• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI IMPLEMENTASI KAMPUS MENGAJAR UNTUK MENANAMKAN LITERASI BACA TULIS DAN NUMERASI SISWA KELAS V SD NEGERI BATUREJO 02. Oleh : TARISA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI IMPLEMENTASI KAMPUS MENGAJAR UNTUK MENANAMKAN LITERASI BACA TULIS DAN NUMERASI SISWA KELAS V SD NEGERI BATUREJO 02. Oleh : TARISA"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

IMPLEMENTASI KAMPUS MENGAJAR UNTUK MENANAMKAN LITERASI BACA TULIS DAN NUMERASI

SISWA KELAS V SD NEGERI BATUREJO 02

Oleh :

TARISA 201833062

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2022

(2)

ii

(3)

iii

IMPLEMENTASI KAMPUS MENGAJAR UNTUK MENANAMKAN LITERASI BACA TULIS DAN NUMERASI

SISWA KELAS V SD NEGERI BATUREJO 02

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muria Kudus untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh TARISA NIM 201833062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2022

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

Perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah (Lao Tzu) PERSEMBAHAN

Alhamdullilah wasyukurillah, puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan sekripsi ini dengan baik. Banyak cobaan dan rintangan yang peneliti alami dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan selesainya skripsi ini menjadi awal baru dari perjuangan peneliti selanjutnya dan sekaligus jalan bagi terwujudnya mimpi, harapan, dan cita-cita. Dengan segala kerendahan hati dan terimakasih peneliti

mempersembahkan sekripsi ini kepada:

1. Diri Sendiri, sebagai bentuk pembuktian bahwa saya mampu untuk menyelesaikan tugas akhir yang terberat untuk mendapatkan gelar sarjana S1 PGSD. Skripsi ini saya buat dengan penuh semangat dan tanggung jawab. Semoga ilmu yang saya dapat dari gelar sarjana ini dapat bermanfaat untuk semuanya. Amin.

2. Kedua orang tua (Alm.Bapak Karwi dan Ibu Karyati) dan kakak serta keponakan saya yang telah memberikan suport serta dukungan, bukan hanya dukungan materi namun juga dukungan moril, yang selalu memberikan semangat dan menguatkan dalam setiap langkah.

3. Bapak/Ibu dosen program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muria Kudus, terutama dosen pembimbing saya yang telah membimbing memberikan pengarahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Teman-teman seperjuanganku, PGSD 2018.

5. Teman sekolah dan Pacar penulis yaitu Monika R.U dan Adhitya C.M yang selalu bersedia membantu penulis ketika merasa kebingungan dalam menyusun skripsi.

6. Almamater tercinta Universitas Muria Kudus.

(5)

v PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga peneliti mendapat bimbingan, arahan dan juga kemudahan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Kampus Mengajar Untuk Menanamkan Literasi Baca Tulis dan Numerasi”. Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis telah menerima banyak bantuan, masukan masukan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini. Peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si. Selaku Rektor Universitas Muria Kudus.

2. Bapak Drs. Sucipto, M.Pd., Kons Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus.

3. Ibu Siti Masfuah M.Pd Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang memberikan kesempatan, arahan, serta persetujuan, untuk melaksanakan ujian skripsi.

4. Ibu Fina Fakhriyah M.Pd (Pembimbing I) dan Ibu Ika Oktavianti M.Pd. (Pembimbing II) yang telah dengan sabar memberimbing serta memberikan saran dan motivasi selama penyusunan skripsi.

5. Dosen program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, yang telah memberikan bimbingan dan ilmu selama menempuh pendidikan.

6. Subjek Penelitian yaitu kelas V, Wali Kelas V, dan Teman-Teman Mahasiswa Kampus Mengajar Angkatan 2

7. Bapak, Ibu dan Saudara yang telah memberikan do’a terbaik dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

(6)

vi

8. Semua pihak yang telah terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak saya sebutkan satu-persatu.

Penelitian ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan merupakan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Pati, Agustus 2022 Peneliti

Tarisa (201833062)

(7)

vii ABSTRAK

Tarisa. 2022. “Implementasi Kampus Mengajar Untuk Menanamkan Literasi Baca Tulis dan Numerasi Siswa Kelas V SD Negeri Baturejo 02”.

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus, Dosen Pembimbing (1) F. Shoufika Hilyana, S.Si., M.Pd. (2) Much Arsyad Fardani, S.Pd., M.Pd.

Kata Kunci: Kampus Mengajar, Literasi Baca Tulis, Numerasi.

Program kampus mengajar merupakan salah satu program pemerintah untuk mewujudkan kegiatan MBKM (Merdeka Belajar-Kampus Merdeka). Program ini ditujukan mahasiswa seluruh program studi untuk berkontribusi dalam memajukan pendidikan dasar terutama daerah 3T. Pelaksanaan dari program kampus mengajar yang diterapkan di salah satu sasaran sekolah program mahasiswa kampus mengajar di SD Negeri Baturejo 02. Tujuan Penelitian ini untuk menjelaskan mahasiswa kampus mengajar dalam menanamkan literasi baca tulis dan numerasi.

Literasi baca tulis kemampuan untuk memahami isi teks tertulis (tersurat maupun tersirat) dan menggunakannya untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri, serta kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan ke dalam tulisan untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosial ( KBBI, 2015). Numerasi merupakan pengetahuan dan kecakapan (1) menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari (2) menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk grafik, tabel, bagan, dan sebagainya, (3) menggunakan interpretasi tersebut untuk memprediksi dari mengambil keputusan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Baturejo 02. Informan penelitian adalah siswa kelas V, wali kelas V SD Negeri Baturejo 02 dan mahasiswa kampus mengajar. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis data Miles and Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.

Hasil penelitian membuktikan bahwa implementasi kampus mengajar untuk menamkan literasi baca tulis melalui program membaca lima belas menit sebelum pembelajaran dimulai, jurnal membaca harian dan graphic organizer.

Implementasi mahasiswa kampus mengajar untuk menanamkan numerasi melalui tiga program yaitu pembelajaran matematika, berwirausaha dan bakti sosial. Dari program literasi baca tulis dan numerasi efektif membantu siswa dalam melatih kemampuan literasi baca tulis dan mampu melatih kemampuan numerasi siswa menjadi lebih baik.

Saran dalam penelitian ini adalah guru harus menciptakan pembelajaran harus mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yag kreatif dan inovatif.

(8)

viii ABSTRACK

Tarisa. 2022. “Implementation of the Teaching Campus to Instill Literacy, Reading and Writing in Fifth Grade Students of SD Negeri Baturejo 02”. Elementary School Teacher Education Faculty of Teacher Training and Education, Muria Kudus University, Supervisor (1) F. Shoufika Hilyana, S.Si., M.Pd. (2) Much Arsyad Fardani, S.Pd., M.Pd.

Keywords: Kampus Mengajar, Literacy Read Write

The campus teaching program is one of the government's programs to realize MBKM (Merdeka Learning-Independent Campus) activities. This program is intended for students of all study programs to contribute in advancing basic education, especially in the 3T area. The implementation of the campus teaching program implemented in one of the target schools, the campus student teaching program at SD Negeri Baturejo 02, is a form of teaching campus student activities to instill literacy and numeracy. Literacy is the ability to understand the content of written texts (expressed or implied) and use them to develop knowledge and self- potential, as well as the ability to put ideas or ideas into writing to participate in the social environment (KBBI, 2015). Numeration is knowledge and skills (1) using various kinds of numbers and symbols related to basic mathematics to solve practical problems in various contexts of everyday life (2) analyzing information displayed in various forms of graphs, tables, charts, and so on, ( 3) use these interpretations to predict from taking decisions.

This study uses a qualitative method with a case study approach. This research was conducted at SD Negeri Baturejo 02. Research informants were class V students, homeroom teachers for class V at SD Negeri Baturejo 02 and university students teaching. This study uses data collection techniques including observation, interviews and documentation. This study uses Miles and Huberman data analysis, namely data reduction, data presentation, and data verification.

The results of the study prove that the implementation of the campus teaches to instill literacy in reading and writing through a reading program fifteen minutes before learning begins, a daily reading journal and a graphic organizer. Implementation of campus students teaching to instill numeracy through three programs, namely learning mathematics, entrepreneurship and social service. The literacy and numeracy programs are effective in helping students train their literacy skills and being able to train students' numeracy skills to be better.

Suggestions in this study are teachers must create learning must optimize the use of creative and innovative learning media.

(9)

ix DAFTAR ISI

SAMPUL……….i

LOGO………..ii

JUDUL……….…….………….iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II ... 6

KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Deskripsi Konseptual ... 6

2.1.1 Merdeka Belajar ... 6

2.1.2 Kampus Mengajar ... 7

2.1.2.1 Keterampilan Mengajar ... 9

2.1.2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar. ... 9

2.1.2.1.2 Aspek-aspek Keterampilan Mengajar ... 10

2.1.2.2 Kompetensi Guru ... 15

2.1.2.3 Macam-Macam Kompetensi Guru... 15

2.1.3 Literasi ... 18

2.1.3.1 Pengertian Literasi ... 18

2.1.3.2 Jenis-jenis literasi ... 18

2.1.3.3 Literasi Baca Tulis ... 23

(10)

x

2.1.3.4 Prinsip Dasar Pengembangan dan Implementasi Literasi Baca Tulis

... 25

2.1.3.5 Model Kegiatan Ekstrakurikuler Literasi Baca Tulis ... 28

2.1.4 Numerasi ... 31

2.1.4.1 Pengertian Numerasi ... 31

2.1.4.2 Aspek-Aspek Numerasi ... 32

2.1.4.3 Pembelajaran Matematika... 34

2.1.4.4 Penguatan Numerasi ke dalam Kegiatan Ekstrakurikuler ... 36

2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan ... 38

2.3 Kerangka Teori ... 43

2.4 Kerangka Berpikir ... 45

BAB III ... 47

METODE PENELITIAN ... 47

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

3.1.1 Tempat Penelitian ... 47

3.1.2 Waktu Penelitian ... 47

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 47

3.3 Peranan Peneliti ... 49

3.4 Data dan Sumber Data ... 50

3.4.1 Data ... 50

3.4.2 Sumber Data ... 51

3.4.3 Kategori Informan... 52

3.5 Pengumpulan Data ... 52

3.6 Keabsahan Data ... 54

3.7 Analisis Data ... 55

3.7.1 Reduksi Data (Data Reduction) ... 55

3.7.2 Penyajian Data (Data Display) ... 56

3.7.3 Verifikasi Data / Kesimpulan ( Verification) ... 56

BAB IV ... 58

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1 Gambaran Umum SD Negeri Baturejo 02... 58

4.1.1 Profil SD Negeri Baturejo 02... 58

4.1.2 Data Siswa Kelas V SD Negeri Baturejo 02... 60

4.1.3 Sarana dan Prasarana SD Negeri Baturejo 02 ... 61

(11)

xi

4.2 Deskripsi dan Pembahasan Hasil Analisis Data ... 62

4.2.1 Penanaman Literasi Baca Tulis Siswa Kelas V SD Negeri Baturejo 02 Pada Program Kampus Mengajar ... 63

4.2.1.1 Membaca Lima Belas Menit Sebelum Pembelajaran dimulai ... 64

4.2.1.2 Jurnal Membaca Harian ... 68

4.2.1.3 Graphic Organizer... 71

4.2.2 Penanaman Numerasi Siswa Kelas V SD Negeri Baturejo 02 Pada Program Kampus Mengajar ... 75

4.2.2.1 Pembelajaran Matematika... 75

4.2.2.2 Berwirausaha ... 79

4.2.2.3 Bakti Sosial ... 83

BAB V ... 86

PENUTUP ... 86

5.1 Simpulan ... 86

5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

LAMPIRAN ... 90

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kegiatan Literasi Baca Tulis ... 28

Tabel 2. 2 Area fokus dan aspek numerasi ... 33

Tabel 2. 3 Persamaan, Perbedaan dan Orisinalitas Kajian Relevan ... 41

Tabel 4. 1 Daftar Nama Siswa Kelas V SD Negeri Baturejo 02... 60

Tabel 4. 2 Daftar Sarana dan Prasarana SD Negeri Baturejo 02 ... 61

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori ... 44

Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir ... 46

Gambar 3. 1 Tahap Analisis Data Miles dan Huberman ... 57

Gambar 4. 1 Kegiatan membaca lima belas menit sebelum pembelajaran dimulai ... 64

Gambar 4. 2 Jurnal Membaca Harian ... 69

Gambar 4. 3 Siswa membuat Graphic Organizer ... 72

Gambar 4. 4 Gambar siswa melakukan kegiatan berwirausaha ... 80

Gambar 4. 5 Gambar siswa melakukan bakti sosial ... 83

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 lembar observasi literasi baca tulis siswa 1 ... 91

Lampiran 2 lembar observasi literasi baca tulis siswa 2 ... 93

Lampiran 3 lembar observasi numerasi siswa 1 ... 95

Lampiran 4 lembar observasi numerasi siswa 2 ... 96

Lampiran 5 wawancara pra penelitian ... 98

Lampiran 6 kisi-kisi lembar wawancara siswa ... 100

Lampiran 7 lembar wawancara siswa 1 ... 103

Lampiran 8 lembar wawancara siswa 2 ... 107

Lampiran 9 kisi-kisi lembar wawancara wali kelas V ... 111

Lampiran 10 lembar wawancara wali kelas V ... 115

Lampiran 11 lembar wawancara mahasiswa kampus mengajar ... 121

Lampiran 12 tabel kesimpulan hasil observasi dan wawancara... 127

Lampiran 13 dokumentasi penelitian ... 130

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia, dengan adanya pendidikan dapat memberikan berbagai macam perubahan, diantaranya perubahan strata sosial individu sebagai akses pendidikan harus sama dan merata. Tujuan nasional pendidikan menjadikan setiap warga negara Indonesia tidak memiliki wawasan yang luas, namun juga memiliki sikap yang sesuai dengan pancasila. Hal ini tentunya harus didukung dengan sistem yang integrasi dan dibangun secara bersama.

Implementasi pendidikan harus mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, untuk menghasilkan individu yang berpengaruh terhadap lingkungannya. Karena itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia, Nadiem Makarim mencetuskan program “Merdeka Belajar”

dengan tujuan dapat merespons kebutuhan pendidikan pada era revolusi 4.0.

Proses pembelajaran kampus merdeka merupakan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student centered learning) yang sangat esensial. Pengembangan kampus merdeka memberikan tantangan dan kesempatan mahasiswa dalam berkreasi, berinovasi dan mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan melalui kenyataan dan dinamika lapangan. Kampus mengajar merupakan salah satu program Kampus Merdeka yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas diluar kelas. Mahasiswa akan ditempatkan diseluruh Sekolah Dasar di Indonesia untuk membantu proses pembelajaran disekolah tersebut.

Program ini membekali mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan dan keahlian dari partner guru dan sekolah dalam menumbuhkan kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran. Sasaran dari program kampus mengajar merupakan sekolah yang masih terakreditasi B atau C. Salah satu sekolah dasar di Indonesia yang masih terakreditasi B adalah SD Negeri Baturejo 02 yang terletak di

(16)

2

kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. Maka dari itu SD Negeri Baturejo 02 sangat tepat untuk dijadikan sasaran dari program kampus mengajar, supaya mutu pendidikan di sekolah ini semakin meningkat. Dengan adanya mahasiswa kampus mengajar dikirim di sekolah tersebut membantu dalam meningkatkan mutu siswa SD Negeri Baturejo 02 dengan program yang menarik yang akan dicanangkan.

Program kampus mengajar meliputi bantuan dalam bidang numerasi, literasi, adaptasi teknologi, administrasi sekolah serta beberapa bidang lain yang cocok untuk diterapkan di SD Negeri Baturejo 02.

SD Negeri Baturejo 02 berada dibawah naungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Sama seperti SD yang lain, terdiri dari 6 kelas yaitu kelas 1,2,3,4,5 dan 6. Dalam melaksankan kegiatan belajar mengajar, selain gedung sekolah, tentu SD Negeri Baturejo 02 membutuhkan beberapa fasilitas lain yang wajib ada, salah satunya listrik untuk membantu kegiatan belajar mengajar. SD Negeri Baturejo juga menyediakan akses internet berupa wifi untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Kegiatan mahasiswa kampus mengajar di kelas 5 yaitu pembelajaran guling (Guru Keliling) atau juga bisa disebut home visit dengan cara mahasiswa melaksanakan pembelajaran di rumah wali kelas kelas 5, kegiatan tersebut dilaksanakan 6 hari selama seminggu, namun tetap memenuhi protokol kesehatan. Selain itu, Mahasiswa Kampus mengajar juga menerapkan Program literasi dan numerasi yang mengacu sesuai pada prisip penyelenggaraan pendidikan dengan mengembangkan kebiasaan membaca, menulis, dan berhitung bagi seluruh masyarakat (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 4 ayat 5 Tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan).

Keterampilan membaca merupakan langkah awal dalam memahami literasi dasar lainnya, seperti literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, dan literasi budaya dan kewarganegaraan serta literasi finansial (Kemendikbud, 2017). Literasi dasar yang dapat diterapkan di SD Negeri Baturejo 02 yaitu literasi baca tulis dan literasi numerasi. Literasi baca tulis merupakann kecakapan dalam membaca, menulis, dan menelusuri managemen, dan memahami informasi (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017). Literasi baca tulis penting untuk dikembangkan dengan alasan keterampilan membaca merupakan

(17)

3

keterampilan utama untuk mencapai keterampilan lainnya. Keterampilan membaca merupakan keterampilan yang dimiliki setiap individu. Literasi baca tulis secara individu yang baik diharapkan dapat menganalisis dengan bijak informasi di zaman era digital yang sangat mudah diperoleh. Dengan adanya literasi baca tulis individu yang baik, tidak terpengaruh kondisi yang belum tentu kebenarannya. Sedangkan numerasi diterjemahkan sebagai keterampilan dalam menerapkan konsep bilangan matematika dan melakukan operasi hitung dalam kegiatan sehari-hari dan keterampilan mendifiniskan informasi dalam bentuk jumlahnya. Literasi numerasi merupakan keterampilan seseorang dalam menggunakan daya pikirnya. Dengan daya pikirnya sehingga dapat melakukan analisa dan memaknai suatu penjelasan melalui kegiatan dalam kehidupan sehari- hari. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas V yang dilaksanakan pada 2 November 2021 menunjukkan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan literasi baca tulis dan numerasi antara lain 1) rendahnya keinginan siswa untuk mengikuti kegiatan literasi baca tulis dan numerasi yang telah dijadwalkan sekolah, hal tersebut disebabkan oleh sebagian besar siswa merasa bahwa membaca adalah aktivitas yang membosankan dan buku-buku yang diberikan kurang menarik. 2) kurangnya fasilitas pendukung literasi baca tulis dan numerasi seperti tidak adanya perpustakaan sekolah. 3) media yang digunakan hanya terbatas yaitu sekolah hanya menyediakan beberapa buku bacaan saja dan lebih dominan pada buku pelajaran sebab banyak buku- buku yang rusak 4) siswa belum dapat menerapkan konsep matematika dengan baik dalam kehidupan sehari-hari karena sebagian besar siswa masih lemah dalam berhitung. Bedasarkan uraian permasalahan tersebut, maka dari itu peneliti tertarik untuk mengkaji terkait Implementasi Kampus Mengajar Untuk Menanamkan Literasi Baca Tulis dan Numerasi Siswa Kelas V SD Negeri Baturejo 02.

(18)

4 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas maka, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana Implementasi Kampus Mengajar untuk Menanamkan Literasi Baca Tulis Pada Kelas V SD Negeri Baturejo 02?

2. Bagimana Implementasi Kampus Mengajar untuk Menanamkan Numerasi Pada Kelas V SD Negeri Baturejo 02?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Implementasi Kampus Mengajar untuk Menanamkan Literasi Baca Tulis Pada Kelas V SD Negeri Baturejo 02.

2. Untuk Mengetahui Implementasi Kampus Mengajar untuk Menanamkan Numerasi Pada Kelas V SD Negeri Baturejo 02.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Secara Teoritis

Secara teoritis, penulis berharap dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk dijadikan sebagai sumber rujukan dan referensi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan wawasan yang berkaitan dengan keilmuwan terutama dalam bidang pendidikan

1.4.2 Secara Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sekolah, bagi guru dan bagi siswa. Berikut akan dijelaskan manfaat tersebut secara rinci:

1.4.2.1 Bagi sekolah

 Sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan kinerja guru

 Sebagai upaya peningkatan kualitas pengelolaan pengajaran 1.4.2.2 Bagi Guru

 Sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar

(19)

5

 Meningkatkan kreativitas guru dalam penggunaan metode pembelajaran 1.4.2.3 Bagi Siswa

 Dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga memperoleh hasil belajar yang maksimal

 Meningkatkan pemahaman terhadap materi yang disampaikan guru

(20)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Konseptual

Deskripsi konseptual ini akan menguraikan mengenai (1) Kampus Mengajar (2) Literasi Baca Tulis (3) Numerasi

2.1.1 Merdeka Belajar

Gagasan Merdeka Belajar merupakan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bapak Nadiem Makarim dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dengan mengutamakan implementasi nilai- nilai karakter yang dapat mengembangkan pola pikir dan kreativitas. Merdeka belajar merupakan proses pembelajaran secara alami untuk mencapai kemerdekaan. Karena dengan merdeka belajar akan mengurangi rasa kurang merdeka, dan hal-hal yang membelenggu dan ruang gerak yang sempit untuk merdeka. Merdeka Belajar sesuai dengan Permendikbud Nomor 3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, pada pasal 18 disebutkan bahwa pemenuhan masa dan beban belajar bagi mahasiswa program sarjana atau sarjana terapan dapat dilaksanakan: 1) Mengikuti seluruh proses pembelajaran dalam program studi pada perguruan tinggi sesuai masa dan beban belajar; dan 2) mengikuti proses pembelajaran di dalam program studi untuk memenuhi sebagian masa dan beban belajar dan sisanya mengikuti proses pembelajaran di luar program studi.

Esensi Merdeka belajar adalah menggali potensi dari guru dan siswa untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pendidikan secara mandiri. Mandiri berarti tidak hanya mengikuti birokrasi pendidikan melainkan benar-benar inovasi pendidikan Prayoga (2020). Dengan adanya merdeka belajar dengan keterlibatan siswa maka pembelajaran akan meningkat. Pendidikan merdeka belajar mendukung kecerdasan melalui berbagai peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan, perluasan akses serta relevansi dalam penerpaan teknologi

(21)

7

sehingga mampu mewujudkan pendidikan kelas dunia berdasarkan ketrampilan kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, dan kreatif (Sherly, dkk. 2020).

Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menambahkan fakta baru bahwa dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun terakhir, Indonesia telah melakukan tiga kali pembaharuan dan perbaikan kurikulum. Hal tersebut bertujuan untuk menjawab kebutuhan pendidikan Indonesia yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman, baik secara Ekstern maupun intern. Hal ini diharapkan mampu menciptakan peserta didik yang unggul dan memiliki daya saing di masa yang akan mendatang (Suhartoyo dkk, 2020). Langkah-langkah yang perlu disiapkan dalam mengimplementasikan merdeka belajar, diantaranya: a) Kepala sekolah:

menerapkan kebijakan yang mendukung pelaksanaan merdeka belajar. b) Guru:

menjadi sosok yang terbuka dan menciptakan suasana proses pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif. c) Peserta didik; hendaknya memiliki rasa semangat belajar serta mampu terbiasa dengan sikap berpikir kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi serta mampu menjawab pertanyaaan analisis terbuka. d) wali murid dan lingkungan; dilibatkan secara aktif dalam melakukan pemantauan hasil belajar peserta didik dan mendukung kesinambungan anatara lingkungan,rumah, dan sekolah. e) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan; menyediakan pelatihalan dalam meningkatkan kompetensi guru dan menyiapkan saat pelaksanakan merdeka belajar (Mendikbud, 2020). Menurut beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa merdeka belajar merupakan kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Ilmu Pendidikan (Kemendikbud) untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul, dengan mengimplementasikan nilai karakter dan esensi dari merdeka belajar untuk menggali potensi dari guru dan siswa dalam meningkatkan kualitas pedidikan secara merata.

2.1.2 Kampus Mengajar

Istilah belajar mengajar adalah dua peristiwa yang berbeda, akan tetapi keduanya terdapat suatu hubungan yang sangat erat sekali. Bahkan keduanya terjadi kaitan dan interaksi satu sama lain. Sehingga kedua hubungan memiliki pengaruh dan menunjang satu sama lain. Menurut Maswan dan Muslimin (2011)

(22)

8

mengajar merupakan memberi pelajaran kepada seseorang (peserta didik) dengan cara melatih dan memberi petunjuk agar mereka memperoleh sejumlah pengalaman. Menurut Hamalik (2011), mengajar merupakan menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik atau murid disekolah. Pengajaran adalah suatu proses penyampaian. Cara yang mudah yaitu dengan menuangkan ilmu kepada peserta didik. Cara yang dapat digunakan yaitu dengan memberikan tugas mempelajari halaman, dan latihan-latihan pokok baik dengan pengawasan guru ataupun tidak. Guru dianggap sebagai pusat dalam kegiatan belajar mengajar, karena guru dianggap mengetahui dan menentukan segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik. Dalam hal ini peran siswa yaitu sebagai pendengar, pengikut dan pelaksana tugas. Dari pendapat para ahli dapat peneliti simpulkan bahwa mengajar adalah penyampaian pengetahuan kepada peserta didik untuk memperoleh pemahaman dalam membantu kehidupan sehari-hari dan peran guru sebagai pusat dalam proses pembelajaran.

Kampus mengajar merupakan salah satu implementasi Merdeka Belajar- Kampus Merdeka yang berupa asistensi mengajar untuk memberdayakan mahasiswa untuk membantu proses pembelajaran di sekolah dasar. Dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas diluar kelas perkuliahan. Dalam program kampus mengajar, mahasiswa akan ditempatkan di sekolah dasar yang berdekatan sesuai dengan domisili mahasiswa di seluruh Indonesia dan mengajar siswa-siswi sekolah dasar di wilayah yang termasuk 3 T (terdepan, tertinggal, dan terluar). Peran mahasiswa yaitu membantu proses belajar mengajar disekolah, membantu administrasi dan membantu adaptasi teknologi Kemendikbud, (2021).

Menurut Aji (2020) mengungkapkan bahwa kampus mengajar merupakan salah satu bentuk kepedulian mahasiswa untuk pendidikan siswa SD baik di desa maupun kota, yang saat ini mengalami kondisi yang sangat tidak nyaman. Tujuan dari kampus mengajar yaitu a) memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas diluar perkuliahan. b) membantu sekolah untuk memberikan pelayanan pendidikan yang optimal terhadap semua peserta didik pada jenjang SD dalam kondisi terbatas dan kritis

(23)

9

selama pandemi ini. c) memberikan kesempatan belajar optimal kepada semua peserta didik pada jenjang SD dalam kondisi terbatas dan kritis selama pandemi, buku saku kampus mengajar (2021). Dengan kondisi Indonesia sedang membutuhkan bantuan berbagai pihak secara sinergis mensukseskan pendidikan nasional, maka mahasiswa kampus mengajar berperan dalam membantu sekolah, khususnya jenjang SD untuk memberikan kesempatan belajar optimal kepada semua peserta didik dalam kondisi terbatas dan kritis selama pandemi. Peneliti menyimpulkan bahwa kampus mengajar merupakan salah satu implementasi program merdeka belajar-kampus merdeka dengan melibatkan mahasiswa melakukan pembelajaran diluar jam perkuliahan tentunya akan menjadi bekal menjadi mahasiswa lulusan dengan memiliki softskill dan hardskill, sasaran dari program kampus mengajar yaitu sekolah dasar di Indonesia yang masih terakreditasi B atau C. Peran mahasiswa kampus mengajar yaitu membantu proses belajar mengajar disekolah, membantu administrasi dan membantu adaptasi teknologi. Dalam melaksanakan kegiatan mengajar, tentunya perlu adanya keterampilan mengajar dan kompetensi mengajar.

2.1.2.1 Keterampilan Mengajar

2.1.2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar.

Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang guru adalah kemampuan dalam keterampilan pembelajaran. Guru merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempengaruhi tercapai tidaknya tujuan pendidikan (Andhika, 2013). Kemampuan guru dalam menyampaikan informasi dalam proses pembelajaran ini merupakan hal yang tidak mudah. Guru harus memiliki keterampilan mengajar yang mumpuni sehingga siswa dapat belajar dan terlibat (engage) dan tujuan pembelajaran tercapai. Keterampilan merupakan aspek penting yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan perannya sebagai pengelola proses pembelajaran. Menurut Turney (dalam Mulyatun, 2014), keterampilan mengajar merupakan keterampilan yang harus dimilki oleh guru untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai kepada siswa dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar.

(24)

10

Menurut Zainal (2012), Keterampilan dasar mengajar sangat diperlukan, dalam membentuk guru yang baik diperlukan suatu keterampilan dasar.

Keterampilan dasar adalah keterampilan standar yang harus dimiliki setiap individu yang berprofesi sebagai guru. Keterampilan guru mengajar adalah ketarampilan yang harus dikuasai seorang guru. Menurut Mulyasa (2013) ketarampilan mengajar ialah kompetensi professional yang cukup menyeluruh.

Dari beberapa pendapat ahli peneliti menyimpulkan bahwa keterampilan guru merupakan suatu aspek yang harus dimiliki seorang pendidik (guru) dengan adanya keterampilan maka suatu proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2.1.2.1.2 Aspek-aspek Keterampilan Mengajar

Keterampilan mengajar (teaching skill) merupakan keterampilan khusus (most specific instructional behaviors) yang harus dimiliki guru agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien, dan professional. Menurut Usman (2013) ada delapan keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai seorang guru yaitu keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterangan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan adapun penjelasan tersebut secara rinci :

Keterampilan bertanya dari calon seorang guru sangat diperlukan, karena dengan adanya guru yang mahir bertanya. Dengan adanya guru yang mampu membuat pertanyaan maka, guru dapat menggiatkan dan mengikut sertakan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons kepada seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan hasil dari pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus. Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban atau umpan balik dari orang lain (Barnawi & Arifin, 2016). Adapun dampak positif dari pemberian pertanyaan dalam proses pembelajaran yaitu meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, Meningkatkan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang

(25)

11

dihadap, Menuntun proses berpikir siswa sehingga mampu memberikan ide atau gagasan, Memusatkan perhatian kepada siswa terhadap masalah yang dihadapi.

Keterampilan memberikan penguatan (reinforcement) merupakan segala bentuk respons, apakah bersifat verbal maupun non verbal. Penguatan sendiri merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan umpan balik terhadap siswa sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatnya kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Keterampilan memberikan penguatan adalah respon positif yang dilakukan guru atau perilaku positif yang dicapai anak dalam proses belajarnya, yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut (Marno & Idris, 2014). Penguatan memiliki pengaruh positif bagi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan bertujuan atara lain : 1) Meningkatkan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran 2) Meningkatkan minat belajar siswa 3) Meningkatkan kegiatan belajar dan tingkah laku siswa yang produktif.

Keterampilan mengadakan variasi, Tentunya dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar terdapat titik kebosanan siswa, faktor dari kebosanan tersebut akan mengakibatkan siswa menjadi tingkat motivasi, perhatian, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru dan sekolah akan menjadi menurun. Variasi stimulus merupakan suatu kegiatan guru dalam konteks interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa. Tujuan dari keterampilan mengadakan variasi antara lain : a) Meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran yang relevan b) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat siswa c) Memupuk tingkah laku siswa yang positif terhadap guru dan sekolah d) Memberikan rasa puas dan senang dalam menerima pelajaran. Sesuai dengan pendapat Mulyasa (2015) mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan

(26)

12

kebosanan. Jadi ketarampilan variasi adalah metode mengajar guru, variasi penggunaan media dan bahan ajar dan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.

Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran, merupakan penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menujukkan adanya hubungan antara satu dengan yang lain, misalnya sebab dan akibat, Menurut Murni, dkk (2017) mengemukakan bahwa keterampilan menjelaskan merupakan aktivitas mengajar yang tidak dapat dihindari oleh guru. Penjelasan diperlukan karena tidak terdapat dalam buku, guru harus menuturkan secara lisan, Hal ini berarti menyebabkan guru dituntut untuk mampu menjelaskan. Untuk menyampaikan bahan pelajaran yang berkaitan dengan hubungan antar konsep, guru juga perlu menjelaskan secara runtut dan runut. definisi dengan contoh atau sesuatu yang sebelumnya belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupak ciri utama dari kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan bagian dari aspek guru dalam hubungan interaksi terhdap siswa di dalam kelas. Biasanya guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan berpengaruh langsung, misalnya dalam memberikan ide atau gagasan dan pendapat. Oleh sebab itu, perlu peningkatan keefektifan agar tercapainya hasil yang optimal dari penjelasan dan pembicaraan seorang guru sehingga bermakna bagi siswa. Tujuan dari keterampilan menjelaskan yaitu membimbing siswa untuk memperoleh dan memahami hukum, dalil fakta dan definisi, data prinsip secara objektif dan bernalar, Siswa terlibat dalam memecahkan suatu permasalahan, mendapatkan umpan balik dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (set induction) merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental dan perhatian dapat terpusat pada pelajaran yang dipelajarinya, sehingga memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar Majid, (2015). Dengan kata lain, kegiatan dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal yang akan dipelajarinya. Kegiatan

(27)

13

membuka pelajaran tidak hanya diperlukan pada saat awal pelajaran, namun juga dilakukan setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan pasa saat jam perlajaran itu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menyampaikan tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian siswa, memberikan acuan, terkait dengan materi pelajaran yang tidak dikuasai oleh siswa. Sedangkan menutup pelajaran (closure) merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar-mengajar. Usaha menutup pelajaran bertujuan untuk memberi gambaran secara menyeluruh tentang apa saja yang dipelajari oleh siswa.

Selain itu untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa dan guru dalam proses kegiatan belajar-mengajar dikelas. Adapun komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran yaitu menarik perhatian siswa, menumbuhkan motivasi belajar siswa, memberikan acuan melalui berbagai usaha, meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum pelajaran dan membuat ringkasan, memberikan evaluasi yang dilakukan oleh guru dengan mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru, mengeksplorasi pendapat siswa, memberikan soal-soal tertulis.

Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil merupakan bagian dari kegiatan belajar mengajar, akan tetapi tidak setiap guru mampu membimbing siswa untuk berdiskusi tanpa melalui latihan. Menurut Majid (2013) diskusi kelompok merupakan suatu proses teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta bersikap positif. Dengan adanya diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi, termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, keterampilan ini dipelukan agar dapat melaksanakan tugas dengan baik. Diskusi kelompok kecil merupakan proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, dan pemecahan masalah. Dari pengertian

(28)

14

tersebut maka diskusi kelompok kecil yaitu siswa berdiskusi secara berkelompok yang dipimpin oleh temannya maupun guru untuk bertukar informasi untuk memcahkan suatu permasalahan dan berlangsung secara terbuka.

Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial (Asril, 2010). Berdasarkan pernyataan tersebut, keterampilan mengelola kelas digunakan untuk mengkondisikan proses belajar mengajar sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan optimal.

Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan pemusatan perhatian guru terhadap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab abntara guru dan siswa atau siswa dan siswa (Rachmah, 2014). Hal ini diartikan bahwa keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan berguna sebagai bentuk pendekatan guru kepada siswa dalam mengatasi, masalah-masalah belajarnya. Pengajaran ini memungkinkan siswa lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang besar, berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan siswa. Pada dasarnya, bentuk pengajaran ini dikerjakan dengan membagi kelompok kecil. Hakikat dari sistem pengajaran ini adalah terjalin hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa, siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing sesuai dengan kebutuhannya.

Dari delapan aspek-aspek kompetensi mengajar peneliti menyimpulkan bahwa peranan guru sebagai organisator kegiatan belajar mengajar, sumber informasi (narasumber), motivator bagi siswa, pembimbing kegiatan belajar siswa dan sebagai peserta kegiatan belajar, dengan hal tersebut guru dapat mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu faktor yang dapat mengukur proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, apabila siswa sangat antusias dalam kegiatan belajar mengajar seperti jumlah siswa bertanya banyak sehingga akan tercipta diskusi antara guru dan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya.

(29)

15 2.1.2.2 Kompetensi Guru

Keberhasilan kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah tentunya tidak terlepas dari faktor kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi menurut Daryanto (2015) adalah kemampuan dan kecakapan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki oleh individu sehingga dapat melakukan perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan baik. Imas, dkk (2017) mengungkapkan kompetensi merupakan kemampuan individu dalam melaksanakan suatu pekerjaan dengan benar dan memiliki keunggulan yang didasarkan pada hal-hal yang menyangkut pengetahuan, keahlian, dan sikap.

Menurut Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 dijelaskan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seorang pendidik dalam melaksankan keprofesionalnya. Jadi, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki seorang pendidik dalam melaksanakan keprofesionalnya.

Guru merupakan seseorang yang berjasa dalam dunia pendidikan, karena guru adalah yang memberikan pengetahuan kepada peserta didiknya. Menurut Namawi (2015) Guru merupakan orang dewasa, yang karena perannya berkewajiban memberikan pendidikan kepada peserta didik. Selain itu guru juga merupakan teladan yang dicontoh oleh peserta didiknya. Jadi Kompetensi Guru merupakan perpaduan kemampuan antara kemampuan personal, sosial, spiritual, yang membentuk kompetensi dasar seorang guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas.

2.1.2.3 Macam-Macam Kompetensi Guru

Secara umum, guru harus memenuhi dua kategori yang memiliki capability dan loyality yaitu guru harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkan, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik dari mulai perencanaan implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas keguruan, yakni terhadap tugas-tugas yang tidak semata didalam kelas, tetapi sebelum dan sesudah kelas. Kedua kategori, capality dan loyality tersebut

(30)

16

terkandung dalam macam-macam kompetensi guru. Undang-Undang Guru dan Dosen serta PP No. 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa macam-macam kompetensi guru terbagi menjadi 4 meliputi kompetensi pedagogik/metodologis, profesionalisme, sosial dan kepribadian, berikut penjababaran berbagai macam kompetensi Guru :

Kompetensi Pedagogik adalah Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik Kompetensi ini dilihat dari kemampuan seorang dalam merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, kemampuan melakukan penilaian.

Mulyasa (Yulianti, 2012) Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya. Sejalan dengan pendapat Sadulloh (2018) bahwa pedagogik adalah ilmu yang memperlajari masalah membimbing anak kearah tujuan tertentu agar dapat mandiri dalam menyelesaikan masalah dalam hidupnya. Kompetensi pedagogik yang dimaksud antara lain kemampuan dalam memahami peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak, untuk pembelajaran yang mendidik antara lain kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

Kompetensi Profesional merupakan kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, yang memungkinkan mereka membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan.

Dalam Standar Nasional Pendidikan penjelasan Pasal 28 ayat (3) kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional. Kurikulum mata pelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran disekolah dan disubstansi keilmuan yang menaungi materinya. Serta

(31)

17

penguasaan terhadap struktural dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial. Subkompetensi professional adalah menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi dengan memiliki indikator esensial, memahami materi ajar yang ada di dalam kurikulum sekolah, memahami structural, konsep dan metode keilmuan, memiliki indikator essensial, menguasai langkah-langkah penelitian, dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) No.14 pasal 10 tentang guru dan dosen dinyatakan bahwa kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien bagi siswa, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat. Peran yang dibawa pendidik dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu, perhatian yang diberikan masyarakat terhadap pendidik pun berbeda da nada kekhususan, terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan didaerah tempat tinggal. Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan pendidik sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi: (1) kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan professional (2) kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan dan; (3) kemampuan untuk menjalin kerjasama secara individual maupun secara berkelompok.

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik.

Menurut Barinto (2012) menjelaskan bahwa guru sebagai teladan bagi murid- muridnya yang harus memiliki sikap dan kepribadian yang dijadikan tokoh panutan idola dalam segala kehidupannya. Tugas utama seorang guru sebagai tenaga pendidik adalah mengajar. Memiliki karakteristik kepribadian sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia.

Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan menjadi teladan terhadap peserta didik maupun masyarakatnya. Dengan demikian, pendidik akan tampil lebih menjadi sosok patut “digugu” (ditaati nasihat/ucapan/perintahnya) dan

“ditiru” (dicontoh sikap dan perilakunya).

(32)

18

Dari penjelasan diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebagai seorang guru yang baik harus memiliki empat kompetensi dalam mengajar yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian.

2.1.3 Literasi

2.1.3.1 Pengertian Literasi

Literasi yang dalam bahasa inggrisnya Literacy berasal dari bahasa latin yaitu litera (huruf) sering diartikan sebagai keaksaraan. Jika dilihat dari makna harfiah literasi berarti kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Orang yang bisa membaca dan menulis biasa disebut dengan literat, sedangkan untuk orang yang tidak bisa membaca atau menulis disebut dengan iliterat atau buta aksara. Menurut Graff (2006) literasi merupakan kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Setidaknya dengan kedua hal tersebut masyarakat menjadi melek akan pengetahuan.

Pendapat lain tentang literasi, menurut Romdhoni (2013) literasi merupakan peristiwa sosial yang melibatkan keterampilan-keterampilan tertentu, yang diperlukan untuk menyampaikan dan mendapatkan informasi-informasi dalam bentuk tulisan. Literasi merupakan kegiatan memahami dan mengakses melalui berbagai aktivitas yang dilakukan seperti membaca, menulis dan melakukan kegiatan praktik yang disesuaikan dengan pengetahuan dan hubungan sosial Indarto (2017). Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa literasi merupakan sebuah konsep untuk mengembangkan secara kompleks dalam memahami dan menyampaikan informasi melalui aktivitas yang mencakup pengetahuan dan keterampilan. Penerapan literasi tidak hanya ditujukan kepada siswa sekolah melainkan masyarakat umum.

2.1.3.2 Jenis-jenis literasi

Istilah literasi sudah mulai digunakan dalam skala yang lebih luas tetapi tetap menunjuk pada kemampuan atau kompetensi dasar literasi yakni kemampuan membaca dan menulis. Intinya, hal terpenting dalam literasi yaitu bebas buta aksara agar mudah dalam memhami semua konsep secara fungsional, sedangkan cara untuk emmeperoleh kemampuan literasi melalui pendidikan.

(33)

19

Menurut Setyawan (2018) Terdapat sembilan macam literasi yaitu literasi kesehatan, literasi finansial, literasi digital, literasi data, literasi kritikal, literasi visual, literasi teknologi, literasi statistik, literasi informasi berikut penjababaran berbagai jenis literasi :

Literasi Kesehatan merupakan kemampuan untuk memperoleh , mengolah, serta memahami informasi terkait dengan kesehatan serta layanan-layanan apa saja yang diperlukan didalam membuat keputusan kesehatan yang tepat. Dalam literasi kesehatan terdapat tiga kompenen yaitu kemampuan perawatan, upaya pencegahan penyakit, pendidikan/promosi kesehatan yang akan menghasilkan pengetahuan dan keterampilan dalam perawatan kesehatan. Secara umum literasi kesehatan dapat menungkatkan pengetahuan kesehaan serta membantu individu atau masyarakat dalam pengambilan keputusan yang tepat tentang kesehatan mereka (Russel, 2015).

Literasi Finansial merupakan kemampuan didalam membuat penilaian terhadap informasi serta keputusan yang efektif pada penggunaan dan juga pengelolaan uang, hal ini terkait dengan bidang keuangan. Kesulitan keuangan bukan hanya fungsi dari pendapatan semata (rendahnya pendapatan), kesulitan keuangan juga dapat muncul jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan keuangan (miss-management) seperti kesalahan penggunaan kredit, dan tidak adanya perencanaan keuangan. (Kaly, Hudson dan Vush 2008) dalam penelitian Widyawati (2012) literasi finansial sebagai kemampuan untuk memahami kondisi keuangan dan untuk merubah pengetahuan itu secara tepat ke dalam perilaku.

Literasi Digital merupakan kemampuan dasar secara teknis dapat menggunakan komputer serta menjalankan internet, dapat melakukan evaluasi terhdap media digital dan dapat merancang media komunikasi. Menurut UNESCO (2011) kecakapan life skills yang tidak hanya melibatkan kemampuan penggunaan perangkat teknologi, informasi dan komunikasi tetapi juga melibatkan untuk kemampuan untuk dalam pembelajaran bersosialisasi, sikap berpikir kritis serta inspiratif sebagai kompetensi digital. Literasi digital tidak hanya mencakup kemampuan teknis seseorang dalam menggunakan alat (tools) atau piranti ICT, namun juga mencakup pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam

(34)

20

memahami suatu konten sehingga pada akhirnya gools-nya adalah mampu menciptakan pengetahuan baru.

Literasi Data merupakan kemampuan untuk mendapatkan informasi dari data. Lebih tepatnya dalam memahami kompleks analisis data. Semakin perubahan zaman data menjadi sangat penting untuk dimaknai dan dipelajari karena dengan keberadaannya dapat dipahami bagaimana kondisi yang terjadi masa kini dan masa yang akan mendatang, dengan adanya teknologi yang semakin canggih mempermudahkan untuk mencari dan memanfaatkan data.

Literasi Kritikal merupakan suatu pendekatan intruksional menganjurkan untuk adopsi perspektif secara kritis terhadap teks, atau dengan kata lain, jenis literasi yang satu ini sebagai kemampuan untuk mendorong pembaca supaya lebih aktif menganalisis teks dan menjadi argumentasi untuk menyampaikan pesan.Titik tekan literasi kritikal ada pada aspek criticality atau kemampuan untuk tidak mudah menerima atau bersifat kritis terhadap informasi yang diterima dengan cara mengevaluasi informasi tersebut baik dari unsur sosial, politik dan budaya.

Literasi Visual adalah kemampuan untuk menafsirkan, menciptakan dan mengorganisasikan makna dari informasi yang berbentuk gambar visual. Literasi visual juga diartikan sebagai kemampuan dasar didalam menginterpretasikan teks tertulis, menjadi interpretasi dengan produk desain visual berupa gambar atau video. Literasi visual memungkinkan seseorang untuk dapat membedakan dan menafsirkan tindakan visual, objek, simbol yang mereka temui didunia. Literasi visual mendorong apresiasi dan pemahaman komunikasi visual. Kurangnya kesadaran akan literasi visual mempengaruhi kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif.

Literasi Teknologi adalah kemampuan seseorang untuk bekerja secara independen maupun bekerja sama dengan orang lain secara efektif. Penuh dengan rasa tanggung jawab dan tepat dalam menggunakan instrument teknologi untuk mendapat, mengelola, menintegrasikan, mengevaluasi, membuat serta mengkomunikasikan informasi. Literasi teknologi tidak hanya dibatasi pada teknologi tetapi mencakup sikap/keputusan seseorang dalam memanfaatkan berbagai teknologi/inovasi hasil karya manusia secara baik dan benar.

(35)

21

Literasi Statistik adalah kemampuan untuk memahami statistik.

Pemahaman mengenai memang diperlukan masyarakat supaya bisa lebih memahami materi yang dipublikasikan oleh media. Kemampuan seseorang dalam memahami, menginterpretasikan, dan merepresentasikan suatu data baik dalam bentuk tabel atau grafik. Literasi statistik menekankan pada aspek pemahaman terhadap informasi atau data yang diperoleh. Pemahaman tersebut meliputi pemahaman terhadap simbol atau istilah-istilah dasar statistik. Selain itu, kemampuan dalam menafsirkan dan mengkomunikasikan data atau informasi yang diperoleh menjadi bagia dari literasi statistik seseorang.

Literasi informasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang didalam mengenali kapankah suatu informasi diperlukan dan kemampuan untuk menemukan serta mengevaluasi, kemudian menggunakannya secara efektif dan mampu mengkomunikasikan informasi yang dimaksud dalam berbagai format yang jelas dan mudah dipahami. Dalam kemampuan literasi informasi perlu adanya kemampuan dalam mengevaluasi informasi dan menggunakannya secara efektif serta pemahaman intrastruktur teknologi dalam transfer kepada orang lain, termasuk konteks sosial, politik, budaya, aspek ekonomi, aspek hukum dan dampaknya.

Sedangkan menurut Waskim (2017) dijelaskan bahwa terdapat 5 jenis-jenis literasi yaitu literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual adapun penjabaran jenis-jenis literasi:

Literasi Dasar (Basic teracy), literasi jenis ini bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan dalam mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) terkait dengan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengkomunikasikan serta menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi. Jenis literasi dasar terbagi menjadi enam yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, dan literasi budaya dan kewarganegaraan serta literasi finansial (Kemendikbud, 2017)

(36)

22

Literasi Perpustakaan (Library Literacy), lebih lanjut, setelah memiliki kemampuan dasar maka literasi perpustakaan untuk mengoptimalkan literasi perpustakaan yang ada, dengan maksud pemahaman tentang keberadaan perpustakaan sebagai salah satu akses mendapatkan informasi. Pada dasarnya literasi perpustakaan, antara lain memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan non fiksi.

Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media cetak, media elektronik (media radio, media televisi) media digital (media internet). Dan memahami tujuan penggunaanya. Secara gambling saat ini bisa dilihat masyarakat bahwa media lebih tertuju sebagai hiburan saja. Media belum dijadikan sebagai alat pemenuhan informasi tenatang pengetahuan dan memberikan persepsi positif dalam menambah pengetahuan.

Literasi Teknologi ( Teknologi Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti perangkat keras (hardware) perangkat lunak (software) serta etka dan etiket dalam memanfaatkan teknologi.

Berikutnya dapat memahami teknologi untuk mencetak. Menginterprestasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan computer (Computer literacy) yang didalamnya mencakup cara menghidupkan dan mematikan computer. Menyimpan dan mengelola data, serta menjalankan program perangkat lunak, sejalan dengan derasnya arus informasi karena perkembangan teknologi yang semakin berkembang .

Literasi Visual (Visual Literacy) merupakan pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio visual secara kritis dan bermartabat. Banyak informasi yang disampaikan melalui internet dan televise, yang didalamnya terdapat banyak hiburan dan manipulasi yang perlu kita saring berdasarkan etika dan kepatutan.

Berdasarkan urain tersebut peneliti menyimpulkan bahwa jenis literasi sekolah mencakup aspek kesehatan, teknologi, visual, literatur akdemik dan lainnya. Untuk itu perlu mengembangkan potensi individu melalui pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran. Dari berbagai jenis literasi yang dijabarkan

(37)

23

diatas dalam penerapan program kampus mengajar di SD Negeri Baturejo 02 berfokus pada literasi baca tulis dan numerasi berikut penjelasan mengenai literasi baca tulis dan numerasi

2.1.3.3 Literasi Baca Tulis

Literasi baca tulis bisa disebut sebagai awal perintis segala jenis literasi karena memiliki sejarah yang amat panjang. Literasi ini bahkan dapat dikatakan sebagai makna awal literasi, meskipun kemudian dari waktu ke waktu karena makna tersebut mengalami perubahan. Tidak mengherankan jika pengertian literasi baca tulis mengalami perkembangan dari waktu ke waktu pada mulanya literasi baca tulis sering dipahami sebagai pemahaman atas informasi yang tertuang dalam media tulis. Tidak mengherankan jika kegiatan literasi baca tulis selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Literasi baca tulis kemampuan untuk memahami isi teks tertulis (tersurat maupun tersirat) dan menggunakannya untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri, serta kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan ke dalam tulisan untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosial ( KBBI, 2015).

Forum Ekonomi Dunia 2015 dan 2016 mengartikan bahwa literasi baca tulis sebagai pengetahuan baca tulis kemampuan memahami baca tulis dan kemampuan menggunakan bahasa tulis. Senada dengan itu dalam Peta Jalan GLN, literasi baca tulis diartikan sebagai pengetahuan dan kemampuan membaca dan menulis, mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis, serta kemampuan menganalisis, menanggapi, dan menggunakan bahasa. Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa literasi baca tulis merupakan pengetahuan dan kecakapan dalam membaca, menulis, mencari, menelusuri, mampu mengolah dan memahami informasi serta dapat menganalisis, menanggapi dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.

(38)

24 2.1.3.3.1 Membaca

Membaca mempunyai arti penting dalam mencari informasi dan memperluas pengetahuan. Dalam studi ilmu pengetahuan, hampir semuanya diperoleh dengan cara membaca. Dengan membaca seseorang dapat mengenal kata-kata, gambar-gambar, mengerti dan menghayati ide yang dikemukakan oleh pengarang yang terdapat dalam suatu bacaan. Hal ini berarti membaca yaitu sebuah proses berpikir untuk memahami isi bacaan yang dibaca. Menurut Kangnas (2013) Membaca merupakan proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media atau kata. Dengan membaca seseorang dapat memperoleh pengertian dai kombinasi beberapa huruf dan kata (Tarigan, 2008). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, salah satunya mengenai kegiatan membaca buku non pelajaran selama lima belas menit sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan tersebut merupakan bentuk upaya dalam menumbuhkan minat membaca kepada peserta didik dan pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus merangsang imajinasi. Dari beberapa pendapat peneliti menyimpulkan bahwa membaca merupakan proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pengertian dari kombinasi huruf dan kata, dengan adanya membaca pembaca mampu mengenal kata-kata, gambar dan mampu memahami apa yang disampaikan oleh pengarang dalam suatu bacaan.

2.1.3.3.2 Menulis

Kemampuan menulis merupakan perwujudan dari bentuk komunikasi secara tidak langsung, tidak bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam proses menulis dituntut agar dapat memeperhatikan struktur yang berkaitan dengan unsur-unsur tulisan agar tulisan yang telah ditulis mampu dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu penulis harus benar-benar menggunakan atau memakai struktur sebuah tulisan seperti kata, kalimat, paragraph, dan lain-lain dengan baik. Menurut Zaenurahman (2013) menulis adalah kegiatan sekaligus keterampilan yang terintegrasi, bahkan menulis

(39)

25

selalu ada dalam setiap pembelajaran, sama halnya dengan membaca. Memiliki kemampuan menulis yang baik bukan karena harus menjadi penulis, tetapi karena kita wajib terampil dalam berkomunikasi dengan bahasa lisan dan tulisan. Sejalan dengan pendapat Hasani (2011) menulis tidak mungkin dikuasai hanya dengan menggunakan teori, tetapi dilaksanakan melalaui latihan dan praktik yang teratur sehingga menghasilkan tulisan yang tersusun dengan baik. Kejelasan organisasi tulisan bergantung pada cara berpikir, penyusunan yang tepat, dan struktur kalimat yang baik.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk melakukan komunikasi secara tidak langsung, secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 2010). Dari beberapa pendapat ahli peneliti menyimpulkan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk melakukan komunikasi secara tidak langsung, secara tatp muka dengan orang lain, dalam menulis harus terdapat kejelasan organisasi tulisan yang bergantung pada cara berpikir, penyusunan yang tepat, dan struktur kalimat yang baik.

2.1.3.4 Prinsip Dasar Pengembangan dan Implementasi Literasi Baca Tulis Dalam Gerakan Literasi Naional, literasi baca tulis dikembangkan dan di implementasikan berdasarkan pada lima prinsip dasar menurut Kemendikbud yang ditulis oleh Saryono, dkk (2017). Kelima prinsip dasar pengembangan dan implementasi literasi baca tulis terdiri dari keutuhan dan kemenyeluruhan, keterpaduan, keberlanjutan, kontekstualitas, dan responsive kearifan lokal. Tiap- tiap prinsip dasar tersebut akan dijabarkan secara rinci :

Prinsip Keutuhan dan kemenyeluruhan, literasi baca tulis dikembangkan dan di implementasikan secara utuh atau menyeluruh (holistik), tidak terpisah dari aspek terkait yang lain dan menjadi bagian elemen yang terkait dengan yang lain, baik internal maupun eksternal. Disini pengembangan dan implementasi literasi baca tulis tidak dapat terpisahkan dengan literasi numerasi, literasi sains, digital, finansial, serta budaya dan kewarganegaraan. Pengembangan dan implementasi literasi baca tulis sebagai satu keutuhan literasi dasar perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara serasi, serempak, dan sinkron dengan pengembangan kualitas karakter (Dalam Gerakan PPK) dan kompetensi (dalam kurikulum 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Pemaparan yang akan diuraikan dalam bagian pembahasan ini adalah upaya dalam menumbuhkan budaya baca tulis melalui membaca ekstensif untuk dengan harapan para siswa dapat

Sebagai kerangka pemikiran pembinaan kemampuan tulis baca al- Qur‟an orangtua diarahkan untuk dapat membantu meningkatkan kemampuan anak dalam hal membaca al- Qur‟an secara

Faktor apa saja yang menghambat dalam implementasi kegiatan ekstrakurikuler BTQ (Baca Tulis Al-Quran) dalam menanamkan karakter disiplin dan tanggung jawab pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengertahui implementasi dan faktor pendukung dan penghambat implementasi gerakan literasi sekolah melalui minat baca peserta

Khusus untuk peserta didik yang belum lancar membaca dan menulis akan mendapat bimbingan secara khusus oleh pustakawan.12 Berdasarkan pemaparan latar belakang yang ada,

Adapun di dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan hanya pada literasi baca dan tulis dengan menggunakan model inkuiri berbantuan media Pop Up Book yang diharapkan dapat membantu