• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 PENUTUP

B. Rekomendasi

B. REKOMENDASI

Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, dari kajian ini dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:

1. Secara umum, penyelenggaraan pemerintahan desa di Indonesia memerlukan penanganan lebih optimal menyangkut 3 aspek: kelembagaan, SDM Aparatur Desa, dan Ketatalaksanaan/ Manajemen.

2. Secara legal-formal, perlunya mempertahankan pola penyelenggaraan pemerintahan desa yang menghormati hak asal-usul dan adat istiadat masyarakat setempat seperti yang berlaku saat ini. Oleh karena itu, jika amandemen UU No. 32 Tahun 2004 benar-benar akan dilakukan dan menempatkan pemerintahan desa dalam undang-undang tersendiri, maka bentuk pengaturannya diharapkan masih tetap mengakomodir adat-istiadat masyarakat setempat. Inisiasi amandemen terhadap UU No. 32 Tahun 2004 memang sudah dilakukan, oleh karena itu LAN dapat berkontribusi dalam proses akselerasi amandemen undang-undang dimaksud. 3. Dalam hal kelembagaan desa, (1) perlunya melakukan revitalisasi

peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, khususnya dalam penyusunan kebijakan desa. Revitalisasi juga dimaksudkan sebagai jawaban atas keraguan dan tudingan sebagian pihak yang menyatakan kehadiran Badan Permusyawaratan Desa sebagai suatu kemunduran (set back) kelembagaan desa. Selanjutnya, dalam hal kelembagaan desa, (2) perlu penyederhanaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) di desa. Sebagaimana diketahui, saat ini banyak terdapat LPM di desa sebagai akibat pelaksanaan program-program dari Pemerintah, tetapi hal tersebut sesungguhnya tidak efisien karena ternyata

LPM tersebut digerakkan oleh orang-orang yang sama, kenapa tidak diintegrasikan saja?

4. Dalam hal SDM Aparatur Desa, (1) perlu meningkatkan kompetensi kepala desa dan perangkat desa. Kompetensi kepala desa dimulai sejak penjaringan calon kepala desa (kades) dalam pemilihan kepala desa (pilkades). Sedangkan untuk meningkatkan kompetensi perangkat desa dapat dilakukan melalui pelatihan maupun non pelatihan. Untuk itu, pemerintah kabupaten dan kecamatan dapat memberikan pelatihan dan bimbingan teknis (bimtek) yang diperlukan oleh pemerintahan desa. Hal ini juga dilakukan oleh Pemerintah China, dimana Pemerintah Town (: Kecamatan) melakukan training-training dan sosialisasi kepada pemerintah desa. Materi-materi pelatihan dan bimtek disusun sesuai dengan kebutuhan pemerintahan desa, sedangkan pemerintah kabupaten dan kecamatan hanya mempersiapkan materi yang diminta. Selain itu, (2) perlu segera merealisasikan kebijakan pengangkatan sekretaris desa (Sekdes) menjadi CPNS. Hal ini penting, mengingat demikian beratnya tugas dan fungsi Sekdes dalam kerangka implementasi PP No. 72 Tahun 2005, terutama terkait dengan pengelolaan keuangan desa (: pelaksanaan ADD).

5. Dalam hal ketatalaksanaan, perlu meningkatkan kapasitas pemerintahan desa dalam: perencanaan pembangunan dan penganggaran desa, pengelolaan keuangan desa, kepemimpinan kepala desa, penyusunan kebijakan desa, dan pelayanan desa. 6. Dalam perencanaan pembangunan dan penganggaran desa, (1)

perlu bimtek perencanaan pembangunan dan penganggaran desa partisipatif, yang melibatkan seluruh komponen penyelenggara pemerintahan desa. Hal ini dapat dilakukan melalui forum rembug desa yang merupakan forum rutin di tingkat pemerintahan desa dan

sebagai forum pra-Musrenbangdes. Dalam hal ini. Selanjutnya, (2) perlunya optimalisasi pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan desa (Musrenbangdes), dan (3) perlu inisiasi penyempurnaan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional agar dokumen perencanaan pembangunan desa terintegrasi dengan dokumen perencanaan pada level pemerintahan di atasnya.

7. Dalam pengelolaan keuangan desa, (1) perlu mengintensifkan sosialisasi peraturan perundangan tentang keuangan kepada pemerintahan desa, (2) perlunya konsistensi kebijakan pengelolaan keuangan, agar pemerintah desa tidak ”kebingungan” dalam mengimplementasikannya, (3) perlu segera melaksanakan kebijakan ADD Proporsional (ADDP), bukan ADD Minimal (ADDM) yang menafikan perbedaan karakteristik setiap desa. Dengan demikian pelaksanaan ADD tidak hanya menggunakan asas pemerataan tetapi menggunakan asas atau prinsip keadilan, dan (4) perlu bimtek-bimtek tentang pengelolaan keuangan desa.

8. Dalam kepemimpinan kepala desa, perlu meningkatkan kompetensi kepala desa melalui pelatihan atau bimtek yang relevan dan sesuai kebutuhan. Peningkatan kompetensi kepala desa diyakini mampu melahirkan inovasi dan kreativitas kepala desa sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan kualitas kepemimpinan yang bersangkutan.

9. Dalam penyusunan kebijakan desa, perlu menciptakan hubungan harmonis antara kepala desa dengan BPD. Selain itu, revitalisasi BPD sebagaimana diungkapkan di atas diharapkan dapat mendorong efektivitas dan efisiensi penyusunan kebijakan desa. Untuk itu, keberadaan legal drafter atau perangkat desa yang ”cukup” memahami penyusunan kebijakan menjadi penting

diperhatikan ke depan. Hal ini mengingat kenyataan bahwa banyak pemerintah desa yang memiliki inovasi dan kreativitas dalam rangka peningkatan pendapatan asli desa (PADes), sehingga perlu disusun dalam kerangka hukum yang benar.

10. Dalam pelayanan desa, (1) perlu secara terus-menerus meningkatkan kualitas pelayanan pemerintah desa, baik pelayanan yang bersifat internal maupun eksternal, baik fisik maupun administratif. Untuk menciptakan dan menjamin kualitas pelayanan maka perlu disusun standard operating procedures (SOP) sehingga akan terdapat kejelasan waktu dan biaya yang diperlukan. Selanjutnya, (2) dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa perlu pengadaan dan peningkatan sarana dan prasarana pemerintah desa.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Ardiwilaga, Anwar R., 1970, Pemerintahan Desa, Tarase, Bandung;

Asshiddiqie, Jimly, 2002, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan Ke-empat, Pusat Studi Hukum Tata Negara FH UI, Jakarta;

Bayu Surianingrat, 1976, Pemerintahan dan Administrasi Desa, Yayasan Beringin KORPRI Dept. Dalam Negeri, Jakarta;

Beratha, I Nyoman, 1982, Desa, Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa, Ghalia Indonesia, Jakarta;

Bintarto, R., 1983, Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya, Ghalia Indonesia, Jakarta;

Boeke, J.H., 1971, Batas-batas Dari Masyarakat Pedesaan di Indonesia, LP3ES, Jakarta;

Koentjaraningrat, 1964, Masyarakat Desa di Indonesia Masa Kini, Yayasan Badan Penerbit FE UI, Jakarta;

Maschab, Mashuri, 1992, Pemerintahan Desa di Indonesia, PAU Studi Sosial UGM, Yogyakarta;

Mubyarto, Sartono Kartodirdjo, 1988, Pembangunan Pedesaan di Indonesia, Liberty, Yogyakarta;

Ndraha, Taliziduhu, 2003, Ilmu Pemerintahan, Rineka Cipta, Jakarta;

_______________ , 1991, Dimensi-dimensi Pemerintahan Desa, Bumi Aksara, Jakarta;

Riggs, Fred W., 1985, Administrasi Negara-Negara Berkembang – Teori Masyarakat Prismatis, Rajawali Prees, Jakarta;

Sadu Wasistiono, 1996, Pengembangan Keorganisasian Pemerintah Desa (Disertasi), Universitas Pajajaran, Bandung;

Saparin, Sumber, 1986, Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa, Bumi Aksara, Jakarta;

Sartono Kartodiredjo, 1984, Kepemimpinan Dalam Dimensi Sosial, LP3ES, Jakarta;

Schumacher, E.F., 1979, Kecil Itu Indah-Ilmu Ekonomi Yang Mementingkan Rakyat Kecil, LP3ES, Jakarta;

Soeryono Soekanto, 1984, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, Rajawali Prees, Jakarta;

Soetardjo Kartohadikoesoemo, 1984, Desa, PN. Balai Pustaka, Jakarta Suhartono, 1991, Apanage dan Bekel-Perubahan Sosial di Pedesaan

Surakarta, Tiara Wacana, Yogyakarta;

________ , 2000, Parlemen Desa, Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta; Unang S., 1984, Tinjauan Sepintas Tentang Pemerintahan Desa dan

Kelurahan, Tarsito, Bandung;

Yuliati, Yayuk dan Mangku Purnomo, 2003, Sosiologi Pedesaan, Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta;

B. Dokumen

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 79 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2006 tentang Penetapan dan Penegasan Batas Desa;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa, dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tatacara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota Kepada Desa; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2006 Tentang

Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kelurahan;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 tentang Pedoman Administrasi Desa;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 Tentang Pedoman

Umum Tata Cara Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Kerjasama Desa.

Dokumen terkait