BAB 3 METODOLOGI KAJIAN
C. Daerah Kajian
Bab 3
METODOLOGI KAJIAN
A. JENIS KAJIAN
Jenis kajian yang digunakan adalah deskriptif-eksploratif, yaitu bahwa kajian ini dilakukan untuk menggali dan menggambarkan tentang obyek kajian secara komprehensif. Obyek kajian yang dimaksud disini meliputi alasan-alasan suatu daerah dimekarkan, proses/mekanisme pemekaran, kriteria suatu daerah layak dimekarkan, dan implikasi pemekaran daerah terhadap pemerintah pusat.
B. METODE KAJIAN
Metode kajian yang digunakan adalah kualitatif, yakni metode kajian yang datanya lebih banyak berbentuk „kata-kata atau naskah‟ dibandingkan „angka‟. Namun demikian, metode ini tidak berarti anti angka-angka, karena dalam metode kualitatif dimungkinkan menggunakan data dalam bentuk angka.
C. DAERAH KAJIAN
Kajian ini telah dilaksanakan pada 9 (sembilan) provinsi di Indonesia, dimana setiap provinsi diasumsikan mewakili wilayah Indonesia Barat, Tengah dan Timur serta mewakili Pulau Jawa – Luar Jawa. Adapun untuk lokus luar negeri telah dilaksanakan di China. Dengan demikian lokus kajian ini terdiri dari 10 (sepuluh) lokasi, sebagaimana tabel berikut :
Tabel. 3.1 Lokus Kajian
No. Provinsi/Negara Kabupaten 1. Provinsi Sumatera Barat Kabupaten Tanah Datar
Kabupaten Limapuluh Kota 2. Provinsi Jawa Timur Kabupaten Blitar
Kabupaten Malang 3. Provinsi Kalimantan
Tengah
Kabupaten Katingan Kabupaten Pulang Pisau 4. Provinsi NTB Kabupaten Lombok Barat
Kabupaten Lombok Timur 5. Provinsi Bali Kabupaten Badung
Kabupaten Gianyar 6. Provinsi Sulawesi
Tenggara
Kabupaten Konawe
Kabupaten Konawe Selatan 7. Provinsi Kepulauan Riau Kota Tanjung Pinang
Kota Bintan
8. Provinsi Papua Kabupaten Jayapura Kota Jayapura 9. Provinsi Riau Kabupaten Siak
Kabupaten Kampar
10. Republik Rakyat China Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Guangdong Guangdong Provincial Government Office Guangdong Provincial Development Planning Commission
The Authority of Guangzhou Subprovincial City
The Authority of Taishi Village di Distrik Fanyu
The Authority of Dongguan Municipal Government The Authority of Huangyong
Village di Zhongtang Town Sun Yat Sen University di
Zhuhai-Guangzhou
Alasan-alasan yang mendasari pemilihan lokus kajian adalah sebagai berikut:
1. Lokus di Dalam Negeri
Pemilihan lokus pada sembilan provinsi dilakukan atas dasar keterwakilan pulau-pulau besar dan kecil serta pembagian wilayah yang ada di Indonesia.
Objek Kajian di Dalam Negeri:
Objek kajian atau lebih tepatnya narasumber kajian di lingkungan provinsi meliputi Sekdaprov, Kepala Biro Pemerintahan, Kepala Bappeda, Kepala BPMD, dan Kepala Biro Organisasi. Sedangkan di lingkungan kabupaten (2 kabupaten per provinsi), narasumber kajian terdiri dari Sekda dan Kepala Bagian Pemerintahan serta 10 orang Kepala Desa atau yang mewakili.
*) plus Kepala Bappeda, Kepala Biro Organisasi, dan Kepala BPMD.
2. Lokus di Luar Negeri China
China selain sebagai negara terpadat di dunia dengan penduduk mencapai 1,3 milyar, dan secara geografis juga merupakan negara terbesar di Asia Timur dan ketiga terbesar di dunia. Republik Rakyat Tiongkok (d/h Republik Rakyat China) atau yang biasa dikenal dengan China memiliki penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 210 juta. Oleh karena itu, pemerintah
Sekdaprov 10 Kepala
Desa per Kabupaten Kepala Biro
Pemerintahan*) Kepala Bagian Pemerintahan
Wawancara Mendalam
Diskusi Kelompok
China menyadari pentingnya sektor pertanian dalam meningkatkan perekonomian negaranya. Hal tersebut nampak pada terbitnya berbagai kebijakan yang pro pertanian, seperti 30 Year Use Right Policy dan The Western China Agro Ecological Village Development (WCAEVD). Dalam 30 Year Use Right Policy, para petani dijamin haknya oleh pemerintah untuk mengolah lahan pertanian selama 30 tahun, tanpa diintervensi untuk kebijakan sektor lainnya. Dengan kata lain, petani memiliki waktu yang cukup untuk mengembangkan dan mengembalikan modal yang telah diinvestasikannya. WCAEVD adalah sebuah program pembangunan yang difasilitasi oleh REAP (Resource Efficient Agricultural Production), yang berbasis di Canada. Program yang dilaksankaan di tiga negara (Filipina, China, dan Gambia) ini ditujukan untuk menciptakan pembangunan pedesaan yang berkesinambungan (sustainable rural development). Selain wilayah barat China yang tengah melakukan upaya pemberdayaan ekonomi desa-desanya, wilayah yang sedang dan telah melakukan upaya pemberdayaan desa-desa diwilayahnya dan telah berhasil menjadi sentra-sentra pertumbuhan ekonomi pada basis rural development adalah wilayah timur China.
Dari uraian tersebut di atas, terlihat bahwa pemerintah China memberikan perhatian yang serius dalam pembagunan pedesaan. Untuk itu, tim kajian memandang perlu melakukan benchmark ke negara tersebut.
Berdasarkan pada hal tersebut, lokus yang diplih di China adalah dibeberapa desa di Provinsi Guangdong dengan ibukotanya di Guangzhou. Provinsi Guangdong ini terletak di pesisir pantai yang berhadapan langsung dengan Laut China Selatan. Daerah ini membentang sepanjang 4300 km. Guangdong ini merupakan tanah kelahiran Dr. Sun Yat Sen, yang dikenal luas sebagai pencetus China
modern. Guangdong berbatasan dengan Provinsi Fujian di sebelah tenggara, dengan Provinsi Jiangxi dan Provinsi Hunan di sebelah utara, dengan daerah otonomi Guangxi di sebelah barat, dan di sebelah selatan berbatasan dengan daerah administratif khusus Hongkong dan Macau.
Alasan pemilihan Provinsi Guangdong sebagai lokus kajian :
1) Guangdong adalah provinsi terpadat di China sejak Tahun 2005 dengan populasi mendekati 84 juta dan tingkat kepadatan penduduk 497 orang/Km2. Pemerintah Guangdong telah berhasil menghadapi krisis ekonomi, sehingga saat ini Guangdong merupakan salah satu provinsi terkaya di China dengan GDP pada tahun 2006 sebesar 2,60 Trilyun Yuan (US$ 329,07 Billion). Kenyataan ini menjadi daya tarik bagi penduduk provinsi lain di China untuk bermigrasi ke Guangdong. Tercatat sedikitnya 30 juta migran domestik setiap tahunnya membanjiri Guangdong. Para migran ini tersebar di perkotaan maupun di pedesaan sebagai tenaga kerja. Menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji bagaimana pemerintah Provinsi Guangdong memberdayakan desa-desanya di tengah derasnya arus migrasi dari dari provinsi lainnya.
2) Saat ini Provinsi Guangdong tengah menjadi perhatian kebanyakan masyarakat dunia dan China karena provinsi ini tengah berkembang pesat sektor pertaniannya sebagai daerah penghasil beras terbesar di China. Selain itu, Guangdong juga terkenal dengan perkembangan ilmu kedokterannya yang memadukan ilmu kedokteran modern dan tradisional China. Guangdong juga merupakan pusat pertumbuhan pertanian skala besar, yang berada di daerah pedesaan provinsi tersebut.
Sehingga pertumbuhan ekonomi pada level desa mampu menopang pertumbuhan ekonomi pada skala nasional.
3) Selain itu tipikal desa di Guangdong, tidak saja agraris tetapi juga desa industri. Sehingga, selain sektor agrobisnis, desa-desa di Guangdong juga berpotensi di sektor industri peralatan rumah tangga, bahan baku industri elektronik, tekstil, makanan dan pengobatan. Berdasarkan hal tersebut, keberadaan desa di Guangdong tidak saja mampu berkembang sebagai sentra agrobisnis tetapi juga sentra desa industri.
4) Secara struktural pemerintahan, keberadaan desa di Guangdong juga menarik karena di satu sisi ada desa-desa yang masuk dalam level subprovinsi di bawah distrik, namun di sisi lain ada pula desa yang berada di dalam kewenangan prefecture, dimana desa itu berada di bawah otoritas level county.
5) Mempertimbangkan alasan-alasan tersebut di atas, maka PKKOD memandang perlu untuk melakukan patok duga (benchmark) pada lokus kajian di RRT dalam rangka Kajian Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa.
6) Terkait dengan pemilihan lokus di China dengan Provinsi Guangdong sebagai lokasi patok duga, maka selanjutnya dipilih dua lokus setingkat prefecture, yakni: Guangzhou (dengan status sub provincial city) dan Dongguan. Desa yang dipilih di Guangzhou adalah Taishi di Distrik Fanyu. Sedangkan desa yang dipilih di Dongguan adalah Huangyong, yang terletak di Kota Zhongtang. Dipilihnya kedua desa tersebut di atas, karena hal-hal sebagai berikut :
Desa Taishi di Distrik Fanyu, merupakan desa tradisonal (agrobisnis) yang berpenduduk 2.075 Jiwa. Desa ini terkenal
dengan gerakan demokrasi lokal-nya dalam hal pemilihan kepala desa secara langsung.
Desa Huangyong di Kota Zhongtang, berpenduduk tetap 8343 jiwa, merupakan tipikal desa industri. Desa ini dibajiri oleh migran domestik dari provinsi lain sebanyak 20.000 jiwa pertahunnya, yang terserap sebagai tenaga kerja di sektor industri yang banyak terdapat di Desa Huangyong. Oleh Pemerintah Provinsi Guangdong, desa ini dinobatkan sebagai ”The Hygienic Village” dan ”Safe and Civilized Community Village”. Selain itu desa ini juga dinobatkan sebagai ”Villagers’ Autonomous Model Government” pada tahun 2002.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka kedua desa tersebut dipilih dikarenakan telah memperlihatkan keberhasilan dalam upaya peningkatan kapasitas pemerintah desa baik yang sudah berlangsung seperti yang terjadi di Desa Huangyong maupun yang sedang berlangsung sebagaimana terjadi di Desa Taishi.
Objek Kajian di China :
Objek pada lokus kajian di RRC adalah pada :
1) Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Guangdong 2) Guangdong Provincial Government Office
3) Guangdong Provincial Development Planning Commission 4) The Authority of Guangzhou Subprovincial City
5) The Authority of Dongguan Municipal Government 6) The Authority of Taishi Village di Distrik Fanyu
7) The Authority of Huangyong Village di Zhongtang Town 8) Sun Yat Sen University di Zhuhai-Guangzhou.
Tabel.3.2
Jadual Pelaksanaan Kajian Ke China
Hari ke- Obyek Kajian
1 Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Guangdong 2 Guangdong Provincial Government Office
Guangdong Provincial Development Planning Commission
3 The Authority of Guangzhou Subprovincial City The Authority of Taishi Village di Distrik Fanyu 4 The Authority of Dongguan Municipal Government
The Authority of Huangyong Village di Zhongtang Town 5 Sun Yat Sen University di Zhuhai-Guangzhou
Pelaksanaan kajian telah dilaksanakan sesuai dengan jadual yang telah direncanakan sebagaimana tersebut di atas.