i
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DARING PADA TEMA 7 SUBTEMA 2 MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK KELAS III SD NEGERI CONDONGCATUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Elsa Gratia Manullang NIM: 171134163
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2021
ii SKRIPSI
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DARING PADA TEMA 7 SUBTEMA 2 MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK KELAS III SD NEGERI CONDONGCATUR
Oleh:
Elsa Gratia Manullang NIM : 171134163
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I
Drs. Y. B. Adimassana, M. A. Tanggal 15 November 2021
Pembimbing II
Maria Melani Ika Susanti, S. Pd., M. Pd. Tanggal 15 November 2021
iii SKRIPSI
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DARING PADA TEMA 7 SUBTEMA 2 MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK KELAS III SD NEGERI CONDONGCATUR
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Elsa Gratia Manullang NIM : 171134163
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 30 November 2021 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua Kintan Limiansih, S. Pd., M. Pd. ……….
Sekretaris Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M. Pd. ……….
Anggota Drs. Y. B. Adimassana, M. A. ………
Anggota Maria Melani Ika Susanti, S. Pd., M. Pd. ………
Anggota Irine Kurniastuti M. Psi. ………
Yogyakarta, 30 November 2021
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si.
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang memampukan dan memberi kekuatan dalam setiap proses penyelesaian penelitian ini.
2. Kedua orangtua ku tercinta, Bapak Julwed Manullang dan Ibu Porman Hutahaean yang selalu memberikan doa, cinta, dukungan, semangat pantang menyerah sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
3. Adikku tersayang Otniel Gratia Manullang dan Ehud Gratia Manullang yang selalu memberikan semangat untuk berjuang maju.
4. Saudara, sahabat, dan teman-teman saya dari berbagai grup dan kalangan yang selama ini selalu memberikan semangat, dukungan, bantuan, doa, dan selalu ada untuk saya.
5. Seluruh teman-teman saya kelas D dan angkatan 2017 PGSD USD yang sedang berjuang bersama dalam menyelesaikan skripsi.
6. Segenap dosen PGSD, FKIP, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
v MOTTO
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan
syukur.”
(Filipi 4:6)
“Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau;
janganlah takut dan janganlah patah hati.”
(Ulangan 31:8)
“The hard days are not here to stay, they are here to help me grow”
(Dhiman)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 November 2021 Penulis,
Elsa Gratia Manullang
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Elsa Gratia Manullang
Nomor Induk Mahasiswa : 171134163
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DARING PADA TEMA 7 SUBTEMA 2 MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK KELAS III SD NEGERI CONDONGCATUR” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis:
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 30 November 2021 Yang menyatakan
Elsa Gratia Manullang
viii ABSTRAK
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DARING PADA TEMA 7 SUBTEMA 2 MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
INKUIRI UNTUK KELAS III SD NEGERI CONDONGCATUR
Elsa Gratia Manullang Universitas Sanata Dharma
2021
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan guru kelas III SD untuk memiliki perangkat pembelajaran daring pada materi Perkembangan Teknologi tema 7 subtema 2 menggunakan model pembelajaran inkuiri untuk kelas III SD Negeri Condongcatur. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengembangkan perangkat pembelajaran daring dalam subtema Perangkat Teknologi Produksi Sandang untuk siswa kelas III SD Negeri Condongcatur, 2) untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran daring pada subtema tersebut.
Jenis penelitian ini adalah Reserch and Development (R&D) dengan menggunakan 5 dari 10 langkah pengembangan dari desain Borg & Gall yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi produk, (5) revisi produk. Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas III SD Negeri Condongcatur, dua dosen dan dua guru. Objek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran daring pada materi Perkembangan Teknologi tema 7 subtema 2 menggunakan model pembelajaran inkuiri untuk siswa kelas III Sekolah Dasar. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan kuesioner. Instrumen penelitian ini adalah pedoman wawancara dan kuesioner.
Teknik Analisis data penelitian menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif.
Hasil validasi perangkat pembelajaran daring pada tema 7 subtema 2 menggunakan model pembelajaran inkuiri untuk siswa kelas III SD Negeri Condongcatur menunjukkan skor rata-rata 3,63 (Sangat Baik), sehingga perangkat pembelajaran daring layak untuk digunakan di lapangan secara terbatas.
Kata kunci: perangkat pembelajaran daring, model pembelajaran inkuiri, Perkembangan Teknologi tema 7 subtema 2.
ix ABSTRACT
DEVELOPMENT OF ONLINE LEARNING DEVICES ON THEME 7 SUB- THEME 2 USING THE INQUIRY LEARNING MODEL FOR THIRD
GRADE OF SD NEGERI CONDONGCATUR
Elsa Gratia Manullang Sanata Dharma University
2021
This research is motivated by the need for third grade elementary school teachers to have online learning tools on technology development material theme 7 sub-theme 2 using the inquiry learning model for third grade of SD Negeri Condongcatur. The objectives of this research were: 1) to develop online learning tools in the development of clothing production technology sub-theme for third grade students of SD Negeri Condongcatur, 2) to determine the quality of online learning tools regarding the sub-theme.
This type of research is Research and Development (R&D) using 5 of the 10 development steps of the Borg & Gall design, namely: (1) potential and problems, (2) data collection, (3) product design, (4) product validation, (5) product revision. The subjects in this research were third grade teachers at SD Negeri Condongcatur, two lecturers and two teachers. The object of this research is an online learning tool on technology development material theme 7 sub-theme 2 using the inquiry learning model for third grade elementary school students.
Data collection techniques used interviews and questionnaires. The research instruments were interview guides and questionnaires. Technique analysis of research data used quantitative and qualitative analysis.
The results of the validation of online learning tools on theme 7 sub-theme 2 using the inquiry learning model for third grade students of SD Negeri Condongcatur showed an average score of 3.63 (Very Good), thus online learning tools were feasible to be used in the field on a limited basis.
Keywords: online learning tools, inquiry learning model, technology development theme 7 sub-theme 2
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan berkat, kekuatan dan penyertaan-Nya, sehingga skripsi yang berjudul PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DARING PADA TEMA 7 SUBTEMA 2 MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK KELAS III SD NEGERI CONDONGCATUR ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Strudi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat dibuat dan selesai dengan baik karena doa, dukungan, dan bantuan dari banyak pihak. Dengan demikian peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang selalu mendoakan, mendukung, dan membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini saya tujukan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang hingga saat ini selalu memberikan kemudahan dan kelancaran.
2. Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Kintan Limiansih, S. Pd., M. Pd., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
4. Apri Damai Sagita Krissandi, S. S., M. Pd., sebagai Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
5. Drs. Y. B. Adimassana, M. A., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Maria Melani Ika Susanti, S. Pd., M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) dan Dosen Pembimbing ke II yang sudah memberi bimbingan dan juga motivasi dalam penyelesaian srkipsi ini.
xi
7. Para validator ahli dan guru Sekolah Dasar yang telah membantu peneliti untuk melakukan validasi produk.
8. MM. Suyatini, M. Pd. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Condongcatur yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD Negeri Condongcatur.
9. Rochmat Susanto, S. Pd, selaku guru kelas III SD Negeri Condongcatur yang menjadi narasumber dan telah membantu dengan senang hati selama penelitian.
10. Sekretariat Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah membantu proses perijinan penelitian skripsi.
11. Seluruh Dosen Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
12. Keluarga tercinta saya, Bapak, Ibu dan kedua Adik laki-laki saya yang selalu memberikan dukungan, bantuan, semangat, dan selalu ada untuk saya.
13. Seluruh keluarga besar yang selalu ada, dan selalu memberikan semangat dan dukungan kepada saya.
14. Seluruh teman saya yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan, dan bantuan kepada saya.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan skripsi. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua.
Yogyakarta, 30 November 2021 Penulis,
Elsa Gratia Manullang
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. DefinisiOperasional... 9
F. Spesifikasi Produk ... 10
1. Aspek Tampilan Luar ... 10
xiii
2. Aspek Isi ... 11
3. Aspek Kebahasaan ... 13
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 15
1. Teori Belajar ... 15
2. Perangkat Pembelajaran ... 24
3. Metode Pembelajaran Daring ... 32
4. Pembagian Materi ... 33
5. Model Pembelajaran Inkuiri ... 34
6. Kemampuan Berpikir Kritis ... 41
B. Penelitian-Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 47
C. Kerangka Berpikir ... 51
D. Pertanyaan Penelitian ... 53
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 54
B. Seting Penelitian... 56
1. Subjek Penelitian ... 56
2. Objek Penelitian ... 56
3. Waktu Penelitian ... 56
4. Tempat Penelitian ... 57
C. Prosedur Pengembangan ... 57
1. Potensi dan Masalah ... 58
2. Pengumpulan Data ... 58
3. Desain Produk ... 59
4. Validasi Produk ... 59
xiv
5. Revisi Produk ... 60
D. Teknik Pengumpulan Data ... 60
E. Instrumen Penelitian... 62
1. Pedoman Wawancara ... 62
2. Kuesioner Validasi Instrumen Validasi Produk ... 63
3. Kuesioner Validasi Produk... 64
F. Teknik Analisis Data ... 71
1. Data Kualitatif ... 71
2. Data Kuantitatif ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan ... 74
1. Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan ... 74
2. Kualitas Produk Perangkat Pembelajaran ... 109
B. Pembahasan ... 110
1. Pembahasan Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan ... 110
2. Pembahasan Kualitas Produk Pengembangan... 113
3. Pembahasan Kualitas Hasil Penelitian ... 115
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 119
B. Keterbatasan Penelitian Pengembangan ... 120
C. Saran ... 120
DAFTAR PUSTAKA ... 122
LAMPIRAN ... 129
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 200
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kuesioner Validasi Instrumen Produk ... 64
Tabel 3.2 Kuesioner Program Tahunan ... 65
Tabel 3.3 Kuesioner Program Semester ... 66
Tabel 3.4 Kuesioner Silabus ... 67
Tabel 3.5 Kuesioner Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ... 67
Tabel 3.6 Konversi Skor Skala Menurut Widoyoko (2014::144) ... 73
Tabel 4.1 Hasil Validasi Instrumen Produk ... 87
Tabel 4.2 Hasil Validasi Ahli Materi ... 89
Tabel 4.3 Hasil Validasi Guru Sekolah Dasar ... 90
Tabel 4.4 Skor Program Tahunan ... 91
Tabel 4.5 Skor Program Semester ... 92
Tabel 4.6 Skor Silabus ... 92
Tabel 4.7 Skor Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ... 93
Tabel 4.8 Lembar Kerja Peserta Didik ... 93
Tabel 4.9 Skor Penilaian ... 94
Tabel 4.10 Komentar atau Saran Dari Validator ... 95
Tabel 4.11 Komentar dan Revisi Komponen Silabus ... 96
Tabel 4.12 Komentar dan Revisi Komponen RPPH ... 97
Tabel 4.13 Komentar dan Revisi Komponen LKPD ... 106
Tabel 4.14 Komentar dan Validasi Komponen Penilaian ... 108
Tabel 4.15 Hasil rekapitulasi validasi ahli materi dan guru tersertifikasi ... 110
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Proses Perkembangan Kognitif ... 20
Gambar 2.2 Taksonomi Anderson & Krathwohl ... 46
Gambar 2.3 Literatur Map... 50
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ... 52
Gambar 3.1 Langkah-Langkah R&D Borg & Gall ... 55
Gambar 3.2 Langkah-Langkah Pengembangan Dalam Penelitian ... 57
Gambar 3.3 Teks Wawancara ... 63
Gambar 4.1 Kisi-Kisi Wawancara ... 76
Gambar 4.2 Program Tahunan ... 82
Gambar 4.3 Program Semester ... 83
Gambar 4.4 Silabus ... 84
Gambar 4.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ... 85
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian... 130
Lampiran 2 Surat Pernyataan Kepala Sekolah ... 131
Lampiran 3 Surat Izin Wawancara ... 132
Lampiran 4 Hasil Validasi Instrumen Produk ... 133
Lampiran 5 Surat Permohonan Validasi Produk ... 137
Lampiran 6 Hasil Validasi Produk Oleh Ahli Materi Pertama ... 141
Lampiran 7 Hasil Validasi Produk Oleh Ahli Materi Kedua ... 155
Lampiran 8 Hasil Validasi Produk Oleh Guru SD Kanisius Totogan ... 169
Lampiran 9 Hasil Validasi Produk Oleh Guru SD Negeri Sarikarya... 183
Lampiran 10 Pedoman Wawancara ... 197
Lampiran 11 Hasil Wawancara ... 198
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab I ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, defenisi operasional, dan spesifikasi produk yang dikembangkan.
A. Latar Belakang Masalah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan surat edaran nomor 15 tahun 2020 tentang pedoman penyelenggaraan kebijakan Work From Hom (WFH). Kebijakan ini merupakan upaya yang diterapkan kepada masyarakat agar dapat menyelesaikan segala pekerjaan di rumah. Pendidikan Indonesia menjadi salah satu bidang yang terdampak akibat adanya pandemik Covid-19 tersebut.
Dengan adanya pembatasan interaksi, Kementerian Pendidikan di Indonesia juga mengeluarkan kebijakan yaitu dengan meliburkan sekolah dan mengganti proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan sistem dalam jaringan atau online (Matdio, 2020). Dengan menggunakan sistem pembelajaran secara online, terkadang muncul berbagai masalah yang dihadapi oleh peserta didik dan guru, seperti beberapa sistem perangkat pembelajaran yang berubah dan media pembelajaran. Peserta didik dan guru dituntut agar memiliki kemampuan dalam bidang teknologi pembelajaran.
Tuntutan tersebut membuat peserta didik dan guru mengetahui media online yang dapat menunjang sebagai pengganti pembelajaran kelas secara langsung,
2
tanpa mengurangi kualitas materi pembelajaran dan target pencapaian dalam pembelajaran.
Hingga saat ini, tahun 2021 Kemendikbud belum menerbitkan surat untuk melaksanakan kembali pembelajaran di sekolah, sehingga sekolah melakukan kegiatan belajar mengajar secara online. Pembelajaran online merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksebilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran. Dengan pembelajaran online, guru memberikan pembelajaran melalui kelas-kelas virtual yang dapat diakses di mana pun dan kapan pun tidak terkait ruang dan waktu. Oleh karena itu, pendidik membutuhkan panduan mengajar secara daring, agar tersampainya materi pembelajaran dengan baik walaupun dalam keadaan Covid-19 yang mengharuskan kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring.
Dalam proses pelaksanaan pembelajaran, tentunya dibutuhkan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran menjadi salah satu bagian terpenting dalam menunjang pembelajaran berlangsung dengan baik.
Perangkat pembelajaran adalah segala sesuatu atau beberapa persiapan yang disusun oleh guru baik secara individu maupun kelompok agar pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil seperti yang diharapkan (Nazarudin, 2007). Perangkat pembelajaran merupakan suatu perangkat yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran yang berlangsung secara interaktif,
3
inspiratif, menyenagkan, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif (Khairuddin, 2009). Perangkat pembelajaran memuat silabus, buku ajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), sumber, media pembelajaran, dan instrument assessment (Akbar, 2013). Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah program semester, program tahunan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) daring.
Peneliti memilih lokasi penelitian di SD Negeri Condongcatur, Kec.
Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menetapkan guru kelas III sebagai subjek penelitian. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IIIA pada tanggal 03 Desember 2020 di SD Negeri Condongcatur dan hasil wawancara dengan guru yaitu, guru menjelaskan materi pada tema 7 subtema 2 Perangkat Teknologi Produksi Sandang dengan mengembangkan RPPH. Namun guru belum pernah menggunakan RPPH daring. Guru menjelaskan bahwa belum membuat RPPH daring pada tema 7 subtema 2 karena RPPH daring mulai dipakai pada saat sekolah menyatakan kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring yaitu pada bulan Maret 2020 sehingga RPPH daring sangat dibutuhkan sebagai pedoman. Guru sudah pernah menyusun RPPH dengan model pembelajaran inkuiri, namun belum pernah menyusun RPPH secara daring, karena dengan menggunakan model pembelajaran tersebut guru mengalami kesulitan dalam memilih kegiatan yang dapat menciptakan keterampilan berpikir kritis peserta didik terutama pada kegiatan belajar
4
daring saat ini. Guru sangat membutuhkan contoh RPPH daring yang menerapkan model pembelajaran inkuiri untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa sebagai inspirasi.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada guru kelas III SD Negeri Condongcatur, diketahui bahwa guru memerlukan panduan mengajar daring dengan model pembelajaran inkuiri pada tema 7 subtema 2 Perangkat Teknologi Produksi Sandang. Dimana guru menjelaskan bahwa belum melakukan kegiatan mengajar daring pada tema 7 subtema 2 sehingga guru membutuhkan panduan mengajar secara daring pada tema dan subtema tersebut. Guru juga mengharapkan adanya panduan mengajar yang mampu menciptakan kemampuan berpikir kritis terhadap peserta didik. Kemampuan berpikir kritis akan lebih baik jika ditanamkan kepada peserta didik sejak dini yaitu saat menduduki Sekolah Dasar.
Sekolah Dasar bertujuan mengembangkan kemampuan dasar, seperti membaca, menulis, berhitung, dan keterampilan dasar lainnya. Siswa Sekolah Dasar mengalami perkembangan dalam tingkat yang memerlukan stimulus untuk memahami pengetahuan yang diterimanya agar berpikir kritis dalam menerima pengetahuan dan memecahkan suatu masalah, karena dengan berpikir kritis siswa dapat membuat suatu keputusan atau kesimpulan yang masuk akal tentang apa yang mereka yakini atau mereka lakukan. Berpikir kritis menjadi salah satu cara yang digunakan untuk mengukur tingkat kognitif siswa, karena dalam proses berpikir kritis dibutuhkan kemampuan berpikir yang tinggi dan logis untuk menggabungkan beberapa kegiatan
5
belajar secara beriringan (Huda, 2013). Para ahli psikologi dan pendidikan semakin menyadari bahwa anak-anak di sekolah tidak hanya harus mengingat atau menyerap secara pasif berbagai informasi baru, melainkan mereka perlu berbuat lebih banyak dan belajar bagaimana berpikir secara kritis (Desmita, 2007). Tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide, termasuk di dalamnya melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan (Sapriya, 2011). Terdapat enam aspek kemampuan berpikir kritis yang meliputi interpretasi, analisis, menarik kesimpulan, evaluasi, eksplanasi, dan regulasi diri. Dalam interpretasi siswa mampu mengelompokkan permasalahan yang diterima sehingga mempunyai arti dan bermakna jelas (Facione, 1990).
Salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah model pembelajaran inkuiri (Haryanti, 2016). Ada empat tingkatan dalam inkuiri, yaitu inkuiri terkontrol, inkuiri terbimbing, inkuiri terencana, dan inkuiri bebas. Pada inkuiri terbimbing siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dikemukakan oleh guru di bawah bimbingan intensif dari guru (Anam, 2015).
Tingkat inkuiri yang cocok di jenjang Sekolah Dasar adalah inkuiri terbimbing. Peneliti memilih model pembelajaran inkuiri terbimbing yang sesuai dengan subjek penelitian.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki karakteristik, yaitu:
(1) siswa mengembangkan kemampuan berpikir, (2) sasarannya adalah mempelajari proses mengamati dan generalisasi, (3) guru mengontrol bagian
6
tertentu dari pembelajaran, (4) setiap siswa membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi, (5) kelas sebagai laboratorium pembelajaran, (6) generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa, dan 7. guru memotivasi siswa untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya (Anam, 2015). Pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki tujuh langkah, yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi (Anam, 2015).
Melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Perangkat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri ini telah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya. Peneliti terdahulu yang relevan telah dilakukan oleh Triyuni (2019). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti berupa silabus, LKPD, dan RPPH memiliki silabus dengan kualifikasi baik.
Penelitian lain dilakukan oleh Ayuningtyas (2015). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa validitas perangkat pembelajaran berkategori baik, tingkat keterbacaan buku ajar siswa dan lembar kegiatan siswa berkategori baik, keterlaksanaan RPP berkategori baik, aktivitas siswa menunjukkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, respon siswa positif terhadap proses pembelajaran. Erdiah (2020) melakukan penelitian tentang perangkat pembelajaran berbasis proyek pada pokok bahasan suhu dan kalor untuk melatih keterampilan proses sains dan tingkat penguasaan materi suhu dan
7
kalor dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis proyek.
Ketercapaian keterampilan proses sains peserta didik pada kelas eksperimen mencapai 86,07% dan penguasaan materi ditinjau dari presentase peserta didik di kelas eksperimen yang mencapai KKM sebesar 96,87%.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, tidak banyak penelitian yang mengembangkan perangkat pembelajaran daring, telah diungkapkan oleh peneliti bahwa yang dibutuhkan oleh guru Sekolah Dasar adalah RPPH yang berbasis daring pada masa Covid-19 ini, karena pendidikan di Indonesia diwajibkan untuk melakukan proses pembelajaran secara online. Sehingga SD Negeri Condongcatur membutuhkan perangkat pembelajaran daring.
Berdasarkan permasalahan dan kebutuhan di atas, peneliti ingin mengembangkan perangkat pembelajaran daring dengan melakukan penelitian R&D yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Daring pada Tema 7 Subtema 2 Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Kelas III SD Negeri Condongcatur”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan, maka dirumuskan masalah penelitian pengembangan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran daring dalam subtema Perangkat Teknologi Produksi Sandang untuk siswa kelas III SD Negeri Condongcatur ?
8
2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran daring dalam subtema Perangkat Teknologi Produksi Sandang untuk siswa kelas III SD Negeri Condongcatur ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengembangkan perangkat pembelajaran daring dalam subtema Perangkat Teknologi Produksi Sandang untuk siswa kelas III SD Negeri Condongcatur.
2. Untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran daring dalam subtema Perangkat Teknologi Produksi Sandang untuk siswa kelas III SD Negeri Condongcatur.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat dan berguna untuk berbagai pihak, diantaranya adalah bagi guru, siswa, sekolah, dan peneliti.
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Memberikan bekal perangkat pembelajaran untuk mengimplementasikan pembelajaran daring dengan model pembelajaran inkuiri yang mempengaruhi berpikir kritis siswa sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran di sekolah.
9 2. Bagi Siswa
Memperoleh pengalaman belajar menggunakan pembelajaran inkuiri yang mempengaruhi berpikir kritis pada diri siswa.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat menjadi referensi dan pengetahuan baru mengenai perangkat pembelajaran daring dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri yang berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis diri siswa sehingga dapat diterapkan di sekolah.
4. Bagi Peneliti
Memberikan pengetahuan dalam penerapan perangkat pembelajaran daring dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis sehingga dapat menjadi bekal untuk masa depan.
E. Definisi Operasional
1. Perangkat pembelajaran adalah pedoman bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, di laboratorium ataupun di luar kelas.
2. Pembelajaran daring merupakan sebuah pembelajaran berbasis teknologi yang dapat dilakukan dengan tidak bertatap muka langsung, tetapi menggunakan platform yang dapat membantu proses belajar mengajar yang dilakukan meskipun jarak jauh.
10
3. Model pembelajaran inkuiri merupakan metode mengajar di mana murid dilatih menggunakan persoalannya sendiri terhadap sesuatu masalah yang dihadapi dan dilatih menyelesaikan persolan itu.
F. Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk yang dikembangkan oleh peneliti adalah sebagai berikut ini:
1. Aspek Tampilan Luar
a. Cover produk terdiri dari judul pengembangan perangkat pembelajaran daring yaitu perangkat pembelajaran daring pada tema 7 subtema 2 menggunakan model pembelajaran inkuiri untuk kelas III SD Negeri Condongcatur; nama penulis; logo universitas. Cover belakang berisi penjelasan model pembelajaran inkuiri dan biodata singkat penulis.
b. Produk dicetak dalam ukuran kertas A4 sedangkan sampul dicetak dengan kertas ivory 230 supaya terlihat kokoh.
c. Produk ditulis menggunakan theme font “times new roman” dengan spasi 1,5 supaya setiap bagian dalam RPP terlihat jelas.
d. Produk memuat banyak gambar-gambar berwarna agar produk tampak lebih menarik.
e. Daftar isi terdiri dari garis besar isi buku beserta nomor halaman.
11 2. Aspek Isi
a. Produk berisi perangkat pembelajaran seperti, silabus, program tahunan, program semester, dan RPPH.
b. Perangkat pembelajaran silabus untuk kelas III SD semester genap.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata pelajaran / tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.
c. Perangkat pembelajaran Program Tahunan (Prota) untuk kelas III SD semester gasal dan genap. Program Tahunan adalah rencana umum pelaksanaan pembelajaran muatan pelajaran berisi rencana penetapan alokasi waktu satu tahun pembelajaran. Program Tahunan dibuat sesuai dengan kalender pendidikan dari tahun 2020/2021.
Komponen-komponen dalam menyusun Program Tahunan: Identitas (antara lain muatan pelajaran, kelas, tahun pelajaran) dan format isian (antara lain tema, subtema, dan alokasi waktu). Program Tahunan terdapat 16 halaman.
d. Perangkat pembelajaran program semester (Prosem) untuk kelas III SD semester genap. Program Semester merupakan penjabaran dari program tahunan sehingga program tersebut tidak bisa disusun sebelum tersusunnya Program Tahunan. Program Semester dilihat melalui kelender pendidikan dari semester genap tahun 2020/2021.
12
Program Semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program Semester terdapat 7 halaman.
e. Komponen perangkat pembelajaran RPP disusun lengkap terdiri dari, 1) identitas RPP; 2) Kompetensi Inti; 3) Kompetensi Dasar, Indikator, dan tujuan pembelajaran; 4) pendekatan, model, dan metode; 5) alat dan bahan serta sumber belajar; 6) langkah pembelajaran; 7) penilaian; 8) rangkuman materi; 9) LKPD, 10) rubrik penskoran. Dalam subtema terdapat enam pembelajaran, sehingga menghasilkan enam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
f. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri terdiri dari orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan evaluasi.
g. Terdapat pendekatan scientific yang merupakan proses pembelajaran yang dirancang supaya peserta didik mengonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahap mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), menanya, pengamatan, menalar, dan mengomunikasikan (secara tertulis maupun lisan).
h. Mengandung pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Pendidikan karakter yang dikembangkan memuat aspek
13
spiritual dan aspek sosial. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan nilai-nilai pada setiap bidang studi dikembangkan, dieksplisitkan, dan dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari- hari.
i. Menerapkan siswa untuk berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skill (HOTS) yang meliputi tingkat taksonomi bloom pada C4 sampai C6. Pada tingkatan C4 kegiatan yang diterapkan siswa yaitu kegiatan menganalisis dapat dilakukan dengan kegiatan memilih, membandingkan, menguraikan, dan lain-lain. Sedangkan tingkatan C5, siswa melakukan kegiatan mengevaluasi yang dapat dilakukan dengan kegiatan mengkritik, memeriksa, menilai, membuktikan, dan lain-lain. Pada tingkkat C6, siswa melakukan kegiatan mencipta yang dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan merumuskan, merencanakan, memproduksi, membuat hipotesis, mendesain, menciptakan, dan lain-lain.
j. Menerapkan keterampilan critical thinking and problem solving skill (kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah), communication skill (kemampuan berkomunikasi), collaboration (kemampuan bekerja sama), creativity and innovation skill (kemampuan kreativitas dan inovasi).
3. Aspek Kebahasaan
a. Produk disusun menggunakan Bahasa Indonesia yang baku.
14
b. Produk menggunakan kalimat-kalimat sederhana yang akan mempermudah pembaca untuk memahami.
c. Produk disusun sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
15 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II ini berisi kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.
A. Kajian Pustaka 1. Teori Belajar
Belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi antara subyek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan kebiasaan yang bersifat relatif konstan atau tetap baik melalui pengalaman, latihan maupun praktik (Khairani, 2014:5). Teori belajar yang mendukung penelitian ini adalah teori belajar konstruktivisme.
Teori belajar konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern (Agus, 2013:33). Dengan memiliki sifat membangun maka dapat diharapkan keaktifan dari pada siswa akan meningkatkan kecerdasannya. Dalam teori belajar konstruktivisme, terdapat teori perkembangan kognitif oleh Jean Piaget dan teori pembelajaran sosial oleh Lev Semyonovich Vygotsky. Dua teori tersebut merupakan bagian dari teori belajar konstruktivisme yang mendukung dalam penelitian ini.
16 a. Teori Perkembangan Kognitif
Perkembangan adalah suatu proses yang kekal menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar yang bersifat tetap dan tidak dapat berulang kembali (Monks, 1998).
Perkembangan merujuk pada bagaimana orang tumbuh, menyesuaikan diri, dan berubah sepanjang perjalanan hidup mereka, melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional, perkembangan kognitif, dan perkembangan bahasa. Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan (Patmonodewo, 2008:27).
Salah satu pencetus teori perkembangan kognitif adalah Jean Piaget (1896-1980). Jean Piaget adalah seorang biolog, tetapi dia dikenal karena karyanya tentang pengembangan kognisi (George, 2007:479). Piaget menyatakan bahwa anak-anak secara aktif membangun pemahaman mengenai dunia dan melalui empat tahap perkembangan kognitif. Empat tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget (dalam Asrori, 2011:28) yaitu: 1) Tahap Sensori Motoris: Tahap ini anak berusia 0-2 tahun, pada tahap ini segala perbuatan dan pertumbuhan ditandai dengan kecenderungan wujud
17
dari proses pematangan aspek sensori-motoris yang jelas dan interaksi anak dengan lingkungannya dilakukan melalui perasaan dan otot-ototnya dengan cara melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan, dan perlahan mengkoordinasikan tindakannya, 2) Tahap Praoperasional: Tahap ini anak berusia 2-7 tahun, pada tahap ini semua perbuatan tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsur perasaan, kecenderungan ilmiah dan sikap yang diterima di dapat dari lingkungan dan orang-orang terdekat. Pada tahap ini anak bersifat egosentris sehingga kadangkala menimbulkan masalah dengan lingkungannya termasuk orang tua dan berinteraksi dengan orang lain, anak lebih cenderung sulit memahami pandangan orang lain dan lebih banyak mengutamakan pandangannya sendiri. Selain itu saat berinteraksi dengan lingkungannya anak kurang bisa membaca kesempatan dan masih berpikiran bahwa pandangannya yang benar, tetapi pada tahap ini pandangan yang dilihat sendiri oleh anak dan mampu menyimpan kosa kata dan menggunakannya dalam kebutuhan mereka, seperti bahasa, membaca dan bernyanyi. Jika orang tua atau terdekat dengan anak berbahasa yang baik dengan anak, akan menimbulkan akibat yang baik dalam perkembangan bahasa pada anak, 3) Tahap Operasional Konkret: Tahap ini usia anak 7-11 tahun. Pada tahap ini sudah mulai menyesuaikan diri dan mulai berkembang rasa ingin tahu dengan lingkungannya serta interaksi dengan lingkungan
18
maupun keluarga sudah semakin berkembang dengan baik dan egosentris sudah mulai berkurang, menerima dan menjelaskan pemikiran-pemikiran orang lain. Pada tahap ini juga anak sudah mulai memahami hubungan fungsional karena sudah menguji coba suatu permasalahan, 4) Tahap Operasional Formal: Tahap ini usia anak 11 tahun ke atas. Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir logis dan mewujudkan keseluruhan dalam pekerjaannya. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga mendukung dalam penyelesaian tugasnya. Interaksi dengan lingkungannya sudah luas dan mulai berusaha berinteraksi dengan orang dewasa. Arti simbolik sudah dapat dipahami dan dimengerti oleh anak.
Piaget menekankan bahwa adanya proses yang sangat penting dalam perkembangan anak yaitu skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, keseimbangan dan equilibrium. Skema yang dimaksud oleh Piaget adalah kelompok tindakan atau pikiran yang serupa dan terorganisasi, yang digunakan secara berulang dalam rangka merespon lingkungan. Seiring berjalannya waktu, skema- skema yang dimiliki anak akan dimodifikasi melalui pengalaman, dan menjadi terintegrasi satu sama lain (Ormrod, 2009:41). Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit.
19
Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini (Yudrik, 2011:119).
Dalam proses pembentukan skema yang lebih baik, anak mengalami asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang telah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar dapat masuk ke dalam skema yang telah ada sebelumnya. akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang telah ada (Yudrik, 2011:120). Organisasi merupakan pengelompokan perilaku dan pikiran yang terisolasi ke dalam sistem yang lebih tinggi. Perkembangan organisasi ini secara terus-menerus merupakan bagian inheren dari perkembangan. Seiring berjalannya waktu, anak akan berpindah dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran berikutnya. Mekanisme perpindahan tersebut dinamakan sebagai ekuilibrium (Suparno, 2012:32). Ekuilibrium merupakan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga dapat meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan ekuilibrium, yaitu berupa keadaan
20
seimbang antara struktur kognisi dan pengalamannya di lingkungan.
Individu akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian tersebut (Yudrik, 2011:120).
Ketika anak menghadapi situasi baru yang tidak bisa dijelaskan dengan pengaturan diri yang sudah ada, anak mengalami sensasi disekuilibrium yang tidak menyenangkan. Disekuibilirium merupakan keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi.
Ketika anak merasa tidak seimbang dan tidak nyaman maka anak akan berusaha menuju kondisi yang seimbang (ekuilibrium).
Perpindahan dari disekuilibrium menuju ekuilibrium disebut ekuilibrasi (Suparno, 2012:32). Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tetapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Berikut merupakan bagan tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget:
Gambar 2.1 Proses Perkembangan Kognitif
21
Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan (Yudrik, 2011:113), yaitu: 1) memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memerhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud, 2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan, anak didorong menentukan sendiri pengetahuan ini melalui interaksi spontan dengan lingkungan, 3) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengansumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan ini berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu, guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas dalam kelas yang terdiri dari individu- individu kedalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal, 4) mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan tidak dapat
22
dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.
b. Teori Pembelajaran Sosial
Teori konstruktivisme didukung oleh teori Vygostky.
Vygotsky adalah seorang psikolog berkebangsaan Rusia yang meyakini bahwa orang-orang dewasa di masyarakat mendorong perkembangan kognitif anak secara sengaja dan sistematis.Vygotsky menekankan lingkungan sosial sebagai penentu perkembangan individu. Interaksi dengan lingkungan dan teman sebaya akan meningkatkan perkembangan intelektual (Schunk, 2012). Hal ini selaras dengan teori pembelajaran sosial yang dikemukakan oleh Lev Semyonovich Vygotsky (1895-1934). Teori belajar kontruktivisme merupakan teori belajar yang menghasilkan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang kita alami secara langsung.
Konstruktivisme menganggap bahwa pengetahuan terbangun melalui pengalaman siswa dalam menghadapi sejumlah fenomena atau fakta alami (Suparno, 2012). Siswa akan memahami materi pelajaran jika diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Kegiatan belajar dalam teori belajar konstruktivisme memandang bahwa setiap siswa membentuk pemahaman melalui apa yang mereka pelajari sendiri dari suatu pengetahuan maupun keterampilan (Schunk, 2012). Faktor sosial seperti lingkungan sekolah, rumah, guru, orang tua dan teman sebaya
23
akan memberikan pengaruh pada proses belajar anak. saat ini pembelajaran tidak dapat lepas dengan lingkungan sosial yang ada.
Maka faktor sosial merupakan penentu yang penting bagi terlaksananya pembelajaran yang bermakna.
Teori perkembangan kognitif Vygotsky berkaitan dengan kemampuan dalam mengkonstruksi berbagai pengalaman aktual hasil interaksi individu dengan lingkungan di sekitarnya (Jamaris, 2013:141). Banyak proses berpikir yang kompleks berakar pada interaksi sosial. Saat anak memperbincangkan berbagai objek, peristiwa, tugas, dan masalah dengan orang-orang dewasa atau individu berpengetahuan, anak secara berangsur-angsur menggabungkan ke dalam pikiran mereka. Seiring waktu, anak perlahan-lahan menginternalisasikan arahan kepada diri meraka sendiri (Ormord, 2008:57). Pengetahuan dapat diperoleh siswa melalui pengalaman yang didapatkan secara langsung dengan lingkungan sekitarnya melalui interaksi sosial.
Teori konstruktivisme juga didukung oleh teori dari Piaget.
Piaget mengemukakan bahwa perkembangan anak yang bermakna akan membangun struktur kognitifnya untuk memahami dan menanggapi pengalaman dalam lingkungannya. Anak secara tidak sadar akan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya yang berasal dari pengalaman yang didapatkannya dalam lingkungannya. Kegiatan pembelajaran harus menekankan
24
pentingnya peran pengalaman bagi anak, atau interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya misalnya menggunakan permainan yang mendukung struktur kognitif anak (Suparno, 2012). Siswa dalam pembelajarannya harus aktif, karena dengan siswa aktif dapat mempengaruhi tingkat perkembangan siswa. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran inkuiri yang dapat membuat siswa lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar.
2. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran merupakan hal yang harus disiapkan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang disusun oleh guru dapat dijadikan acuan untuk melihat sejauh mana kelancaran guru dalam mengajar di kelas (Trianto, 2010). Perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran menjadi pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik, di kelas, laboratorium atau di luar kelas (Zuhdan, 2011:16). Perangkat pembelajaran memuat silabus, buku ajar, sumber, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), instrument assessment, dan media pembelajaran (Akbar, 2013). Disini peneliti hanya memuat silabus, prosem, prota, dan RPPH dalam perangkat pembelajaran.
25 a. Silabus
Silabus adalah rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat. Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar (Majid, 2009).
Silabus merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran. Silabus digunakan untuk menyebutkan suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kemampuan dasar yang ingin dicapai, dan pokok- pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam mencapai standar kompetensi dan kemampuan dasar.
Silabus yang baik harus memiliki unsur-unsur yang lengkap, karena unsur tersebut merupakan satu kesatuan dan saling terkait.
Pada umumnya suatu silabus paling sedikit harus mencakup unsur- unsur sebagai berikut (Majid, 2009); 1) tujuan mata pelajaran yang akan diajarkan, 2) sasaran-sasaran mata pelajaran, 3) keterampilan yang diperlukan agar dapat menguasai mata pelajaran tersebut dengan baik, 4) urutan topik-topik yang diajarkan, 5) aktivitas dan sumber-
26
sumber belajar pendukung keberasilan pengajaran, 6) berbagai teknik evaluasi yang digunakan.
Penyusunan silabus juga harus terdiri dari komponen- komponen yang sesuai. Menurut Akbar (2013:8), terdapat 7 komponen silabus yaitu sebagai berikut: 1) identitas mata pelajaran:
berisi nama sekolah, mata pelajaran/tema, kelas/semester, 2) standar kompetensi: kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai tingkat dan/atau semester, 3) kompetensi dasar: kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, 4) materi pokok: materi pembelajaran yang harus dipelajari sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar, 5) kegiatan belajar mengajar (KBM):
pengalaman belajar peserta didik, 6) indikator pencapaian kompetensi:
penanda perubahan nilai, pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku yang dapat diukur, 7) taksonomi bloom sebagai rujukan pengembangan indikator dan tujuan pembelajaran: untuk menjabarkan kompetensi dasar menjadi indikator, komponen silabus tersebut merupakan satu kesatuan atau saling berkaitan yang harus ada dalam silabus.
b. Program Tahunan dan Program Semester
Kemendikbud dalam Surat Pengantar Distribusi Panduan Penilaian di SD (2016: 34,36) membuat bagan penilaian pengetahuan dan keterampilan. Bagan tersebut menunjukkan bahwa program
27
tahunan (prota) dan program semester (prosem) dibuat pada tahap perencanaan. Program tahunan adalah rencana umum pelaksanaan muatan pelajaran berisi rencana penataan alokasi waktu dalam satu tahun pembelajaran. waktu efektif dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 200 hari dan paling banyak 245 hari. Prota dipersiapkan dan dikembangkan sebagai dasar pengembangan program berikutnya seperti: prosem, silabus, dan RPPH. Komponen dalam prota terdiri dari identitas (satuan pendidikan, kelas, semester) dan format isian (tema, subtema, alokasi waktu).
Langkah perancangan prota sebagai berikut: 1) menelaah jumlah tema dan subtema pada suatu kelas, 2) menandai hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu efektif pada kalender akademik yang terdiri dari jeda tengah semester, jeda akhir semester, libur akhir semester, libur akhir semester tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, hari libur khusus, dan kegiatan satuan pendidikan, 3) menghitung jumlah minggu belajar efektif (MBE) dalam 1 tahun, 4) mendistribusikan alokasi waktu MBE ke dalam subtema.
Kemendikbud dalam Surat Pengantar Distribusi Panduan Penilaian di SD (2016:38) menuliskan bahwa program semester (prosem) merupakan penjabaran dari program tahunan sehingga program tersebut tidak bisa disusun sebelum tersusunnya program tahunan. Prosem berisi garis besar mengenai hal yang akan
28
dilaksanakan dalam semester tersebut. Pada umumnya prosem berisikan identitas (satuan pendidikan, kelas atau semester, tahun pelajaran) dan format isian (tema, subtema, pembelajaran ke-, alokasi waktu, bulan yang terinci per-minggu, dan keterangan yang berisi tanggal pelaksanaan pembelajaran.
Langkah perancangan prosem sebagai berikut: 1) menelaah kelender pendidikan dan ciri khas satuan pendidikan berdasarkan kebutuhan tingkat satuan pendidikan, 2) menandai hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu pelajaran efektif, dan waktu pembelajaran efektif (per minggu). Hari libur meliputi; jeda tengah semester, jedah antar semester, liburan akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari libur besar nasional, hari libur khusus, dan kegiatan khusus satuan pendidikan, 3) menghitung jumlah hari belajar efektif (HBE) dan jam belajar efektif (JBE) setiap bulan dan semester dalam 1 tahun, 4) menghitung jumlah jam pembelajaran (JP) sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada struktur kurikulum yang berlaku 5) mendistribusikan alokasi waktu yang disediakan untuk suatu subtema serta mempertimbangkan waktu untuk penilaian serta review materi.
Dari paparan di atas bahwa dalam pembuatan prota dan prosem harus dilakukan secara runtut sebelum tahun pelajaran baru dimulai. Diawali dengan membuat prota kemudian dilanjutkan dengan pembuatan prosem. Dalam pembuatan prota dan prosem harus
29
memperhatikan minggu belajar efektif dalam satu tahun dan jam belajar efektif di setiap minggunya.
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
1) Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
Rencana pembelajaran adalah perencanaan yang dibuat oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran yang di dalamnya terdapat strategi yang akan digunakan untuk memberikan materi.
Struktur rencana pembelajaran terdiri dari tiga bagian yaitu: a) pembuka, yang isinya yaitu identitas, b) isi, yang dibagi menjadi apersepsi, strategi mengajar, prosedur aktivitas, teaching aids, sumber belajar, dan proyek, c) penutup, terdiri dari rubrik penilaian dan komentar guru. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang diterapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus (Trianto, 2012:108). Penyusunan RPPH dilakukan oleh guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru diwajibkan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum melakukan kegiatan pembelajaran agar dapat tercapai sesuai tujuan pembelajaran. Penyusunan RPPH dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud
30
agar RPPH telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran (Permendikbud, 2014).
2) Prinsip Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
Prinsip pengembangan RPPH terdapat dalam Permendikbud Nomor 81A 2013 yang menyebutkan bahwa RPPH dapat dikembangkan guru dengan memperhatikan silabus dan menyesuaikan kondisi pendidikan, meliputi kemampuan awal siswa, minat, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai dan/atau lingkungan siswa yang mampu mendorong partisipasi aktif sesuai dengan tujuan kurikulum 2013. Penyusunan RPPH akan sangat baik jika disesuaikan dengan prinsip pengembangannya. RPPH yang dikembangkan akan sangat bermanfaat bagi siswa jika disesuaikan dengan materi yang dibutuhkan oleh siswa.
Langkah-langkah pengembangan RPPH (Akbar, 2013) adalah a) identifikasi masalah pembelajaran di kelas melalui review literatur, observasi kelas, dan telaah dokumen terkait dengan RPPH yang ada dan digunakan di lapangan oleh guru, b) analisis kurikulum dengan menganalisis standar isi meliputi kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran, c) menyusun draf RPPH berdasarkan landasan teoritik dan standar proses, d) validasi ahli untuk mengetahui
31
kesesuaian draf RPPH dengan landasan teoritik penyusunan RPPH menggunakan instrumen validasi, e) merevisi draf RPPH berdasarkan validasi ahli sehingga menghasilkan draf RPPH yang baik dan sesuai dengan teori, f) melakukan uji coba RPPH dalam praktik pembelajaran di kelas. Kemudian guru melakukan validasi untuk mengetahui keterterapan RPPH. Bersamaan dengan hal tersebut, dilakukan validasi audience oleh siswa untuk mengetahui keefektifan RPPH dalam mencapai target pembelajaran, g) melakukan revisi berdasarkan uji coba terbatas.
Berdasarkan uji coba, analisis efek pembelajaran dan keterbatasan RPPH, melakukan revisi berdasarkan uji coba terbatas akan menghasilkan RPPH yang lebih baik dan efektif untuk pembelajaran.
3) Kriteria Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Suatu RPPH dikatakan baik apabila memiliki kriteria sebagai berikut (Akbar, 2013), a) terdapat rumusan tujuan pembelajaran yang jelas, lengkap, disusun secara logis, dan mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi, b) deskripsi materi jelas, sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, dan perkembangan keilmuwan, c) pengorganisasian materi pembelajaran jelas cakupan materinya meliputi kedalaman dan keleluasaannya, sistematik, runtut, dan sesuai dengan alokasi waktu, d) sumber belajar sesuai dengan perkembangan siswa,
32
materi, dan lingkungan, e) ada skenario pembelajaran (awal, inti, akhir) secara rinci, legkap dan langkah pembelajarannya mencerminkan metode/model pembelajaran yang digunakan, f) langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan, menggambarkan metode dan media yang digunakan, memungkinkan siswa terlibat secara optimal, memungkinkan terbentuknya dampak pengiring, memungkinkan terjadinya proses inkuiri bagi siswa, dan alokasi waktu tiap langkah, g) teknik pembelajaran, sesuai tujuan pembelajaran, mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif, memotivasi, dan berpikir aktif, h) tercantum kelengkapan RPP berupa prosedur dan jenis penilaian sesuai tujuan pembelajaran, ada instrumen penilaian yang bervariasi (tes dan non-tes), serta rubrik penilaian.
3. Metode Pembelajaran Daring
Metode pembelajaran daring merupakan sebuah pembelajaran berbasis teknologi yang dapat dilakukan dengan tidak bertatap muka langsung, tetapi menggunakan platform yang dapat membantu proses belajar mengajar yang dilakukan meskipun jarak jauh. Tujuan dari adanya pembelajaran daring ialah memberikan layanan pembelajran bermutu dalam jaringan yang bersifat terbuka untuk menjangkau peminat ruang belajar agar lebih banyak dan lebih luas (Abdul, 2019:82).
Perkembangan Teknologi informasi memiliki pengaruh besar terhadap perubahan dalam bidang pendidikan pada masa pandemik saat ini.
33
Teknologi dapat dimanfaatkan dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Dengan adanya teknologi memberikan banyak pengaruh positif terhadap pembelajaran. Ada beberapa aplikasi yang juga dapat membantu kegiatan belajar mengajar. Misalnya whastapp, zoom, web blog dan lain-lain.
4. Pembagian Materi
Materi pembelajaran yang dikembangkan oleh penelitian ini adalah Tema Perkembangan Teknologi yang merupakan tema ke tiga dalam semester dua kelas 3 SD. Tema ini terdiri dari 4 subtema, yaitu: (a) Perkembangan Teknologi Produksi Pangan, (b) Perangkat Teknologi Produksi Sandang, (c) Perkembangan Teknologi Komunikasi, (d) Perkembangan Teknologi Transportasi. Materi dalam tema ini memuat topik Perkembangan Teknologi yang mengaitkan antar muatan pelajaran.
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan subtema yang kedua, yaitu Perangkat Teknologi Produksi Sandang.
Subtema Perangkat Teknologi Produksi Sandang adalah subtema yang kedua dalam tema Perkembangan Teknologi. Dalam tema ini materi yang terkandung dikaitkan dengan Perkembangan Teknologi sandang.
Ada lima muatan pelajaran, yaitu PPKn, Matematika, Bahasa Indonesia, SBdP, dan PJOK. Secara garis besar materi pada muatan PPKn mempelajari keberagaman karakeristik, matematika mempelajari simetri lipat dan simetri putar pada bangun datar, Bahasa Indonesi mempelajari tentang teks cerita, SBdP mempelajari dinamika gerak tari, PJOK
34
mempelajari gerak dasar mengambang dan meluncur di air serta menjaga keselamatan diri atau orang lain dalam aktivitas air.
5. Model Pembelajaran Inkuiri
a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Inkuiri pada hakekatnya bertujuan untuk membimbing anak didik agar dapat mencari sesuatu oleh dan untuk dirinya sendiri (Barlia, 2006:27). Inkuiri merupakan metode mengajar dimana murid dilatih mengemukakan persoalannya sendiri terhadap sesuatu masalah yang dihadapi dan dilatih menyelesaikan persoalan itu. Guru tidak memberi tahu kepada murid apakah penyelesaian masalah itu benar atau salah, melainkan bagaimana caranya guru membimbing proses penyelesaian masalah tersebut sehingga murid dapat mengetahui sendiri kebenaran atau kesalahan hasil penyelesaian tersebut. Dalam pendekatan pembelajaran inkuiri, siswa dirancang untuk terlibat dalam melakukan inkuiri, terpusat pada siswa dan siswa menjadi aktif (Mudjiono, 2002:173).
Model pembelajaran inkuiri membuat siswa tidak lagi berada dalam lingkup pembelejaran telling science akan tetapi didorong
35
hingga bisa doing science (Anam, 2015:8). Tiga ciri pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri yaitu: 1) menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, 2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang ditanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief), 3) mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Hosnan, 2014:341).
b. Macam–Macam Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri mempunyai tiga macam cara (Mulyana, 2006), yaitu: 1) inkuiri terpimpin (Guide inquiry) yaitu peserta didik memperoleh pedoman sesuai yang dibutuhkan.
Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Dalam pelaksanaannya, sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru, peserta didik tidak merumuskan masalah. Petunjuk mengenai cara penyusunan dan mencatat data dibuat oleh guru, 2) inkuiri bebas (free inquiry), dalam hal ini peserta didik melakukan penelitian bebas sebagaimana seorang ilmuan, metodenya adalah setiap peserta didik dilibatkan dalam kelompok tertentu, setiap kelompok mempunyai tugas yang sesuai. Misalnya ada koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatatan dan mengevaluasi data, 3) inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free
36
inquiry) pada pembelajaran inkuiri ini guru hanya sebagai pemberi masalah atau problem, kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Salah satu faktor yang menentukan penggunaan model pembelajaran inkuiri agar berjalan dengan baik dan tepat sasaran adalah tingkat usia dan kemampuan kognitif siswa. Pembelajaran kelas III SD lebih tepat menggunakan guided inquiry karena siswa masih membutuhkan bimbingan dan pengarahan dari guru. Guru dalam guided inquiry memiliki peran sebagai scaffolding yang membantu siswa dalam melewati langkah-langkah eksperimen sehingga nantinya siswa mampu melangkah dari zone of actual development menuju zone of potential development.
c. Manfaat Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri dianggap sebagai model pembelajaran yang unggul dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari manfaat model pembelajaran inkuri. Berikut adalah manfaat dari model pembelajaran inkuiri (Hanafiah, 2009:79), 1) membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif, 2) peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya, 3) dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar