• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

6. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis sebagai salah satu komponen dalam proses berpikir tingkat tinggi, menggunakan dasar menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis (Liliasari, 2003:175). Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan (Fhisher, 2008:4). Paul menyatakan bahwa salah satu tujuan berpikir kritis adalah untuk mengembangkan perspektif peserta didik, dan

42

berpendapat bahwa dialog atau ‘pengalaman dialektis’ penting sebagai bahan dalam membantu mengembangkan penilaian, tentang bagaimana dan di mana keterampilan khusus terbaik dapat digunakan (Kuswana, 2013:22). Berpikir kritis bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta-fakta yang jelas dan akurat berdasarkan pemikiran yang logis sehingga menghasilkan keputusan yang menarik, tuntas, jelas dan masuk akal.

Pada konteks pendidikan, kemampuan berpikir kritis akan sulit dimunculkan apabila tidak adanya peran orang dewasa dalam mengasah dan menerapkan pembelajaran yang mendorong anak untuk mencoba berpikir dengan kritis dan mengemukakan penjelasan yang bersifat kritis dalam kelompok maupun individu. Maka, perlu diketahui aspek-aspek yang ada dalam kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dibagi dalam dua ranah yaitu disposisi afektif dan dimensi kognitif (Facione, 2013:5).

Kemampuan menginterpretasi adalah kemampuan mencoba mengerti dan mengungkapkan arti dari pengalaman, situasi, data kejadian, penilaian, kesepakatan, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria. Kemampuan menganalisis diartikan sebagai kemampuan mengidentifikasi hubungan logis dari berbagai pernyataan, pertanyaan, atau konsep yang menyatakan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi, atau opini. Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan menilai kebenaran suatu pernyataan atau argumen dan menilai bobot logika suatu kesimpulan, seperti menilai relevansi pertanyaan, prinsip,

43

aturan, arah. Kemampuan menarik kesimpulan adalah kemampuan mengidentifikasi dan memastikan elemen-elemen yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan yang masuk akal, merumuskan dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan memperkirakan konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari data, pernyataan, bukti, prinsip, penilaian, kepercayaan, pertanyaan, serta konsep. Kemampuan eksplanasi diartikan sebagai kemampuan menjelaskan dasar-dasar suatu penalaran dengan pertimbangan konseptual, metodologis, dan kontekstual. Kemampuan regulasi diri adalah kesadaran melihat dan menilai aktivitas kognitifnya sendiri, unsur-unsur yang digunakan di dalamnya, dan hasil dari aktivitas kognitif tersebut dengan menganalisis dan mengevaluasi proses kognitif yang terjadi sehingga dapat mempertanyakan, menegaskan, atau mengoreksi cara berpikirnya sendiri (Facione, 2013:5).

Dimensi disposisi efektif dari kemampuan berpikir kritis yaitu rasa ingin tahu yang tinggi terhadap berbagai masalah, selalu berusaha mendapatkan informasi yang baik, sadar untuk menggunakan daya pikir kritis, mengedepankan proses penelitian yang masuk akal, percaya akan kemampuan diri sendiri untuk menalar, dan berpikir terbuka terhadap pandangan yang berbeda-beda. Siswa yang memiliki disposisi berpikir kritis, diduga memiliki sikap dan niat yang memungkinkan kemampuan berpikir siswa meningkat dalam cara tertentu, sehingga dapat meningkatkan penguasaan materi siswa.

44

Dalam proses pembelajaran, keterampilan berpikir kritis merupakan kegiatan yang terorganisasi untuk mengidentifikasi proses mental siswa, atau siswa yang perlu merencanakan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi proses berpikir dan belajar (Kuswana, 2013:24).

Menurut para ahli seperti John Dewey kemampuan tersebut diberi label

“berpikir kritis’ atau ‘berpikir reflektif” atau “keterampilan berpikir” atau

“perencanaan masalah”, dalam taksonomi bloom istilah ini disebut

“kemampuan dan keterampilan intelektual” (Kuswana, 2013:27).

Taksonomi Bloom ranah kognitif sebelum direvisi mencakup tentang enam hal. Enam klasifikasi yang tercakup dalam ranah kognitif (Degeng, 2013:202-203) adalah, (a) pengetahuan (knowledge) yang menekankan pada mengingat, apakah dengan mengungkapkan atau mengenal kembali suatu yang telah pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan, (b) pemahaman (comprehension) yang menekankan pada pengubahan informasi ke bentuk yang lebih mudah dipahami, (c) aplikasi (application) yang hasil belajarnya menggunakan abstraksi pada situasi tertentu dan konkret. Tekanannya adalah untuk memecahkan suatu masalah. Ditingkat ini peserta didik memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi pembelajaran, (d) analisis (analysis) di mana hasil belajar yang diperoleh pada klasifikasi ini adalah memilah informasi ke dalam satuan-satuan bagian yang lebih rinci sehingga dapat dikenali fungsinya, kaitannya dengan bagian yang lebih besar, serta organisasi keseluruhan

45

bagian. Peserta didik diharapkan akan mampu menganalisis informasi yang diterimanya dan membagi-bagi informasi tersebut ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola informasi tersebut atau korelasinya, (e) sintesis (synthesis) hasil belajar dari klarifikasi sintesis adalah penyatuan bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan yang baru dan unik. Peserta didik di tingkat sintesis akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan, (f) evaluasi (evaluation) hasil yang diperoleh adalah pertimbangan-pertimbangan tentang nilai dari sesuatu untuk tujuan tertentu. Dalam klasifikasi ini peserta didik diperkenalkan tentang kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dan sebagainya dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan taksonomi bloom yang telah direvisi Anderson & Krathwohl (2001:66-88), yakni mengingat (remember), memahami atau mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create). Berikut bagan taksonomi bloom menurut Anderson & Krathwohl.

46

Gambar 2.2 Taksonomi Anderson & Krathwohl

Dari keenam taksonomi bloom di atas, peneliti hanya menggunakan High Order Thinking Skill (HOTS) dalam taksonomi bloom yang telah direvisi Anderson & Krathwohl, yakni menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Mengevaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Menciptakan mengarah

47

pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya.

menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Triyuni (2019) melakukan penelitian tentang perangkat pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis aktivitas Higher Order Thinking Skill (HOTS) pada tema 8 subtema 1 pada siswa kelas V SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menggunakan model pengembangan ADDIE yang terdiri dari tahap analisis (analyze), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (development), tahap implementasi (implementation), dan tahap evaluasi (evaluation). Subjek penelitian terdiri dari dua orang guru dan dua orang dosen sebagai ahli pembelajaran. Objek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis aktivitas Higher Order Thinking Skill (HOTS) yang terdiri dari silabus, RPP, dan LKPD.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner. Instrumen pengumpulan data menggunakan rating scale berupa lembar penilaian perangkat pembelajaran. data yang diperoleh dianalisis menggunakan

48

statistik deskriptif kualitatif. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut: (a) skor rata-rata validitas silabus sebesar 4,69 dengan kualifikasi sangat baik, (b) skor rata-rata validitas RPP sebesar 4,77 dengan kualifikasi sangat baik, (c) skor rata-rata validitas LKPD sebesar 4,84 dengan kualifikasi sangat baik. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis aktivitas Higher Order Thinking Skill (HOTS) pada tema 8 subtema 1 kelas V SD memiliki kualifikasi yang sangat baik.

2. Ayuningtyas (2015) melakukan penelitian tentang perangkat pembelajaran inkuiri fisika dengan model inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya pada materi fluida statis. Perangkat pembelajaran tersebut diujikan terhadap siswa kelas XI SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya tahun pelajaran 2013/2014 dengan replika tiga kelas yaitu kelas XI-IPA 1, kelas XI-IPA 2, dan kelas XI-IPA 3. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, dengan model 4-D. rancangan uji coba perangkat menggunakan one group pretest-postest design. Hasil penelitian menunjukkan: (a) validitas perangkat pembelajaran berkategori baik; tingkat keterbacaan buku ajar siswa dan lembar kegiatan siswa berkategori baik; (b) keterlaksanaan RPP berkategori baik; aktivitas siswa menunjukkan pembelajaran yang berpusat pada siswa; (c) respon siswa positif terhadap proses pembelajaran; 93% siswa mencapai ketuntasan hasil belajar dengan skor peningkatan yang tinggi;

49

seluruh siswa sudah cukup mampu untuk berlatih keterampilan proses melalui tes kinerja. Dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran Fisika dengan model inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa SMA pada materi fluida statis layak, praktis, dan efektif digunakan dalam pembelajaran.

3. Erdian (2020) melakukan penelitian mengenai perangkat pembelajaran berbasis proyek untuk mengetahui tingkat kelayakan, mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran berbasis proyek dan mengetahui tingkat penguasaan keterampilan proses sains dan tingkat penguasaan materi peserta didik pada materi suhu dan kalor dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis proyek. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan hasil modifikasi model pengembangan Borg &

Gall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) prosedur pengembangan model perangkat pembelajaran berbasis proyek mengadopsi dan memodifikasi model R&D (Borg & Gall) memperoleh nilai A dengan kategori sangat baik, (b) efektivitas perangkat pembelajaran berbasis proyek dari guru dan observer pada aspek validasi, realibilitas, objektivitas, kepraktisan, sistematis dan bahasa pada kategori cukup baik, dan (c) ketercapaian keterampilan proses sains peserta didik pada kelas eksperimen mencapai 86,07% sedangkan pada kelas kontrol hanya 63,48%. Adapun penguasaan materi ditinjau dari presentase peserta didik di kelas eksperimen yang mencapai KKM sebesar 96,87% sedangkan peserta didik di kelas kontrol 6,25%.

50

Literature Map dari ketiga penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Triyuni (2019)

‘Pengembangan Perangkat Pembelajaran Daring Pada Tema 7 Subtema 2 Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Siswa Kelas III SD Negeri

Condongcatur”

Gambar 2.3 Literature Map

51 C. Kerangka Berpikir

Pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi dunia pendidikan di Indonesia. Kementerian Pendidikan di Indonesia juga mengeluarkan kebijakan yaitu dengan meliburkan sekolah dan mengganti proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan sistem online. Hal tersebut mengharuskan guru di setiap sekolah untuk menggunakan perangkat pembelajaran secara daring. Perangkat pembelajaran merupakan pedoman yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran yang menjadi satu kesatuan dari pelaksanaan pembelajaran. Tanpa adanya perangkat pembelajaran, kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik dan runtut. Perangkat pembelajaran daring yang dikembangkan terdiri dari Prota (Program tahunan), Prosem (Program semester), silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian merupakan rencana yang dibuat oleh guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran agar tersusun dengan baik. RPPH berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang terdiri dari KI, KD, indikator, tujuan pembelajaran, metode, model, kegiatan pembelajaran, dan penilaian. Guru mempunyai kewajiban untuk menyusun RPPH yang baik dengan indikator yang menggunakan kata operasional, tujuan pembelajaran dengan unsur ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree). Model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Melalui penyusunan RPPH yang baik, guru dapat memberikan materi yang sesuai kebutuhan siswa.

52

Permasalahan ditemukan oleh peneliti di kelas III SD Negeri Condongcatur berdasarkan hasil wawancara bersama guru kelas. Masalah tersebut adalah kurangnya pemahaman guru terkait dengan perangkat pembelajaran daring. Guru masih kesulitan dalam membuat perangkat pembelajaran yang berupa rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) daring. Peneliti bermaksud untuk mengembangkan suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian berbasis daring. Tema yang dipilih oleh peneliti adalah tema 7 “Perkembangan Teknologi” subtema 2 “Perangkat Teknologi Produksi Sandang” yang merupakan gabungan dari beberapa muatan pelajaran yang terdiri dari PPKn, Matematika, Bahasa Indonesia, SBdP, PJOK. Model pembelajaran inkuiri bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan memberikan kegiatan yang menyenangkan bagi siswa. Pengembangan RPPH ini mengacu pada pembelajaran daring untuk guru kelas III semester II pada tema “Perkembangan Teknologi”

subtema “Perangkat Teknologi Produksi Sandang”.

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

53 D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran daring dengan model pembelajaran inkuiri dalam tema Perkembangan Teknologi produksi sandang untuk siswa kelas III SD Negeri Condongcatur?

2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran daring dengan model pembelajaran inkuiri dalam tema Perkembangan Teknologi produksi sandang untuk siswa kelas III SD Negeri Condongcatur?

a. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran daring dengan model pembelajaran inkuiri dalam tema Perangkat Teknologi Produksi Sandang untuk siswa kelas III SD Negeri Condongcatur menurut ahli (dosen)?

b. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran daring dengan model pembelajaran inkuiri dalam tema Perangkat Teknologi Produksi Sandang untuk siswa kelas III SD Negeri Condongcatur menurut guru tersertifikasi?

54 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini mengemukakan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan metode pengembangan, meliputi jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, teknik pengumpulan data instrumen penelitian, teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2011:298). Untuk menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Produk yang dikembangkan tidak selalu berupa perangkat keras (hardware) seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas, tetapi juga dapat berupa perangkat lunak (software). Penelitian ini mengembangkan produk berupa hardware seperti perangkat pembelajaran yaitu prota, prosem, silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) menggunakan model inkuiri berbasis daring untuk kelas III Sekolah Dasar.

55

Desain pengembangan penelitian ini mengadaptasi langkah-langkah pada desain R&D Borg & Gall. Penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg & Gall (dalam Sugiyono, 2015: 408-426) mempunyai 10 langkah yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi produk, 5) revisi produk, 6) uji coba produk, 7) revisi produk, 8) uji coba pemakaian, 9) revisi produk, 10) produksi massal.

Berikut ini bagan langkah-langkah pelaksanaan penelitian pengembangan menurut Borg & Gall (Sugiyono, 2010:409):

Gambar 3.1 Langkah-langkah R&D Borg & Gall

Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan lima langkah penelitian dan pengembangan yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi produk, 5) revisi produk. Alasan peneliti

56

tidak melakukan setidaknya sampai tahap ujicoba kepada siswa atau sampai langkah ke 10 adalah karena kebijakan di masa pandemic Covid-19, sehingga tidak memungkinkan koordinasi untuk melaksanakan pembelajaran bersama siswa. Faktor lainnya, peneliti tidak mengembangkan produk dengan tujuan untuk didistribusikan secara massal, melainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan sekolah secara terbatas, dan waktu yang dimiliki peneliti terbatas.

B. Setting Penelitian

Setting penelitian menjelaskan tentang subjek penelitian, objek penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian.

1. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah guru kelas III SD Negeri Condongcatur Yogyakarta tahun pelajaran 2020/2021 dan empat validator yaitu dua dosen PGSD dan dua guru tersertifikasi.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini yaitu pengembangan produk berupa perangkat pembelajaran daring (Program Tahunan, Program Semester, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian) pada meteri Perangkat Teknologi Produksi Sandang tema 7 subtema 2 untuk kelas III Sekolah Dasar (SD).

3. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 12 bulan terhitung dari bulan November 2020 sampai November 2021.

57 4. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri Condongcatur yang beralamatkan di Jalan Candi Gebang No. 246, Dero, Condongcatur, Kec.

Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

C. Prosedur Pengembangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk perangkat pembelajaran daring materi teknologi perkembangan produksi sandang pada tema 7 subtema 2 menggunakan model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas III SD Negeri Condongatur Yogyakarta. Prosedur pengembangan dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 3.2 Langkah-langkah Pengembangan Dalam Penelitian

Langkah 1

1. Menganalisis kalender akademik.

2. Menganalisis tema 7 subtema 2.

3. Menganalisis komponen Kurikulum Kompetensi Inti/KI, indikator, dan tujuan pembelajaran mengacu taksonomi Bloom.

4. Menyusun Program Tahunan.

5. Menyusun Program semester.

6. Menyusun Silabus.

7. Membuat Rencanan Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).

58

Penelitian ini hanya menggunakan 5 langkah dalam desain Borg &

Gall, yaitu:

1. Potensi dan Masalah

Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan wawancara kepada guru kelas III SD Negeri Condongcatur Yogyakarta yang sudah menggunakan pembelajaran berbasis daring. Wawancara bertujuan untuk mendapatkan data berisi potensi dan masalah yang dialami oleh guru dan siswa dalam rangka mengembangkan perangkat pembelajaran daring dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri.

2. Pengumpulan Data

Setelah menemukan kebutuhan dengan menggali potensi dan masalah secara faktual melalui wawancara dengan guru, selanjutnya perlu mengumpulkan berbagai data dan informasi tentang produk yang dibutuhkan dari hasil wawancara. Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan mengambil sebagian hasil wawancara yang terkait dengan ciri-ciri (kriteria/spesifikasi) produk yang dibutuhkan. Selain dari hasil wawancara, peneliti juga mengumpulkan data tentang ciri-ciri atau spesifikasi produk perangkat pembelajaran dengan menggunakan kajian pustaka berupa, jurnal yang telah ada sebelumnya, panduan RPPH daring, dan buku-buku referensi. Tujuan pengumpulan data ini untuk menggali lebih dalam ciri-ciri produk yang perlu dikembangkan.

59 3. Desain Produk

Langkah selanjutnya yaitu desain produk. Peneliti mengembangkan desain perangkat pembelajaran inkuiri berbasis daring untuk siswa kelas 3 Sekolah Dasar dengan langkah-langkah sebagai berikut; (a) menganalisis kalender akademik, (b) menganalisis tema 7 dan subtema 2, (c) menganalisis komponen Kurikulum Kompetensi Inti/KI, Kompetensi Dasar/KD, indikator, dan tujuan pembelajaran mengacu taksonomi Bloom, (d) menyusun program tahunan, (e) menyusun program semester, (f) menyusun silabus, (g) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) menggunakan model inkuiri dan berbasis daring.

4. Validasi Produk

Validasi produk merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah kualitas rancangan produk awal (prototype/draft produk) telah secara rasional memenuhi kelayakan. Validasi dilakukan secara rasional karena masih bersifat penilaian rasional dan belum berdasarkan fakta di lapangan. Validasi produk dilakukan dengan cara meminta penilaian pakar atau tenaga ahli yang berpengalaman.

Hasil validasi produk dari validasi pakar atau ahli digunakan peneliti sebagai evaluasi formatif. Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan divalidasi oleh empat orang pakar atau ahli yaitu dua dosen PGSD dan dua guru tersertifikasi. Dari hasil validasi yang sudah

60

dilakukan, peneliti dapat mengetahui kualitas produk yang dikembangkan. Selain mengetahui kualitas produk yang dikembangkan, hasil validasi ahli dapat digunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan.

5. Revisi Produk

Setelah melakukan validasi produk bersama pakar dan para ahli, peneliti memperbaiki produk berdasarkan kritik dan saran yang diberikan oleh pakar. Terdapat kritik dan saran pada komponen perangkat pembelajaran yang dikembangkan seperti pada komponen silabus, RPPH, LKPD, dan penilaian. Revisi desain atau perbaikan desain ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang lebih baik.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada suatu penelitian, pengumpulan data sangat diperlukan untuk mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sebagai sumber dan berbagai cara (Sugiyono, 2012:137). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan wawancara dan kuesioner.

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga untuk mengetahui hal-hal lain yang lebih detil dari responden. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan guru kelas III Sekolah Dasar melalui tanya

61

jawab. Pertanyaan-pertanyaan sangat penting untuk menangkap persepsi, pikiran, pendapat, perasaan orang tentang suatu gejala, peristiwa, fakta atau realita (Raco, 2010:116-117).

Teknis pelaksanaan wawancara dapat dilakukan secara sistematis atau tidak sistematis. Wawancara secara sistematis adalah wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu peneliti menyusun instrumen pedoman wawancara. Sebaliknya dengan wawancara secara tidak sistematis, peneliti melakukan wawancara secara langsung tanpa terlebih dahulu mempersiapkan instrumen pedoman wawancara. Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara sistematis. Pedoman wawancara yang digunakan peneliti berupa garis-garis besar permasalahan yang ditanyakan. Peneliti melakukan wawancara dengan guru wali kelas III SD Negeri Condongcatur Yogyakarta. Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang permasalahan yang dihadapi guru SD Kelas III SD Negeri Condongcatur dalam melaksanakan pembelajaran di masa pandemi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis oleh peneliti untuk mengetahui kebutuhan guru, yang perlunya perangkat pembelajaran daring, terutama RPPH daring.

2. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk memvalidasi produk. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini dikembangkan 2 macam

62

kuesioner, yaitu kuesioner untuk validasi produk dan kuesioner untuk validasi instrumen validasi produk.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pedoman wawancara, kuesioner validasi produk dan kuesioner untuk validasi instrumen validasi produk. pada pedoman wawancara memiliki 15 item, pernyataan validasi kuesioner berisi 6 item dan pernyataan validasi produk berisi 82 item.

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan untuk memperoleh informasi mengenai analisis kebutuhan guru terkait perangkat pembelajaran efektif di masa pandemik. Berikut pedoman wawancara yang digunakan oleh peneliti:

63

Gambar 3.3 Teks Wawancara 2. Kuesioner Validasi Instrumen Validasi Produk

Sebelum “instrumen/kuesioner validasi produk” digunakan, terlebih dahulu divalidasi oleh ahli menggunakan “instrumen/kuesioner validasi instrumen validasi produk”. instrumen validasi produk ini menggunakan skala likert 1 sampai 4. Berikut ini “kuesioner validasi

Sebelum “instrumen/kuesioner validasi produk” digunakan, terlebih dahulu divalidasi oleh ahli menggunakan “instrumen/kuesioner validasi instrumen validasi produk”. instrumen validasi produk ini menggunakan skala likert 1 sampai 4. Berikut ini “kuesioner validasi