• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Spesifikasi Produk

3. Aspek Kebahasaan

a. Produk disusun menggunakan Bahasa Indonesia yang baku.

14

b. Produk menggunakan kalimat-kalimat sederhana yang akan mempermudah pembaca untuk memahami.

c. Produk disusun sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

15 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini berisi kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka 1. Teori Belajar

Belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi antara subyek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan kebiasaan yang bersifat relatif konstan atau tetap baik melalui pengalaman, latihan maupun praktik (Khairani, 2014:5). Teori belajar yang mendukung penelitian ini adalah teori belajar konstruktivisme.

Teori belajar konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern (Agus, 2013:33). Dengan memiliki sifat membangun maka dapat diharapkan keaktifan dari pada siswa akan meningkatkan kecerdasannya. Dalam teori belajar konstruktivisme, terdapat teori perkembangan kognitif oleh Jean Piaget dan teori pembelajaran sosial oleh Lev Semyonovich Vygotsky. Dua teori tersebut merupakan bagian dari teori belajar konstruktivisme yang mendukung dalam penelitian ini.

16 a. Teori Perkembangan Kognitif

Perkembangan adalah suatu proses yang kekal menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar yang bersifat tetap dan tidak dapat berulang kembali (Monks, 1998).

Perkembangan merujuk pada bagaimana orang tumbuh, menyesuaikan diri, dan berubah sepanjang perjalanan hidup mereka, melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional, perkembangan kognitif, dan perkembangan bahasa. Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan (Patmonodewo, 2008:27).

Salah satu pencetus teori perkembangan kognitif adalah Jean Piaget (1896-1980). Jean Piaget adalah seorang biolog, tetapi dia dikenal karena karyanya tentang pengembangan kognisi (George, 2007:479). Piaget menyatakan bahwa anak-anak secara aktif membangun pemahaman mengenai dunia dan melalui empat tahap perkembangan kognitif. Empat tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget (dalam Asrori, 2011:28) yaitu: 1) Tahap Sensori Motoris: Tahap ini anak berusia 0-2 tahun, pada tahap ini segala perbuatan dan pertumbuhan ditandai dengan kecenderungan wujud

17

dari proses pematangan aspek sensori-motoris yang jelas dan interaksi anak dengan lingkungannya dilakukan melalui perasaan dan otot-ototnya dengan cara melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan, dan perlahan mengkoordinasikan tindakannya, 2) Tahap Praoperasional: Tahap ini anak berusia 2-7 tahun, pada tahap ini semua perbuatan tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsur perasaan, kecenderungan ilmiah dan sikap yang diterima di dapat dari lingkungan dan orang-orang terdekat. Pada tahap ini anak bersifat egosentris sehingga kadangkala menimbulkan masalah dengan lingkungannya termasuk orang tua dan berinteraksi dengan orang lain, anak lebih cenderung sulit memahami pandangan orang lain dan lebih banyak mengutamakan pandangannya sendiri. Selain itu saat berinteraksi dengan lingkungannya anak kurang bisa membaca kesempatan dan masih berpikiran bahwa pandangannya yang benar, tetapi pada tahap ini pandangan yang dilihat sendiri oleh anak dan mampu menyimpan kosa kata dan menggunakannya dalam kebutuhan mereka, seperti bahasa, membaca dan bernyanyi. Jika orang tua atau terdekat dengan anak berbahasa yang baik dengan anak, akan menimbulkan akibat yang baik dalam perkembangan bahasa pada anak, 3) Tahap Operasional Konkret: Tahap ini usia anak 7-11 tahun. Pada tahap ini sudah mulai menyesuaikan diri dan mulai berkembang rasa ingin tahu dengan lingkungannya serta interaksi dengan lingkungan

18

maupun keluarga sudah semakin berkembang dengan baik dan egosentris sudah mulai berkurang, menerima dan menjelaskan pemikiran-pemikiran orang lain. Pada tahap ini juga anak sudah mulai memahami hubungan fungsional karena sudah menguji coba suatu permasalahan, 4) Tahap Operasional Formal: Tahap ini usia anak 11 tahun ke atas. Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir logis dan mewujudkan keseluruhan dalam pekerjaannya. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga mendukung dalam penyelesaian tugasnya. Interaksi dengan lingkungannya sudah luas dan mulai berusaha berinteraksi dengan orang dewasa. Arti simbolik sudah dapat dipahami dan dimengerti oleh anak.

Piaget menekankan bahwa adanya proses yang sangat penting dalam perkembangan anak yaitu skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, keseimbangan dan equilibrium. Skema yang dimaksud oleh Piaget adalah kelompok tindakan atau pikiran yang serupa dan terorganisasi, yang digunakan secara berulang dalam rangka merespon lingkungan. Seiring berjalannya waktu, skema-skema yang dimiliki anak akan dimodifikasi melalui pengalaman, dan menjadi terintegrasi satu sama lain (Ormrod, 2009:41). Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit.

19

Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini (Yudrik, 2011:119).

Dalam proses pembentukan skema yang lebih baik, anak mengalami asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang telah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar dapat masuk ke dalam skema yang telah ada sebelumnya. akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang telah ada (Yudrik, 2011:120). Organisasi merupakan pengelompokan perilaku dan pikiran yang terisolasi ke dalam sistem yang lebih tinggi. Perkembangan organisasi ini secara terus-menerus merupakan bagian inheren dari perkembangan. Seiring berjalannya waktu, anak akan berpindah dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran berikutnya. Mekanisme perpindahan tersebut dinamakan sebagai ekuilibrium (Suparno, 2012:32). Ekuilibrium merupakan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga dapat meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan ekuilibrium, yaitu berupa keadaan

20

seimbang antara struktur kognisi dan pengalamannya di lingkungan.

Individu akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian tersebut (Yudrik, 2011:120).

Ketika anak menghadapi situasi baru yang tidak bisa dijelaskan dengan pengaturan diri yang sudah ada, anak mengalami sensasi disekuilibrium yang tidak menyenangkan. Disekuibilirium merupakan keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi.

Ketika anak merasa tidak seimbang dan tidak nyaman maka anak akan berusaha menuju kondisi yang seimbang (ekuilibrium).

Perpindahan dari disekuilibrium menuju ekuilibrium disebut ekuilibrasi (Suparno, 2012:32). Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tetapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Berikut merupakan bagan tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget:

Gambar 2.1 Proses Perkembangan Kognitif

21

Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan (Yudrik, 2011:113), yaitu: 1) memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memerhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud, 2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan, anak didorong menentukan sendiri pengetahuan ini melalui interaksi spontan dengan lingkungan, 3) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengansumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan ini berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu, guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas dalam kelas yang terdiri dari individu-individu kedalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal, 4) mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan tidak dapat

22

dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.

b. Teori Pembelajaran Sosial

Teori konstruktivisme didukung oleh teori Vygostky.

Vygotsky adalah seorang psikolog berkebangsaan Rusia yang meyakini bahwa orang-orang dewasa di masyarakat mendorong perkembangan kognitif anak secara sengaja dan sistematis.Vygotsky menekankan lingkungan sosial sebagai penentu perkembangan individu. Interaksi dengan lingkungan dan teman sebaya akan meningkatkan perkembangan intelektual (Schunk, 2012). Hal ini selaras dengan teori pembelajaran sosial yang dikemukakan oleh Lev Semyonovich Vygotsky (1895-1934). Teori belajar kontruktivisme merupakan teori belajar yang menghasilkan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang kita alami secara langsung.

Konstruktivisme menganggap bahwa pengetahuan terbangun melalui pengalaman siswa dalam menghadapi sejumlah fenomena atau fakta alami (Suparno, 2012). Siswa akan memahami materi pelajaran jika diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Kegiatan belajar dalam teori belajar konstruktivisme memandang bahwa setiap siswa membentuk pemahaman melalui apa yang mereka pelajari sendiri dari suatu pengetahuan maupun keterampilan (Schunk, 2012). Faktor sosial seperti lingkungan sekolah, rumah, guru, orang tua dan teman sebaya

23

akan memberikan pengaruh pada proses belajar anak. saat ini pembelajaran tidak dapat lepas dengan lingkungan sosial yang ada.

Maka faktor sosial merupakan penentu yang penting bagi terlaksananya pembelajaran yang bermakna.

Teori perkembangan kognitif Vygotsky berkaitan dengan kemampuan dalam mengkonstruksi berbagai pengalaman aktual hasil interaksi individu dengan lingkungan di sekitarnya (Jamaris, 2013:141). Banyak proses berpikir yang kompleks berakar pada interaksi sosial. Saat anak memperbincangkan berbagai objek, peristiwa, tugas, dan masalah dengan orang-orang dewasa atau individu berpengetahuan, anak secara berangsur-angsur menggabungkan ke dalam pikiran mereka. Seiring waktu, anak perlahan-lahan menginternalisasikan arahan kepada diri meraka sendiri (Ormord, 2008:57). Pengetahuan dapat diperoleh siswa melalui pengalaman yang didapatkan secara langsung dengan lingkungan sekitarnya melalui interaksi sosial.

Teori konstruktivisme juga didukung oleh teori dari Piaget.

Piaget mengemukakan bahwa perkembangan anak yang bermakna akan membangun struktur kognitifnya untuk memahami dan menanggapi pengalaman dalam lingkungannya. Anak secara tidak sadar akan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya yang berasal dari pengalaman yang didapatkannya dalam lingkungannya. Kegiatan pembelajaran harus menekankan

24

pentingnya peran pengalaman bagi anak, atau interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya misalnya menggunakan permainan yang mendukung struktur kognitif anak (Suparno, 2012). Siswa dalam pembelajarannya harus aktif, karena dengan siswa aktif dapat mempengaruhi tingkat perkembangan siswa. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran inkuiri yang dapat membuat siswa lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar.

2. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan hal yang harus disiapkan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang disusun oleh guru dapat dijadikan acuan untuk melihat sejauh mana kelancaran guru dalam mengajar di kelas (Trianto, 2010). Perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran menjadi pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik, di kelas, laboratorium atau di luar kelas (Zuhdan, 2011:16). Perangkat pembelajaran memuat silabus, buku ajar, sumber, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), instrument assessment, dan media pembelajaran (Akbar, 2013). Disini peneliti hanya memuat silabus, prosem, prota, dan RPPH dalam perangkat pembelajaran.

25 a. Silabus

Silabus adalah rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat. Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar (Majid, 2009).

Silabus merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran. Silabus digunakan untuk menyebutkan suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kemampuan dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam mencapai standar kompetensi dan kemampuan dasar.

Silabus yang baik harus memiliki unsur-unsur yang lengkap, karena unsur tersebut merupakan satu kesatuan dan saling terkait.

Pada umumnya suatu silabus paling sedikit harus mencakup unsur-unsur sebagai berikut (Majid, 2009); 1) tujuan mata pelajaran yang akan diajarkan, 2) sasaran-sasaran mata pelajaran, 3) keterampilan yang diperlukan agar dapat menguasai mata pelajaran tersebut dengan baik, 4) urutan topik-topik yang diajarkan, 5) aktivitas dan

sumber-26

sumber belajar pendukung keberasilan pengajaran, 6) berbagai teknik evaluasi yang digunakan.

Penyusunan silabus juga harus terdiri dari komponen-komponen yang sesuai. Menurut Akbar (2013:8), terdapat 7 komponen silabus yaitu sebagai berikut: 1) identitas mata pelajaran:

berisi nama sekolah, mata pelajaran/tema, kelas/semester, 2) standar kompetensi: kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai tingkat dan/atau semester, 3) kompetensi dasar: kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, 4) materi pokok: materi pembelajaran yang harus dipelajari sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar, 5) kegiatan belajar mengajar (KBM):

pengalaman belajar peserta didik, 6) indikator pencapaian kompetensi:

penanda perubahan nilai, pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku yang dapat diukur, 7) taksonomi bloom sebagai rujukan pengembangan indikator dan tujuan pembelajaran: untuk menjabarkan kompetensi dasar menjadi indikator, komponen silabus tersebut merupakan satu kesatuan atau saling berkaitan yang harus ada dalam silabus.

b. Program Tahunan dan Program Semester

Kemendikbud dalam Surat Pengantar Distribusi Panduan Penilaian di SD (2016: 34,36) membuat bagan penilaian pengetahuan dan keterampilan. Bagan tersebut menunjukkan bahwa program

27

tahunan (prota) dan program semester (prosem) dibuat pada tahap perencanaan. Program tahunan adalah rencana umum pelaksanaan muatan pelajaran berisi rencana penataan alokasi waktu dalam satu tahun pembelajaran. waktu efektif dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 200 hari dan paling banyak 245 hari. Prota dipersiapkan dan dikembangkan sebagai dasar pengembangan program berikutnya seperti: prosem, silabus, dan RPPH. Komponen dalam prota terdiri dari identitas (satuan pendidikan, kelas, semester) dan format isian (tema, subtema, alokasi waktu).

Langkah perancangan prota sebagai berikut: 1) menelaah jumlah tema dan subtema pada suatu kelas, 2) menandai hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu efektif pada kalender akademik yang terdiri dari jeda tengah semester, jeda akhir semester, libur akhir semester, libur akhir semester tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, hari libur khusus, dan kegiatan satuan pendidikan, 3) menghitung jumlah minggu belajar efektif (MBE) dalam 1 tahun, 4) mendistribusikan alokasi waktu MBE ke dalam subtema.

Kemendikbud dalam Surat Pengantar Distribusi Panduan Penilaian di SD (2016:38) menuliskan bahwa program semester (prosem) merupakan penjabaran dari program tahunan sehingga program tersebut tidak bisa disusun sebelum tersusunnya program tahunan. Prosem berisi garis besar mengenai hal yang akan

28

dilaksanakan dalam semester tersebut. Pada umumnya prosem berisikan identitas (satuan pendidikan, kelas atau semester, tahun pelajaran) dan format isian (tema, subtema, pembelajaran ke-, alokasi waktu, bulan yang terinci per-minggu, dan keterangan yang berisi tanggal pelaksanaan pembelajaran.

Langkah perancangan prosem sebagai berikut: 1) menelaah kelender pendidikan dan ciri khas satuan pendidikan berdasarkan kebutuhan tingkat satuan pendidikan, 2) menandai hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu pelajaran efektif, dan waktu pembelajaran efektif (per minggu). Hari libur meliputi; jeda tengah semester, jedah antar semester, liburan akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari libur besar nasional, hari libur khusus, dan kegiatan khusus satuan pendidikan, 3) menghitung jumlah hari belajar efektif (HBE) dan jam belajar efektif (JBE) setiap bulan dan semester dalam 1 tahun, 4) menghitung jumlah jam pembelajaran (JP) sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada struktur kurikulum yang berlaku 5) mendistribusikan alokasi waktu yang disediakan untuk suatu subtema serta mempertimbangkan waktu untuk penilaian serta review materi.

Dari paparan di atas bahwa dalam pembuatan prota dan prosem harus dilakukan secara runtut sebelum tahun pelajaran baru dimulai. Diawali dengan membuat prota kemudian dilanjutkan dengan pembuatan prosem. Dalam pembuatan prota dan prosem harus

29

memperhatikan minggu belajar efektif dalam satu tahun dan jam belajar efektif di setiap minggunya.

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

1) Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

Rencana pembelajaran adalah perencanaan yang dibuat oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran yang di dalamnya terdapat strategi yang akan digunakan untuk memberikan materi.

Struktur rencana pembelajaran terdiri dari tiga bagian yaitu: a) pembuka, yang isinya yaitu identitas, b) isi, yang dibagi menjadi apersepsi, strategi mengajar, prosedur aktivitas, teaching aids, sumber belajar, dan proyek, c) penutup, terdiri dari rubrik penilaian dan komentar guru. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang diterapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus (Trianto, 2012:108). Penyusunan RPPH dilakukan oleh guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru diwajibkan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum melakukan kegiatan pembelajaran agar dapat tercapai sesuai tujuan pembelajaran. Penyusunan RPPH dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud

30

agar RPPH telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran (Permendikbud, 2014).

2) Prinsip Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

Prinsip pengembangan RPPH terdapat dalam Permendikbud Nomor 81A 2013 yang menyebutkan bahwa RPPH dapat dikembangkan guru dengan memperhatikan silabus dan menyesuaikan kondisi pendidikan, meliputi kemampuan awal siswa, minat, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai dan/atau lingkungan siswa yang mampu mendorong partisipasi aktif sesuai dengan tujuan kurikulum 2013. Penyusunan RPPH akan sangat baik jika disesuaikan dengan prinsip pengembangannya. RPPH yang dikembangkan akan sangat bermanfaat bagi siswa jika disesuaikan dengan materi yang dibutuhkan oleh siswa.

Langkah-langkah pengembangan RPPH (Akbar, 2013) adalah a) identifikasi masalah pembelajaran di kelas melalui review literatur, observasi kelas, dan telaah dokumen terkait dengan RPPH yang ada dan digunakan di lapangan oleh guru, b) analisis kurikulum dengan menganalisis standar isi meliputi kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran, c) menyusun draf RPPH berdasarkan landasan teoritik dan standar proses, d) validasi ahli untuk mengetahui

31

kesesuaian draf RPPH dengan landasan teoritik penyusunan RPPH menggunakan instrumen validasi, e) merevisi draf RPPH berdasarkan validasi ahli sehingga menghasilkan draf RPPH yang baik dan sesuai dengan teori, f) melakukan uji coba RPPH dalam praktik pembelajaran di kelas. Kemudian guru melakukan validasi untuk mengetahui keterterapan RPPH. Bersamaan dengan hal tersebut, dilakukan validasi audience oleh siswa untuk mengetahui keefektifan RPPH dalam mencapai target pembelajaran, g) melakukan revisi berdasarkan uji coba terbatas.

Berdasarkan uji coba, analisis efek pembelajaran dan keterbatasan RPPH, melakukan revisi berdasarkan uji coba terbatas akan menghasilkan RPPH yang lebih baik dan efektif untuk pembelajaran.

3) Kriteria Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Suatu RPPH dikatakan baik apabila memiliki kriteria sebagai berikut (Akbar, 2013), a) terdapat rumusan tujuan pembelajaran yang jelas, lengkap, disusun secara logis, dan mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi, b) deskripsi materi jelas, sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, dan perkembangan keilmuwan, c) pengorganisasian materi pembelajaran jelas cakupan materinya meliputi kedalaman dan keleluasaannya, sistematik, runtut, dan sesuai dengan alokasi waktu, d) sumber belajar sesuai dengan perkembangan siswa,

32

materi, dan lingkungan, e) ada skenario pembelajaran (awal, inti, akhir) secara rinci, legkap dan langkah pembelajarannya mencerminkan metode/model pembelajaran yang digunakan, f) langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan, menggambarkan metode dan media yang digunakan, memungkinkan siswa terlibat secara optimal, memungkinkan terbentuknya dampak pengiring, memungkinkan terjadinya proses inkuiri bagi siswa, dan alokasi waktu tiap langkah, g) teknik pembelajaran, sesuai tujuan pembelajaran, mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif, memotivasi, dan berpikir aktif, h) tercantum kelengkapan RPP berupa prosedur dan jenis penilaian sesuai tujuan pembelajaran, ada instrumen penilaian yang bervariasi (tes dan non-tes), serta rubrik penilaian.

3. Metode Pembelajaran Daring

Metode pembelajaran daring merupakan sebuah pembelajaran berbasis teknologi yang dapat dilakukan dengan tidak bertatap muka langsung, tetapi menggunakan platform yang dapat membantu proses belajar mengajar yang dilakukan meskipun jarak jauh. Tujuan dari adanya pembelajaran daring ialah memberikan layanan pembelajran bermutu dalam jaringan yang bersifat terbuka untuk menjangkau peminat ruang belajar agar lebih banyak dan lebih luas (Abdul, 2019:82).

Perkembangan Teknologi informasi memiliki pengaruh besar terhadap perubahan dalam bidang pendidikan pada masa pandemik saat ini.

33

Teknologi dapat dimanfaatkan dalam kegiatan proses belajar mengajar.

Dengan adanya teknologi memberikan banyak pengaruh positif terhadap pembelajaran. Ada beberapa aplikasi yang juga dapat membantu kegiatan belajar mengajar. Misalnya whastapp, zoom, web blog dan lain-lain.

4. Pembagian Materi

Materi pembelajaran yang dikembangkan oleh penelitian ini adalah Tema Perkembangan Teknologi yang merupakan tema ke tiga dalam semester dua kelas 3 SD. Tema ini terdiri dari 4 subtema, yaitu: (a) Perkembangan Teknologi Produksi Pangan, (b) Perangkat Teknologi Produksi Sandang, (c) Perkembangan Teknologi Komunikasi, (d) Perkembangan Teknologi Transportasi. Materi dalam tema ini memuat topik Perkembangan Teknologi yang mengaitkan antar muatan pelajaran.

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan subtema yang kedua, yaitu Perangkat Teknologi Produksi Sandang.

Subtema Perangkat Teknologi Produksi Sandang adalah subtema yang kedua dalam tema Perkembangan Teknologi. Dalam tema ini materi

Subtema Perangkat Teknologi Produksi Sandang adalah subtema yang kedua dalam tema Perkembangan Teknologi. Dalam tema ini materi