• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

PELUANG CURAH HUJAN TAHUNAN TERLAMPAU

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Kondisi Saat Ini Pertanian Perkotaan

5.1.1. Analisis Kondisi Aspek Lingkungan 1 Aspek Ekolog

5.1.1.3. Aspek Sosial

Apabila dilihat dari jenis pekerjaan yang ditekuni oleh para penduduk yang bermukim di wilayah DKI Jakarta, maka mata pencaharian penduduk yang berusaha dibidang pertanian tergolong rendah hanya sebesar 0,63% bila dibandingkan dengan lapangan pekerjaan lainnya seperti tertera pada Tabel 23. Ditinjau dari aspek pendidikan responden petani di wilayah DKI Jakarta, dominan usahatani pada lahan kering, maka pendidikan pada umumnya masih relatif rendah sekitar 44,71% jenjang SD/SR yang umumnya telah mencapai umur 50 tahun ke atas, SLTP sekitar 31,76% dan SLTA sekitar 18,82% yang telah mencapai umur pemuda. Tingkat pendidikan responden tertera pada Tabel 23.

Tabel 23. Tingkat pendidikan petani responden di wilayah DKI Jakarta.

No Pendidikan Jumlah Orang % 1. 2. 3. 4. SR/SD SLTP SLTA Universitas/PT. 38 27 16 4 44,71 31,76 18,82 4,71 Jumlah 85 100,00

Sumber : Hasil Survei (2011)

Melihat profesi atau pekerjaan responden petani di wilayah DKI Jakarta pada dominan usaha tani pada lahan kering, menunjukkan bahwa pekerjaan utama

sebagai petani sekitar 32,94%, petani sebagai pekerjaan sampingan sekitar 36,47%, sebagai wiraswasta sekitar 16,47% dan PNS/ABRI sekitar 14,12% tertera pada Tabel 24.

Tabel 24. Profesi atau pekerjaan petani responden di wilayah DKI Jakarta.

No Profesi/Pekerjaan Jumlah Orang % Keterangan 1. 2. 3. 4. Petani (Utama) Petani (Sampingan) Wira swasta PNS/ABRI 28 31 14 12 32,94 36,47 16,47 14,12

Dominan penggarap lahan, pekarangan dan berem jalan sebagai tempat usaha tanaman hias.

Jumlah 85 100,00

Sumber : Hasil Survei (2011) 5.1.1.4. Aspek Kelembagaan

Hasil tabulasi data dan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa petani sangat antusias membentuk kelompok tani guna menyongsong dukungan dana untuk penguatan modal melalui lembaga keuangan, baik berupa fasilitas kredit dari perbankan dan dari pemerintah yang berupa dana bergulir di kelompok tani. Keberadaan dan kondisi kelas kelompok tani tertera pada Tabel 25 dan 26.

Tabel 25. Kondisi kelas kelompok tani per kecamatan di wilayah DKI Jakarta.

No Kecamatan Kelas Kelompok Keterangan

Pemula Lanjut Madya Utama

1. Jagakarsa 15 3 1 - Rata-rata Kelompok

baru terbentuk untuk tanaman hias dan sayuran

2. Cipayung 4 1 1 -

3. Menteng 4 3 - -

4. Cilincing 14 16 2 -

5. Kembangan 16 3 - -

Jumlah 53 26 4 - Jumlah = 83 klota.

Sumber : Diskeltan (2010)

Perbandingan perkembangan kelas kelompok tani di setiap wilayah penelitian menunjukkan bahwa masih didominasi oleh kelas kelompok pemula dan lanjut dapat dilihat pada Tabel 25 dan Gambar 18. Data tersebut menunjukkan bahwa intensitas pembinaan relatif kurang yang disebabkan oleh pembina teknis di lapangan masih terbatas, bila dibandingkan dengan keberadaan kelompok tani dan luasnya wilayah binaan. Kondisi akhir tahun 2010 memperlihatkan jumlah tenaga

pembina bidang pertanian maupun sarana pendukung masih relatif kurang atau pada kondisi terbatas di wilayah DKI Jakarta.

Gambar 18. Perbandingan kelas kelompok pada setiap wilayah kecamatan DKI Jakarta.

Tabel 26. Data kelompok tani kecamatan lokasi sampel di wilayah DKI Jakarta. No. Wil.Kota dan

Kecamatan

Jumlah Kelompok

Tani

Jumlah

Anggota Jenis Usaha

Kelas Kelompok 1. Jakarta Selatan :

Jagakarsa*) 19 260 Tanaman buah, pasca panen, sayuran, tanaman toga, penangkar

Pemula, Lanjut 2. Jakarta Timur :

Cipayung*) 6 75 Pasca panen, toga, sayuran dan tanaman hias

Pemula, Pra Pemula dan lanjut 3. Jakarta Pusat :

Menteng*) 6 85 Pasca panen, tanaman hias,

toga. dan sayuran

Pemula, Lanjut 4. Jakarta Utara :

Cilincing*) 31 715 Padi, pasca panen, sayuran dan tanaman buah.

Pemula, Lanjut, Madya 5. Jakarta Barat :

Kembangan*) 19 385 Pasca panen, tanaman hias, sayuran

Pemula, Lanjut dan Madya Sumber : Diskeltan (2010)

Keterangan : *) = wilayah kecamatan sampel.

Sarana pendukung dan kelembagaan tani merupakan suatu wadah dalam mengkoordinasikan kegiatan pertanian di wilayah. Pembentukan kelompok tani dan keberadaan penyuluh (PPL), Juru Pengairan sangat dibutuhkan sebagai pembina teknis dilapangan. Kondisi lapang memperlihatkan belum memadai atau kurang

0 5 10 15 20

Jagakarsa Cipayung Menteng Cilincing Kembangan

Pemula Lanjut Madya Utama

keberadaanya utamanya tenaga teknis lapangan, fasilitas kinerja petugas serta wadah koordinasi. Upaya untuk meningkatkan kegiatan usaha tani di wilayah DKI Jakarta, maka diperlukan kebijakan tentang kelembagaan pertanian.

Tabel 27. Jumlah koperasi, P3A, PPL dan Juru pengairan di lokasi penelitian wilayah DKI Jakarta.

.

No

Jenis Kecamatan

Jagakarsa Cipayung Menteng Cilincing Kembangan Total

1. Jumlah Kel.Tani 19 6 7 32 19 83 2. PPL *) 2 1 1 1 1 5 3. Juru – Pengairan *) - - 1 - 1 4. KUD/Kios *) 1 - - 1 - 2 5. P3A *) - - - 1 1 6. BPP**) - - 1 - 1 2 7. Penangkar Benih Padi - - - 2 - 3

Sumber : Hasil survei (2011)

Keterangan : *) = Hanya yang bertugas dan berada di WKPP Kecamatan.

**) = BPP (Balai Penyuluhan Pertanian), adanya 1-2 unit per wilayah kota. 5.1.1.5. Aspek Teknologi

Berdasarkan hasil analisis kondisi penerapan teknologi baik paket maupun komponen teknologi oleh petani pada sistem usaha tani komoditas tertentu dapat dilihat pada Lampiran 27, 28, 29, 30 dan Tabel 28. Data tersebut memperlihatkan bahwa kondisi penerapan teknologi oleh petani dalam kondisi sedang dan mengarah ke kondisi baik.

Tabel 28. Rekapitulasi keragaan penerapan teknologi usaha tani dari masing-masing komoditas di wilayah DKI Jakarta.

No. Komoditas Usaha tani

Keragaan penerapan teknologi (%) Kisaran komponen Rata-rata Kondisi 1.

2. 3. 4. 5.

 Mangga dan Jambu air  Tanaman hias  Sayuran  Belimbing  Padi sawah 41,65 – 57,77 49,55 – 75,45 31,70 – 62,72 45,65 – 67,77 41,70 – 62,72 46,50 67,45 51,74 56,50 55,72 Sedang Baik Sedang Sedang Sedang Sumber : Hasil survei (2011)

Keterangan: Contoh jenis tanaman :

 Grup tanaman hias: Adenium, Aglonema, Anturium, Sikas, Palm, Euphorbia, Tricolor, Batavia, Kenanga, Cemara.

 Tanaman sayuran adalah sayuran daun (Sawi, Kangkung, Bayam, Chesim).

Hasil analisis penerapan teknologi khususnya belimbing, mangga dan jambu biji mencapai mencapai kondisi sedang. Data ini menunjukkan bahwa

komponen pemupukan, bibit tanaman dan komponen pengendalian hama utamanya lalat buah yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangannya.

Kondisi pengembangan penerapan teknologi komoditas tanaman hias pada kondisi sudah baik, namun yang masih perlu diperhatikan adalah teknologi pembibitan. Sebaiknya petani diberikan pelatihan atau penyuluhan teknik budidaya pembibitan atau perbanyakan tanaman hias di wilayah khususnya petani tanaman hias di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Pusat oleh instansi terkait. Pengelolaan sistem usaha tani tanaman hias dengan penerapan teknologi konservasi tanah dan air diperlukan biaya investasi yang cukup tinggi dalam aplikasinya, sehingga petani cenderung tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air. Salah satu contoh rekomendasi teknik konservasi pada pengembangan tanaman hias di wilayah Jakarta Barat tepatnya pada “laboratorium agribisnis Meruya” tertera pada Tabel 29. Masalah petani tanaman hias dalam implementasi paket teknologi adalah minimnya sumber modal usaha, sehingga diharapkan ada lembaga keuangan untuk menunjang modal usaha tani tanaman hias.

Tabel 29. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air pada masing-masing titik pengamatan di lokasi laboratorium agribisnis Meruya, Kec. Kembangan, Jakarta Barat.

Kode Penggunaan lahan Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air UL-7 Tanaman hias Embung/bangunan penampungan air limbah atau air

hujan, penataan bedengan tanaman searah kontur, penataan SPA.

UL-8 Tanaman hias Pengaturan arah aliran air, perbaikan saluran teras. UL-9 Tanaman hias Penanaman tanaman penguat teras, SPA, BTA, penataan

bedengan tanaman searah kontur, penataan SPA UL-10 Tanaman hias Pembuatan para-para untuk mengurangi evaporasi dari

kolam penampungan air, penataan SPA.

UL-11 Tanaman hias Perbaikan SPA dan BTA, penanaman rumput pada bagian yang terbuka.

Hasil pengamatan terhadap perkembangan penerapan jenis-jenis teknologi budidaya pertanian oleh petani pada sistem pot/polibek, sistem vertikultur, sistem hidroponik, sistem “babilonia” (panjatan dan menjalar pada bangunan) dan tanam langsung di pekarangan dan sawah umumnya pada kondisi sedang. Tabel 30 menunjukkan bahwa kondisi jenis dan penerapan teknologi sudah diketahui dan diterapkan pada umumnya, namun implementasi oleh petani masih relatif rendah.

Kondisi ini memberikan harapan atau peluang untuk dikembangkan secaraintensif atau moderen oleh masyarakat perkotaan dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30. Persentase tingkat penerapan berbagai jenis teknologi pada sistem usaha tani di wilayah DKI Jakarta.

No. Jenis Teknologi

Sistem usaha tani

Tingkat penerapan (%) Sayuran daun dan buah Tanaman buah Tahunan Tanaman Hias/ Anggrek 1. Sistem Pot/polibek. * * *** 30,00 2. Sistem Hidroponik * - - 8,50 3. Sistem “Babilonia” - - * 7,50 4. Sistem Vertikultur ** - * 19,00

5. Sistem Tanam Langsung * *** * 35,00

Sumber : Hasil survei (2011)

Berdasarkan pengamatan terhadap tingkat adopsi dan penerapan pengembangan pertanian input organik tentang pupuk organik, media tanam, teknik pengomposan oleh masyarakat tani di wilayah DKI Jakarta. Kondisi adopsi dan penerapan teknologi pertanian input organik dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Persentase tingkat penerapan teknologi pertanian input organik di wilayah DKI Jakarta

No. Jenis teknologi organik

Tingkat adopsi Tingkat

penerapan (%) Mengenal Mencoba Mengaplikasi/

melakukan 1. Pupuk Organik

(Cair dan Padat)

***** **** *** 55,00

2. Teknik Pengomposan

*** ** * 10,00

3. Media Tanam **** *** ** 35,00

Sumber : Hasil survei (2011)

Berdasarkan data penerapan teknologi pertanian input organik, nampak bahwa jenis pupuk organik, baik dalam bentuk cair maupun padat, telah banyak di aplikasikan oleh petani. Teknik pengomposan masih rendah, karena petani mengharapkan pupuk dan media yang sudah jadi dari luar lokasi. Diperlukan suatu kebijakan untuk pemanfaatan sumberdaya lokal yaitu sampah organik kota dalam membuat dan memproduksi pupuk, media tanam organik di lokasi usaha tani secara mandiri.