• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Deskripsi Konseptual

2.1.3 Literasi

2.1.3.3 Literasi Baca Tulis

Literasi baca tulis bisa disebut sebagai awal perintis segala jenis literasi karena memiliki sejarah yang amat panjang. Literasi ini bahkan dapat dikatakan sebagai makna awal literasi, meskipun kemudian dari waktu ke waktu karena makna tersebut mengalami perubahan. Tidak mengherankan jika pengertian literasi baca tulis mengalami perkembangan dari waktu ke waktu pada mulanya literasi baca tulis sering dipahami sebagai pemahaman atas informasi yang tertuang dalam media tulis. Tidak mengherankan jika kegiatan literasi baca tulis selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Literasi baca tulis kemampuan untuk memahami isi teks tertulis (tersurat maupun tersirat) dan menggunakannya untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri, serta kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan ke dalam tulisan untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosial ( KBBI, 2015).

Forum Ekonomi Dunia 2015 dan 2016 mengartikan bahwa literasi baca tulis sebagai pengetahuan baca tulis kemampuan memahami baca tulis dan kemampuan menggunakan bahasa tulis. Senada dengan itu dalam Peta Jalan GLN, literasi baca tulis diartikan sebagai pengetahuan dan kemampuan membaca dan menulis, mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis, serta kemampuan menganalisis, menanggapi, dan menggunakan bahasa. Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa literasi baca tulis merupakan pengetahuan dan kecakapan dalam membaca, menulis, mencari, menelusuri, mampu mengolah dan memahami informasi serta dapat menganalisis, menanggapi dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.

24 2.1.3.3.1 Membaca

Membaca mempunyai arti penting dalam mencari informasi dan memperluas pengetahuan. Dalam studi ilmu pengetahuan, hampir semuanya diperoleh dengan cara membaca. Dengan membaca seseorang dapat mengenal kata-kata, gambar-gambar, mengerti dan menghayati ide yang dikemukakan oleh pengarang yang terdapat dalam suatu bacaan. Hal ini berarti membaca yaitu sebuah proses berpikir untuk memahami isi bacaan yang dibaca. Menurut Kangnas (2013) Membaca merupakan proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media atau kata. Dengan membaca seseorang dapat memperoleh pengertian dai kombinasi beberapa huruf dan kata (Tarigan, 2008). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, salah satunya mengenai kegiatan membaca buku non pelajaran selama lima belas menit sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan tersebut merupakan bentuk upaya dalam menumbuhkan minat membaca kepada peserta didik dan pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus merangsang imajinasi. Dari beberapa pendapat peneliti menyimpulkan bahwa membaca merupakan proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pengertian dari kombinasi huruf dan kata, dengan adanya membaca pembaca mampu mengenal kata-kata, gambar dan mampu memahami apa yang disampaikan oleh pengarang dalam suatu bacaan.

2.1.3.3.2 Menulis

Kemampuan menulis merupakan perwujudan dari bentuk komunikasi secara tidak langsung, tidak bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam proses menulis dituntut agar dapat memeperhatikan struktur yang berkaitan dengan unsur-unsur tulisan agar tulisan yang telah ditulis mampu dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu penulis harus benar-benar menggunakan atau memakai struktur sebuah tulisan seperti kata, kalimat, paragraph, dan lain-lain dengan baik. Menurut Zaenurahman (2013) menulis adalah kegiatan sekaligus keterampilan yang terintegrasi, bahkan menulis

25

selalu ada dalam setiap pembelajaran, sama halnya dengan membaca. Memiliki kemampuan menulis yang baik bukan karena harus menjadi penulis, tetapi karena kita wajib terampil dalam berkomunikasi dengan bahasa lisan dan tulisan. Sejalan dengan pendapat Hasani (2011) menulis tidak mungkin dikuasai hanya dengan menggunakan teori, tetapi dilaksanakan melalaui latihan dan praktik yang teratur sehingga menghasilkan tulisan yang tersusun dengan baik. Kejelasan organisasi tulisan bergantung pada cara berpikir, penyusunan yang tepat, dan struktur kalimat yang baik.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk melakukan komunikasi secara tidak langsung, secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 2010). Dari beberapa pendapat ahli peneliti menyimpulkan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk melakukan komunikasi secara tidak langsung, secara tatp muka dengan orang lain, dalam menulis harus terdapat kejelasan organisasi tulisan yang bergantung pada cara berpikir, penyusunan yang tepat, dan struktur kalimat yang baik.

2.1.3.4 Prinsip Dasar Pengembangan dan Implementasi Literasi Baca Tulis Dalam Gerakan Literasi Naional, literasi baca tulis dikembangkan dan di implementasikan berdasarkan pada lima prinsip dasar menurut Kemendikbud yang ditulis oleh Saryono, dkk (2017). Kelima prinsip dasar pengembangan dan implementasi literasi baca tulis terdiri dari keutuhan dan kemenyeluruhan, keterpaduan, keberlanjutan, kontekstualitas, dan responsive kearifan lokal. Tiap-tiap prinsip dasar tersebut akan dijabarkan secara rinci :

Prinsip Keutuhan dan kemenyeluruhan, literasi baca tulis dikembangkan dan di implementasikan secara utuh atau menyeluruh (holistik), tidak terpisah dari aspek terkait yang lain dan menjadi bagian elemen yang terkait dengan yang lain, baik internal maupun eksternal. Disini pengembangan dan implementasi literasi baca tulis tidak dapat terpisahkan dengan literasi numerasi, literasi sains, digital, finansial, serta budaya dan kewarganegaraan. Pengembangan dan implementasi literasi baca tulis sebagai satu keutuhan literasi dasar perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara serasi, serempak, dan sinkron dengan pengembangan kualitas karakter (Dalam Gerakan PPK) dan kompetensi (dalam kurikulum 2013)

26

sebagai roh utama kecakapan abad XXI. Pengembangan dan implementasi literasi baca tulis dilaksanakan oleh berbagai unit kerja di kemendikbud dan lingkungan pemerintah lain satu keutuhan (Kementerian dan LPNK) serta kelompok masyarakat merupakan satu keutuhan dan kesatuan dalam mencapai tujuan dan maksud GLN, tujuan pendidikan nasional, dan visi pemerintah.

Prinsip Keterpaduan (Terintegrasi), Literasi baca tulis dikembangkan dan di implementasikan dengan memadukan (mengintegrasikan) secara sistematis, menghubungkan dan merangkaikan secara harmonis, dan melekatkan literasi baca tulis secara sinergis dengan yang lain, baik dalam hal kebijkan, kegiatan, program, maupun pelaksanan dan berbagai pihak yang mendukung, bukan sekedar hanya tambahan, tempelan, dan sisipan kebijakan, program, dan kegiatan pendidikan dan kebudayaan di ranah sekolah, keluarga dan masyarakat. Dalam belajar dan pembelajaran disekolah, misalnya program dan kegiatan literasi baca tulis perlu melakat secara sinergis dengan program dan kegiatan pembelajaran pada semua mata pelajaran, program dan kegiatan literasi baca tulis dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler perlu saling terhubung dan tersusun secara baik, guru mata pelajaran sebagai pendamping kegiatan korikuler dan guru mata pelajaran juga berperan sebagai pembina kegiatan ekstrakurikuler dalam melaksankan literasi baca tulis, sehingga saling melengkapi dan memperkaya.

Kebijakan literasi baca tulis di kemendikbud perlu terhubung dan tersatukan dengan kebijakan literasi baca tulis kementerian dan LPNK lainnya (Kemendikbud, 2021).

Prinsip Keberlanjutan (Sustabilitas), literasi baca tulis dikembangkan dan di implementasikan secara berkesinambungan, dinamis dan terus menerus, dan berlanjut dari kurun waktu ke waktu. Pengembangan dan kebijkan literasi baca tulis secara berkesinambungan dan terus menerus disamping pasrtisipasi dan keterlibatan berbagai pihak terkait secara terus menerus diperluas dan diperkuat.

Perbaikan dan peningkatan program dan kegiatan literasi baca tulis juga dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan berdasarkan praktik baik hasil evaluasi program, peluang dan tantangan yang baru muncul dan masalah-masalah

27

pelaksanaan literasi baca tulis di ranah sekolah, keluarga dan masyarakat oleh berbagai pemangku kepentingan GLN, khususnya gerakan literasi baca tulis.

Prinsip Kontekstualitas, kegiatan literasi baca tulis dikembangkan dan di impelentasikan dengan mendasarkan dan mempertimbangkan konteks geografis, demologis, sosial, dan kultural. Oleh sebab itu, sekalipun terikat dengan kebijakan program pokok yang tercantum dalam Peta Jalan GLN, secara operasional pelaksanaan atau penerapan kebijakan, program, dan kegiatan literasi baca tulis dapat beraneka ragam. Penyesuaian keaneragaman sesuai dengan karakteristik sosial dan kultural masyarakat juga diperhitungkan. Pengembangan literasi baca tulis yang peka konteks seperti ini akan memeiliki keberterimaan dan tingkat keberhasilan yang lebih baik.

Prinsip responsif kearifan lokal, literasi baca tulis tidak berada diruang vakum sosial dan budaya serta tidak bisa dikembangkan dan dimmplementasikan dngan mengabaikan, lebih-lebih meniadakan lokalitas sosial dan budaya. Supaya gerakan literasi baca tulis membumi dan berhasil tujuannya, pengembangan dan implementasi literasi baca tulis perlu responsive dan adaptif terhadap kearifan lokal. Menurut Wibowo (2015) kearifan lokal merupakan identitas kepribadian budaya sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri. Dengan kearifan lokal yang dimiliki nusantara perlu didayagunakan dan dimanfaatkan secara optimal dalam perencanaan dan pelaksanaan literasi baca tulis di sekolah, keluarga dan masyarakat sehingga dengan adanya literasi baca tulis mampu memajukan kearifan lokal. Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan kesigapan dan kecekatan para pemangku kepentingan literasi baca tulis yang ada di berbagai lini GLN, baik kemendikbud dan dinas pendidikan dan atau kebudayaan maupun lingkungan kementerian dan LPNK lainnya. Dapat peneliti simpulkan bahwa prinsip literasi baca tulis terdiri dari keutuhan dan kemenyeluruhan, keterpaduan, keberlanjutan, kontekstualitas dan responsif kearifan lokal.

28