• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Payback Period (PP)

6.4 Aspek Sosial dan Lingkungan

Dalam menjalankan suatu proyek baik secara langsung maupun tidak langsung akan mendatangkan dampak bagi lingkungan sekitar. Dampak bagi lingkungan sekitar yang perlu dikaji adalah terkait dengan pengaruh dalam aspek sosial berupa peningkatan pendapatan dan perluasan tenaga kerja serta pengaruh terhadap aspek lingkungan mengenai dampak limbah proyek terhadap lingkungan.

6.4.1 Aspek Sosial

Dengan adanya kegiatan pengolahan jambu maka dibutuhkan pasokan bahan baku jambu biji yang kontinu. Hal ini akan lebih menguntungkan bagi petani jambu biji di Desa Kaliwungu karena akan ada tempat yang menampung hasil panen mereka. Jambu biji kualitas kedua atau grade B yang biasanya kurang laku terjual, sekarang ini dapat dijual melalui Gapoktan KUAT sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani jambu. Selain itu sebelum ada kegiatan pengolahan, harga jual jambu lokal paling tinggi Rp 800,00 per kg. Namun saat ini dapat mencapai Rp 1.250,00 yang kecil dan yang besar Rp 2.000,00; sedangkan untuk harga jambu getas mencapai Rp 4.000,00 s/d Rp 6.000,00 per kg.

Selain menguntungkan bagi petani, adanya kegiatan pengolahan ini juga ikut membuka lapangan pekerjaan. Untuk saat ini kegiatan pengolahan telah melibatkan pemuda tani Desa Kaliwungu sebanyak 4-6 orang. Diharapkan nantinya jika pengolahan jambu biji ini melakukan peningkatan produksi puree dan sari buah jambu biji maka dapat menampung tenaga kerja lebih banyak lagi.

6.4.2 Aspek Lingkungan

Adanya kegiatan pengolahan jambu biji hingga saat ini tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan sekitar proyek atau pabrik pengolahan. Limbah air dari dari pabrik dialirkan ke sungai, namun limbah ini tidak mencemari lingkungan sungai. Hal ini dikarenakan untuk proses pencucian segala peralatan tidak menggunakan sabun, hanya menggunakan air saja sehingga limbah air tersebut tidak mengandung bahan kimia berbahaya bagi lingkungan. Sedangkan selama proses produksi sendiri, hampir semua bagian jambu biji akan ikut terproses sehingga tidak menghasilkan limbah produksi.

80 Dilihat dari aspek sosial dan lingkungan, unit usaha pengolahan jambu biji ini layak untuk dijalankan. Usaha pengolahan ini tidak menghasilkan limbah yang berbahaya sehingga tidak memberikan dampak buruk bagi keseimbangan lingkungan sekitar proyek. Selain itu dengan adanya kegiatan pengolahan ini ikut meningkatkan pendapatan petani jambu biji di Desa Kaliwungu dan membuka kesempatan kerja bagi pemuda Desa Kaliwungu.

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

Analisis aspek finansial digunakan untuk membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek tersebut. Analisis ini dituangkan dalam bentuk arus kas (cash flow) yang disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu. Dari arus kas tersebut dapat diketahui hasil kelayakan usaha pengolahan jambu biji berdasarkan empat kriteria yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Periode.

Analisis kelayakan aspek finansial pada usaha pengolahan jambu biji dilakukan pada dua skenario untuk membandingkan apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari adanya bantuan pemerintah untuk barang-barang investasi pengolahan dengan usaha pengolahan tanpa bantuan pemerintah. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis ini diantaranya adalah:

1. Analisis finansial pada tahun pertama dilakukan berdasarkan produksi dan penjualan saat ini, dimana produksi hanya mencapai kurang dari 5 persen dari kapasitas produksi maksimum yaitu 5.720 botol puree dan 64.050 cup sari buah. Sedangkan untuk tahun berikutnya produksi meningkat menjadi 5 persen untuk tahun ke-2 dan ke-3, 10 persen pada tahun ke-4 dan ke-5, 20 persen pada tahun ke-6 dan ke-7, dan 30 persen dari kapasitas produksi maksimum untuk tahun selanjutnya.

2. Kerja maksimum mesin pengolahan yang terdiri dari mesin pulper, spinner,

mixing tank, dan pasteurizer adalah enam jam per hari dengan kapasitas

jambu biji yang dapat diolah adalah 100 kg per jam. Hal ini berarti kapasitas produksi optimal pengolahan adalah 600 kg jambu biji per hari.

3. Umur proyek adalah 10 tahun, didasarkan pada umur ekonomis mesin-mesin pengolahan yang merupakan komponen biaya investasi terbesar dan penting dalam kegiatan pengolahan.

4. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama proyek dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis umur ekonomisnya.

5. Rendemen jambu biji menjadi bubur jambu atau puree jambu biji adalah sebesar 70 persen.

82 6. Pengolahan jambu biji menjadi puree dan sari buah merupakan satu proses yang saling berhubungan dan tidak dipisahkan, dimana proporsi produk yang dihasilkan menjadi puree dan sari buah adalah 40 persen dan 60 persen dari total jambu biji yang diolah per harinya.

7. Kegiatan produksi dilakukan dengan jumlah rata-rata hari kerja per bulan adalah 26 hari atau 312 hari per tahun.

8. Harga jual yang digunakan adalah harga konstan tiap tahunnya yaitu Rp 8.000,00 untuk puree dan Rp 1.000,00 untuk sari buah. Hal ini dikarenakan untuk perubahan harga produk yang mungkin terjadi pada tahun-tahun berikutnya sulit untuk diprediksikan.

9. Jambu biji yang diolah merupakan jambu biji dengan kualitas kedua. Harga jambu biji ini mengalami fluktuasi dikarenakan kelangkaan, dimana harga untuk bulan Januari sampai Maret adalah Rp 2.000,00/kg, bulan April sampai Juli Rp 4.000,00/kg, dan bulan Agustus sampai Desember Rp 6.000,00/kg. 10. Discount rate yang digunakan adalah sebesar 11 %. Dimana nilai ini

merupakan suku bunga pinjaman yang ditetapkan oleh Asosiasi Kelompok Usaha (AKU), tempat usaha pengolahan ini memperoleh pinjaman.

11. Nilai sisa dihitung berdasarkan nilai seluruh barang modal (investasi) yang masih memiliki umur ekonomis pada saat umur proyek habis.

12. Perhitungan pajak penghasilan pada analisis rugi laba berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2008 tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dengan ketentuan bahwa tariff PPh bagi wajib pajak badan adalah tarif tunggal sebesar 28 persen.

13. Satuan puree adalah kilogram, sedangkan untuk sari buah menggunakan satuan liter. Dimana 1 kilogram puree sama dengan 0,833 liter atau 1 liter

puree setara dengan 1,2 kg puree.