graphic organizer sesuai dengan kreativitas siswa mengenai gagasan utama, pendeskripsian tokoh, watak tokoh, alur cerita,dll yang menyesuaikan dengan bacaan. Sebuah penelitian yang dilakukan MA menemukan bahwa graphic organizer bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman siswa yang memiliki kebiasaan membaca yang baik mapun kurang baik Warsono (2018).

73

kegiatan membuat graphic organizer, menjadikan suasana belajar terasa lebih menyenangkan dan mengurangi rasa bosan, seperti yang disampaikan oleh siswa kelas V. Diantaranya sebagai berikut : Respon pertama disampaikan oleh ABP, sebagai berikut:

“saya sangat senang dengan membuat bentuk sesuai kreativitas saya graphic organizer sehingga saya tidak merasa bosan dan saya lebih terbantu dalam mengidentifikasi bacaan”

(Wawancara, 10 Juni 2022)

Respon kedua disampaikan oleh ARA, dalam cuplikan hasil wawancara sebagai berikut :

“saya lebih mudah dalam memahami isi bacaan dan menyimpulkan bacaan”

(Wawancara, 10 Juni 2022)

Dari informasi kedua narasumber tersebut, dapat kita lihat bahwa dalam pelaksanaan kegiatan membuat graphic organizer pada jam mata pelajaran Bahasa Indonesia menarik bagi siswa dalam membuat kreativitas bentuk dari graphic organizer selain itu siswa tidak merasa bosan saat jam pelajaran dan juga lebih mudah dalam memahami materi ataupun teks bacaan. Hal ini sejalan dengan Sam & Rajan (2013) diagram dalam graphic organizer memberikan banyak manfaat diantaranya dalam kegiatan membaca siswa menemukan gagasan utama dan gagasan pendukung, memperkaya kosakata, dan mengidentifikasi fakta dan opini serta menyimpulkan bacaan dengan bantuan graphic organizer membaca menjadi kegiatan yang menyenangkan dan tidak membosankan. Siswa dapat berpartisipasi dalam mengerakan berbagai tugas selama membaca.

Kendala dalam membuat graphic organizer yaitu siswa kurang aktif dalam mempresentasikan graphic organizer didepan kelas. Seperti yang diungkapkan oleh wali kelas V, Bapak F sebagai berikut:

“yang masih menjadi kendala saat siswa diminta untuk melakukan presentasi siswa masih malu- untuk bertanya jika ada hal yang tidak mereka pahami”

(Wawancara, 6 Juni 2022)

Berdasarkan hasil wawancara, bahwa kendala dalam pelaksanaan kegiatan graphic organizer siswa cenderung kurang aktif dalam melakukan presentasi hal tersebut dikarenakan siswa kurang percaya diri. Selain itu guru juga masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. Penelitian yang dilakukan Ani (2019) mengungkapkan bahwa permasalahan yang dialami dalam menggunakan media graphic organizer guru masih kurang dalam menguasai strategi yang sesuai

74

dalam pembelajaran seperti graphic organizer, bukan hanya itu guru kurang komunikatif dalam proses pembelajaran sehingga materi yang diberikan tidak tepat sasaran.

Upaya yang dilakukan mahasiswa kampus mengajar dalam mengatasi kendala atau permasalahan terkait kegiatan membuat graphic organizer yaitu dengan memberikan motivasi agar siswa mau bertanya jika ada yang kurang dipahami, selain itu juga memberikan saran kepada wali kelas V untuk menggunakan media graphic organizer dalam menyampaikan materi teks bacaan.

Alfian (2013) mengungkapkan bahwa graphic organizer merupakan alat bantu belajar bagi siswa sehingga siswa dapat memahami pelajaran dengan baik, menyimpan, dan mengungkapkan kembali pengetahuan siswa terhadap permasalahan.

Berdasarkan hasil peneliti paparkan mengenai kegiatan graphic organizer sebagai bentuk implementasi kampus mengajar dalam menanamkan literasi baca tulis kelas V SD Negeri Baturejo 02 pada program literasi baca tulis. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat mata pelajaran bahasa Indonesia sebagai media dalam membantu siswa memahami informasi pada bacaan. Kendala dalam menggunakan media graphic organizer yaitu siswa cenderung kurang aktif dalam melakukan presentasi dikarenakan siswa kurang percaya diri dan wali kelas V sebelumnya belum pernah menggunakan graphic organizer. Upaya yang dilakukan dengan meberikan motivasi kepada siswa untuk aktif untuk bertanya jika ada hal yang kurang dipahami.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara bahwa mahasiswa kampus mengajar dalam menanamkan program literasi baca tulis melalui tiga program yaitu membaca lima belas menit sebelum pembelajaran dimulai, jurnal membaca harian dan graphic organizer. Ketiga program tersebut membantu siswa memahami bacaan dan meningkatkan kemampuan literasi baca tulis.

75

4.2.2 Penanaman Numerasi Siswa Kelas V SD Negeri Baturejo 02 Pada