• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 DINAMIKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA

A. Aspek Perencanaan Pembangunan Desa

Bab 5

ASPEK-ASPEK PENTING PENDUKUNG

KAPASITAS PEMERINTAHAN DESA

ada Bab ini akan diuraikan beberapa hal penting terkait dengan peningkatan kapasitas pemerintahan desa, yang meliputi aspek perencanaan pembangunan desa, pengelolaan keuangan desa, penyusunan kebijakan desa, kepemimpinan kepala desa, dan manajemen pelayanan desa. Elaborasi terhadap aspek-aspek tersebut merujuk pada temuan-temuan lapangan sebagaimana telah dituangkan pada Bab IV. Dengan demikian, pembahasan pada Bab ini merupakan kristalisasi dari Bab sebelumnya.

A. Aspek Perencanaan Pembangunan Desa

UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa perencanaan

pembangunan terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh kementrian/lembaga dan perencanaan pembangunan oleh daerah sesuai dengan kewenangannya. Rencana Pembangunan terdiri atas: (a) Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), (b) Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan (c) Rencana Pembangunan Tahunan (RKP). Dalam konteks pembangunan daerah dikenal RPJP Daerah, RPJM Daerah dan RKP Daerah.

RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 tahun yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada rencana pembangunan jangka panjang nasional. Sedangkan RPJM Daerah merupakan

P

penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang penyusunannya perpedoman pada RPJP Daerah, dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, stratejik pembangunan daerah; kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam rangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) adalah rencana pembangunan desa yang disusun oleh pemerintah desa bersama masyarakat untuk jangka waktu pelaksanaan antara 3 s/d 5 tahun, untuk era saat ini RPJMDesa dapat diidentikkan dengan Rencana Strategis Desa (Renstrades) yang menggambarkan kebijakan maupun kegiatan pembangunan di desa, Rencana pembangunan ini

tersusun dengan tetap memperhatikan kemampuan dalam

menyediakan dana dan pemanfaatan sumberdaya pembangunan yang ada.

Terdapat beberapa alasan yang menjadi latar belakang perlunya menyusun RPJM Desa, yaitu:

a. Muara seluruh pembangunan adalah masyarakat di desa, masyarakat perlu ditempatkan sebagai subyek pembangunan, disamping sebagai obyek pembangunan yang diharapkan selalu berperan aktif guna memecahkan permasalahan masyarakat secara mandiri;

b. Seluruh rangkaian kegiatan pembangunan perlu dilakukan dengan tetap mengedepankan upaya pemberdayaan masyarakat;

c. Perencanaan pembangunan desa yang disusun secara terpadu dengan melibatkan unsure pemerintah desa dan elemen masyarakat lainnya hendaknya mencerminkan tindakan sesuai kebutuhan dan aspirasi masyarakat;

d. Rencana pembangunan yang membutuhkan dana yang besar, perlu mempertimbangkan jangka waktu yang diperlukan dalalm penyelesaiannya, disamping itu perlu pula dipertimbangkan berbagai konsekuensi-konsekuensi yang akan dihadapi masyarakat serta faktor-faktor yang mempengaruhi operasionalisasinya;

e. Perlu dijaga kesinambungan program antara rencana pembangunan jangka menengah dengan rencana pembangunan tahunan.

Tujuan RPJMDes :

a. Agar desa memiliki dokumen rencana pembangunan yang berkesinambungan dalam kurun waktu 3 s/d 5 tahun dengan menyelaraskan kebijakan pembangunan Kecamatan maupun Kabupaten;

b. Sebagai dasar/pedoman kegiatan pembangunan desa; c. Sebagai masukan penyusunan RAPBDes;

d. Disusunnya rencana pembangunan jangka waktu 3 s/d 5 tahun yang dijabarkan dalam kegiatan rencana pembangunan tahunan.

Manfaat RPJMDes :

a. Lebih menjamin kesinambungan pembangunan;

b. Sebagai rencana induk pembangunan desa yang merupakan acuan pembangunan desa;

c. Pemberi arah seluruh kegiatan pembangunan desa;

d. Menampung aspirasi kebutuhan masyarakat yang dipadukan dengan program pembangunan dari pemerintah;

e. Dapat mendorong pembangunan swadaya dari masyarakat; Pokok-pokok Isi RPJMDes

a. Dasar kebijakan pembangunan tingkat Kecamatan dan Kabupaten/Kota;

b. Gambaran umum keadaan desa;

c. Gambaran arah kegiatan pembangunan desa selama 3 s/d 5 tahun; d. Jenis program/kegiatan yang akan dilakukan selama kurun waktu 3

s/d 5 tahun dilengkapi perkiraan volume, jumlah, sasaran waktu pelaksanaan dan perkiraan besarnya dana yang akan digunakan; e. Jenis kegiatan hasil identifikasi masyarakat melalui musrenbangdes,

baik yang dibiayai ataupun tidak dibiayai masyarakat dalam jangka pendek.

Tahapan Penyusunan RPJMDesa: a. Penyusunan Konsep

Tahap ini menjadi tanggungjawab dari LMD/sebutan lain dengan bimbingan pemerintah desa, penyusunan konsep dilakukan dengan menampung seluruh kegiatan pembangunan yang terpilih dari hasil pengkajian desa dengan cara memperkirakan waktu, lokasi dan biaya yang akan digunakan. Konsep tersebut kemudian diserahkan kepada Kepala Desa;

b. Penetapan RPJMDes.

Dilakukan melalui proses pembahasan dalam forum Badan Permusyawaratan Desa, hasil kesepakatan Pemerintah Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa dituangkan dalam Peraturan Desa.

RKP Desa adalah dokumen perencanaan untuk periode satu tahun. RKP Desa merupakan penjabaran dari RPJM Desa dan mengacu pada RKPD, memuat rancangan kerangka ekonomi desa, prioritas pembangunan desa, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Kaitan Perencanaan Pembangunan Nasional dengan

Perencanaan Pembangunan Desa:

 Melengkapi terhadap sistem perencanaan pembangunan nasional, maka berdasarkan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PP Nomor 72 dan 73 Tahun 2005 tentang Desa dan Kelurahan menjelaskan bahwa Pemerintah Desa dan Kelurahan diwajibkan menyusun Rencana Pembangunan Desa dan Kelurahan Jangka Menengah (RPJM Desa) dan Tahunan dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah (RKP Desa).  Penyusunan RPJM dan RKP Desa dilaksanakan secara partisipatif

dalam wadah Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang). Musrenbang berfungsi sebagai forum untuk menampung, mendapatkan, membahas aspirasi/usulan kegiatan serta memutuskan usulan prioritas kegiatan di tingkat Desa.

Ruang lingkup kegiatan dari perencanaan dan penganggaran pembangunan desa meliputi:

 Penyelenggaraan Musrenbang Desa;  Penyusunan RPJM Desa;

 Penyusunan RKP Desa;

 Penyusunan dan Penetapan APBDes;

 Implementasi program dan pengendalian program.

Perencanaan pembangunan partisipatif merupakan proses pengambilan keputusan secara kolektif untuk: (i) menganalisis peluang pengembangan dan merumuskan masalah yang dihadapi, (ii) mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki sekaligus merumuskan arah dan tujuan pembangunan yang diinginkan, (iii) merumuskan strategi pendayagunaan sumber daya yang ada maupun pengelolaan kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan suatu program.

Berkaca dari kegagalan pembangunan di masa lalu, maka pengelolaan pembangunan saat ini lebih berorientasi pada pengembangan partisipasi, artinya pihak-pihak yang terkait dan berkepentingan dengan tujuan yang akan dicapai diperansertakan dalam seluruh tahapan proses pengambilan keputusan pembangunan.

Fungsi perencanaan telah diakui menjadi gerbang utama implementasi pembangunan desa. Hal ini nampak pada beberapa produk perencanaan yang diterbitkan pemerintah provinsi dan dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota. Beberapa produk perencanaan yang telah dan maíz dilaksanakan oleh pemerintah daerah antara lain:

Tabel. 5.1

Beberapa Contoh Perencanaan Pembangunan Desa

No. Daerah Produk Perencanaan Keterangan 1. Kota

Jayapura-Provinsi Papua RESPEK – Rencana Strategis Pembangunan Kampung

Rencana pembangunan kampung untuk 5 tahunan, didukung dana otsus sebesar Rp 100 juta rupiah per tahun. 2. Provinsi Kepulauan Riau P3DK – Program Percepatan Pembangunan Desa/Kelurahan Dilaksanakan setiap tahun, ditujukan untuk pembangunan

infrastruktur, didukung dana APBD Provinsi sebesar Rp 500 juta per tahun

3. Provinsi Sulawesi

Tenggara Pembangunan Kesejahteraan

Masyarakat – Bahtera Mas

Bantuan untuk pemerintahan desa sebesar Rp 100 juta per tahun (pencanangan oleh Gubernur Sultra pada ulang tahun ke-44 Prov Sultra

4. Provinsi Kalimantan Tengah

PM2L – Program Mamangun dan Mahaga Lewu

Program ini

diperuntukkan bagi pemerintah desa. Tiap kabupaten menunjuk 3

No. Daerah Produk Perencanaan Keterangan desa. Intinya, PM2L ini merupakan kegiatan ”keroyokan” oleh SKPD yang dilakukan untuk mempercepat

penyelesaian

pemerintahan desa. 5. Provinsi Jawa Timur Gerdu Taskin – Gerakan

Terpadu Pengentasan Kemiskinan

Tidak ada penjelasan

6. Provinsi Sumatera

Barat 7 agenda pemberdayaan desa Salah satu agenda: Memberdayakan Nagari sebagai Basis Pembangunan. 1. Peningkatan Keampuan Pemerintaan Nagari 2. Penataan Administrasi, Keuangan dan Aset Nagari 3. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dan Perantau Dalam Pembangunan

Sumber: Hasil Kajian PKKOD LAN, 2008 (Diolah).

Dari keenam program tersebut nampak jelas bahwa kesemuanya memerlukan kemauan politik (political will) yang besar dari para pimpinan daerah untuk mewujudkannya. Persoalannya dalam konteks perencanaan pembangunan, apakah keberadaan program-program tersebut telah melalui proses perencanaan yang benar/perencanaan partisipatif? Karena sebuah perencanaan dikatakan partisipatif apabila:

 Masyarakat diberikan peluang menyampaikan aspirasi, masalah maupun usulan pengembangan potensi secara terbuka dan kritis dalam pengambilan keputusan.

 Ada keterpaduan antara masyarakat, pemerintah dan pemeran pembangunan lainnya dalam memfasilitasi pemberdayaan komunitas secara intensif dan berkesinambungan.

 Tujuan dari perencanaan pembangunan harus lebih cenderung

kepada pemandirian masyarakat dan bukan pada

ketergantungan pada pihak lain.

 Masyarakat memperoleh manfaat optimal, karena program yang dihasilkan benar-benar mencerminkan permasalahan, kebutuhan dan potensi keswadayaan lokal.

 Bertumpu pada kemampuan dan dimulai dari mendayagunakan sumber-sumber lokal.

Mencermati ciri-ciri perencanaan partisipatif, beberapa program pembangunan pedesaan sebagaimana tersebut di atas dapat dikatakan belum memenuhi persyaratan sebagai perencanaan partisipatif, karena lebih merupakan kebijakan politis yang bersumber dari inisiatif kepala daerah. Namun demikian, sebagai sebuah produk perencanaan, pelaksanaan program-program tersebut mungkin telah mampu memberikan perbaikan bagi pemerintah dan masyarakat pedesaan.

Dengan demikian, kemauan politik yang kuat dari pimpinan puncak – terlepas dari partisipatif maupun tidak – merupakan factor penting dalam perencanaan pembangunan, termasuk pembangunan desa. Pertanyaannya adalah, mengapa perlu perencanaan partisipatif? Perencanaan yang partisipatif diperlukan agar pengelolaan pembangunan desa dapat berjalan secara efektif, efisien, optimal, berkelanjutan dan kesetaraan.

 Efektif: pembangunan bisa dilakukan secara tepat sasaran dan tepat program karena didukung identifikasi masalah dan prioritas agenda pembangunan yang sesuai dengan karakteristik kebutuhan dan masalah yang dihadapi.

 Efisien: pengelolaan pembangunan bisa berlangsung secara efisien dan dapat dihindari pemborosan dana, karena mampu mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal.

 Optimal: pembangunan berhasil optimal karena didukung oleh kemitraan dari berbagai pihak melalui kerjasama secara tarpadu maupun peningkatan keterbukaan dan pebertanggungjawaban.  Kesetaraan: pengembangan partisipasi dapat menumbuhkan

sikap untuk bekerja bersama dan berperan setara antar para pemeran pembangunan, terutama antara pemerintah, masyarakat dan kalangan swasta.

 Berkelanjutan: partisipasi menumbuhkan rasa memiliki sehingga menumbuhkan peranserta masyarakat untuk memelihara, melestarikan dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai.

Upaya mewujudkan perencanaan partisipatif dalam pembangunan desa sebenarnya telah tersedia dalam sebuah forum

yakni Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa

(Musrenbangdes). Musrenbangdes dilaksanakan dalam rangka menyusun RPJMDes dan RKPDes, dengan aktivitas sebagaimana bagan berikut:

Bagan. 5.1 Aktivitas Musrenbangdes

PRJMDes & RKPDes

LKD RT/RW LPMD BPD MUSRENBANG DESA MUSRENBANG DESA

Sumber: Panduan Teknis Perencanan dan Penganggaran, APMD Yogyakarta, 2008

Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa aktivitas Musrenbangdes melibatkan semua komponen pemerintahan desa seperti BPD (Badan Permusyawaratan Desa), LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa), Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD), serta RT/RW. Permasalahannya adalah apakah pelibatan seluruh komponen tersebut telah memenuhi aspek substantive? Hal ini disebabkan pelibatan komponen pemerintahan desa tersebut seringkali hanya sebatas formalitas. Artinya, keterlibatan seluruh

komponen tersebut tidak akan menghasilkan produk perencanaan yang mencerminkan keinginan para pihak yang terlibat.

Dengan demikian, selain kemauan yang kuat dari pimpinan keberadaan program-program pembangunan juga memerlukan sebuah perilaku „taat azas‟ terhadap tahapan Musrenbangdes. Prinsip taat azas tersebut hendaknya dilakukan terhadap seluruh tahapan dan agenda Musrenbangdes, sehingga pimpinan akan mendapatkan informasi yang akurat mengenai rencana program yang akan dilaksanakan. Dari sini diharapkan, apa pun yang diputuskan oleh pimpinan benar-benar merupakan program yang sesuai dengan harapan masyarakat.

Terakhir, sesuai dengan penjelasan di atas bahwa partisipasi menumbuhkan rasa memiliki dan menumbuhkan peranserta masyarakat untuk memelihara, melestarikan dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai, maka keberlanjutan (sustainability) sebuah perencanaan menjadi sesuatu hal yang penting. Sebagai contoh: Agustin Teras Narang (Gubernur Kalimantan Tengah) telah menginisiasi PM2L (Program Mamangun Mahaga Lewu-Membangun dan Menjaga Desa), akan tetapi karena program ini tidak masuk melalui mekanisme perencanaan partisipatif bisa jadi tidak akan diteruskan oleh gubernur penggantinya. Demikian pula apa terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan program Bahtera Mas-nya mungkin tidak akan mampu bertahan apabila tidak dilakukan melalui perencanaan partisipatif.

Oleh karena itu, dari uraian tersebut dapat disimpulkan beberapa hal penting dalam aspek perencanaan yang dapat mendukung kapasitas adalah:

 kemauan yang kuat dari pimpinan puncak (top leader) dalam hal ini kepala daerah/kepala desa,

 ketaatan atau taat azas terhadap tahapan Musrenbangdes, dan  keberlanjutan program perencanaan (sustainability).

Tabel. 5.2

Program Peningkatan Kapasitas Perencanaan Pembangunan Daerah

No. Masalah Solusi/Program Peningkatan Kapasitas 1. Minimnya jumlah

perangkat desa yang memahami penyusunan perencanaan

 Bimbingan teknis perencanaan dan pembangunan

 Melibatkan pihak ketiga (ahli perencanaan pembangunan) dalam penyusunan perencanaan desa

2. Minim (tidak ada) pendapatan asli desa, sehingga penyusunan perencanaan tidak dapat dilakukan dengan baik.

Bimbingan teknis peningkatan PADes

3. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam

penyusunan perencanaan

Pelibatan seluruh komponen masyarakat untuk mewujudkan perencanaan partisipatif 4. Usulan kegiatan dari desa

kadang-kadang tidak sesuai dengan prioritas pemerintah Kabupaten yang diputuskan dalam musrenbangdes;

Optimalisasi pelaksanaan Musrenbangdes

5. Perencanaan masih dilakukan secara terpisah-pisah

Penyusunan perencanaan yang terintegrasi dan berkesinambungan (sustainability)

Sumber: Hasil Kajian PKKOD, 2008 (diolah).

Pengelolaan perencanaan pembangunan desa diharapkan

mampu menumbuhkan peranserta masyarakat untuk

memanfaatkan, memelihara, melestarikan dan mengembangkan program-program pembangunan.

a. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Desa, merupakan musyawarah dari segenap pemeran pembangunan pada level Desa untuk menyepakati rencana pembangunan. Kegiatan Musrenbang dilaksanakan dalam rangka menyusun RPJM maupun RKP Desa;

Agenda Musrenbang Penyusunan RPJM Desa

 Perumusan aspirasi visi-misi dengan Teknik Menggagas Masa Depan (Future Search).

 Merumuskan isu-isu strategis pembangunan dengan cara

membahas kompilasi usulan rencana strategis

pembangunan hasil penggalian gagasan sabelumnya.

 Membahas dan merumuskan skala prioritas program strategis pembangunan yang dipandang penting, mendesak, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa.

 Merumuskan prioritas gugus kegiatan secara realistik sebagai bentuk penjabaran skala prioritas program strategis.  Menggagas peluang swadaya masyarakat yang dapat

didayagunakan untuk rencana realisasi kegiatan pembangunan desa secara swakelola. Menggagas berbagai alternatif bantuan fasilitasi yang dibutuhkan untuk mendukung prioritas kegiatan yang diusulkan.

 Oleh karena banyaknya agenda yang harus dibahas dan disepakati, pelaksanaan Musrenbang dapat dilaksanakan lebih dari satu kali.

Fungsi Musrenbang dalam penyusunan RPJM Desa

 Membahas isu-isu strategis berupa prioritas permasalahan dan prioritas pengembangan potensi yang harus dilaksanakan oleh desa setidaknya lima tahun ke dapan,

berdasarkan hasil pengkajian potensi dan masaluh yang telah dilaksanakan sebelumnya.

 Membahas dan merumuskan visi dan misi pembangunan desa berdasarkan hasil penggalian aspirasi pada forum-forum di bawahnya baik yang dilakukan oleh BPD melalui kegiatan penyerapan aspirasinya, maupun oleh LKMD, RT-RW maupun organisasi kemasyarakatan desa lainnya.

 Membahas program-program strategis yang perlu direalisasikan secara berkelanjutan dalam rangka mencapai visi-misi yang telah ditetapkan.

Fungsi Musrenbang dalam penyusunan RKP Desa

 Menampung dan menetapkan prioritas kebutuhan masyarakat yang diperoleh dari musyawarah perencanaan pada tingkat di bawahnya.

 Menetapkan prioritas kegiatan desa yang akan dibiayai melalui Alokasi Dana Desa yang berasal dari APBD Kabupaten maupun sumber pendanaan lainnya.

 Menetapkan prioritas kegiatan yang akan diajukan yang selanjutnya akan dibahas pada Musrenbang Kecamatan.  Musrenbang Tahunan dilaksanakan dengan memperhatikan

rencana pembangunan jangka menengah Desa, kinerja implementasi rencana tahun berjalan serta masukan dari

nara sumber dan peserta yang menggambarkan

permasalahan nyata yang sedang dihadapi. b. Pemeran Pembangunan

Pemeran pembangunan adalah pihak-pihak yang memiliki pengaruh, yang peduli atau berkepentingan dalam mengatasi

masalah atau yang akan mengembangkan potensi maupun sasaran yang akan terkena dampak dari hasil musyarawarah.  Pemeran pembangunan di level desa pada dasarnya bisa

dibagi menjadi dua kategori, yakni: (i) pemeran primer, yakni mereka yang akan menjadi sasaran kegiatan, baik memperoleh dampak positif maupun negatif dari pelaksanaan kegiatan, (ii) pemeran kunci, yakni mereka yang akan terlibat menjadi pengelola kegiatan, (iii) pemeran sekunder, adalah pihak-pihak yang memiliki kepedulian sekalipun tidak berkaitan langsung dengan program, namun keberadaannya akan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu program. Pada umumnya sasaran adalah masyarakat itu sendiri. Sedangkan pemeran kunci biasanya bisa dari pelaksana program baik pada level desa maupun level di atasnya. Adapun pemeran sekunder adalah pihak-pihak yang memiliki keahlian, pengalaman, jaringan kerja sama maupun bantuan teknis yang bisa mendukung dan melengkapi prakarsa kreatif dari sasaran.

 Keberhasilan perumusan rencana pembangunan sangat

ditentukan seberapa jauh penetapan pemeran

pembangunan yang dilibatkan bisa dilakukan secara representatif dengan memperhatikan karakteristik dari isu/permasalahan yang akan ditangani.

c. Analisis dan penetapan pemeran pembangunan yang akan diiibatkan dalam penyusunan rencana dan anggaran pembangunan:

 Daftarkan semua “pemeran pembangunan” yang memiliki kaitan dengan rencana pembangunan.

 Tuliskan kepentingan mereka (yang tertutup maupun yang terbuka) dalam kaitannya dengan proyek dan tujuannya. Perhatikan bahwa setiap “pemeran pembangunan” dapat memiliki beberapa tujuan.

 Selanjutnya lakukan penilaian guna menentukan tingkat kepentingan untuk melibatkan mereka dan tingkat pengaruh dari masing-masing baik positif maupun negatif terhadap rencana program.

 Dari penilaian akan diperoleh empat kategori pemeran pembangunan yakni: (1) pemeran pembangunan yang posisinya penting terhadap program, namun pengaruhnya rendah. Dalam hal ini perlu inisiatif khusus untuk melindungi kepentingan mereka. Kelompok masyarakat rentan yang menjadi sasaran program biasanya masuk dalam kategori ini, (2) pemeran pembangunan yang penting posisinya sekaligus memiliki pengaruh yang tinggi terhadap rencana program. Dalam hal ini perlu dibina hubungan kerja yang baik untuk memastikan keberhasilan rancana pembangunan yang akan dilaksanakan, (3) pemeran pembangunan yang posisinya tidak terlalu penting terhadap rencana program. Namun mereka memiliki cukup pengaruh terhadap keberhasilan program. Kelompok ini potensial menjadi sumber resiko. Untuk itu perlu tindakan antisipasi, pemantauan dan perlakukan yang tepat untuk mereka agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap rencana program, (4) Kelompok yang memiliki kepentingan dan pengaruh yang rendah. Keberadaan kelompok ini bisa diabaikan. Sekalipun

kepada mereka perlu dilakukan pemantauan secara terbatas.

 Susunlah kategori pemeran pembangunan (terutama kategori 1-3) dalam suatu matrik dan rumuskan rencana tindakan yang diharapkan kepada segenap pemeran pembangunan tersebut dari mulai aktifitas pengkajian potensi dan masalah, perencanaan pembangunan, implementasi, monitoririg evaluasi, pertanggung jawaban dan pelestarian program.

Mengapa perlu analisis pemeran pembangunan? Karena pemeran pembangunan merupakan pihak-pihak yang memiliki kekuatan, posisi penting dan pengaruh terhadap program atau rencana pembangunan. Analisis Pemeran Pembangunan dalam penyusunan RPJM Desa ini penting untuk dilaksanakan karena akan digunakan sebagai dasar untuk penetapan sasaran, pelaku, pengelola maupun mitra-mitra peduli yang akan berperan dalam pengelolaan pembangunan.

Penetapan sasaran kegiatan dalam RPJM perlu dianalisis, demi memastikan bahwa rencana induk pembangunan desa benar-benar akan memprioritaskan peningkatan kesejahteraan, keadilan dan kemandirian dari kelompok masyarakat yang miskin dan marginal maupun memiliki potensi yang bisa ditingkatkan.

Penetapan pengelola dan pelaku kegiatan dan program perlu dianalisis secara akurat agar mampu dipilih orang yang memiliki kemampuan dan integritas profesional sehingga implementasi rencana pembanginan kelak akan berhasil optimal. Sedangkan pengkajian pemeran pembangunan dari mitra-mitra peduli penting dilaksanakan dalam rangka pengembangan kerjasama

kemitraan secara tepat dan saling menguntungkan demi mendorong optimalisasi pencapaian tujuan.

d. Penyusunan RPJM Desa

Sistematika Dokumen RPJM Desa

 Sistematika Dokumen Perencanaan Desa terdiri dari:

 Bab I: PENDAHULUAN. Bagian ini menjelaskan: (i) latar belakang perlunya dilaksanakan perencanaan jangka menengah desa, (ii) gambaran kelemahan dan kekurangan pada proses perencanaan masa lalu dalam bentuk review perencanaan, (iii) metode penyusunan rencana partisipatif, (iv) berbagai kaidah hukum yang bisa digunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Pembangunan Desa.

 Bab II: PROFIL DESA. Profil ini antara lain meliputi: (i) karakteristik wilayah, (ii) karakteristik penduduk, (iii) gambaran potensi unggulan desa, (iv) kondisi infrastruktur yang mendukung rencana pengembangan, (v) gambaran modal sosial lokal yang bisa didayagunakan maupun informasi relevan lainnya yang dapat menggambarkan kondisi dan potensi desa, (vi) review terhadap kelebihan dan kelemahan program/proyek yang pernah dilaksanakan di desa.

 Bab III: VISI DAN MISI. Bagian ini menjelaskan VISI sebagai rumusan harapan yang ingin dicapai oleh masyarakat desa pada lima tahun mendatang. Sedangkan MISI mengandung rumusan upaya yang akan digunakan sebagai pedoman untuk merealisir program guna mewujudkan visi yang diinginkan bersama.

 Bab IV: ISU STRATEGIS PENANGGULANGAN MASALAH DAN PENGEMBANGAN POTENSI. Bagian ini mencoba menggambarkan permasalahan kunci yang dihadapi berikut prioritas penanggulangan masalah serta gambaran potensi unggulan beserta prioritas rencana pengembangan potensi unggulan desa.

 Bab V: PROGRAM PEMBANGUNAN DESA. Bagian ini memaparkan gugus program yang dikelompokkan ke dalam bidang bidang, misalnya: bidang pembangunan ekonomi, pemenuhan kebutuhan dasar pendidikan, kesehatan, pembangunan sarana dan prasarana fisik dan sebagainya. Program yang disusun merupakan upaya untuk menjawab isu strategis dan tema pengembangan yang dipilih dan akan direalisasikan setiap tahun selama lima tahun ke depan. Biasanya bagian ini disusun dalam bentuk matrik program.

Gugus program adalah himpunan kegiatan-kegiatan yang saling terkait berdasarkan satu sasaran pokok pembangunan, yang apabila dilaksanakan secara terpadu, bertahap dan berkelanjutan akan menjamin pencapaian sasaran pokok pembangunan.

 BAB VI: KAIDAH PENGELOLAAN DAN INDIKATOR KINERJA. Bagian ini memaparkan pola pangelolaan kegiatan atau gugus program beserta indikator pencapaian yang ditargetkan dalam setiap kegiatan atau gugus program.

Dokumen terkait